DUA PULUH EMPAT

102 12 5
                                    

Hallo dear, maaf aku udah lama gk update, keadaan yang gak memungkinkan aku buat nulis, aku sakit.

berhubung minggu depan puasa, adegan 21+nya kemungkinan aku hilangin.☺

Vote sama komennya kencengin ya, biar aku semangat nulisnya!

HAPPY READING DEAR💚🦋

*
*
*

"Jangan di gigit, nanti luka," Edgar mengulurkan tangannya, mengusap lembut bibir bagian bawah Clara yang sempat di gigit.

Clara menatapnya polos, seperti ingin bertanya lagi. Tapi tak kunjung membuka suara, Clara menundukan pandangannya.

"Denger, Ara nggak boleh mikirin macam-macam," 'justru lo yang pikirannya macam-macam.'

"Kenapa?"

"Ibu hamil nggak boleh banyak pikiran sayang,"

"Kemarin kakak baca artikel tentang ibu hamil, salah satunya itu, ibu hamil nggak boleh banyak pikiran. Nantinya stres." ia menyampaikan apa yang ia baca tentang kehamilan kemarin malam.

Tangan kekarnya terulur mengusap perut rata Clara, terbesit rasa ingin menyentuh wanitanya kembali, tapi segera ia singkirkan keinginan nya itu.

Hatinya berdesir hangat, ntah itu desiran apa, sulit untuk di jelaskan dengan kata-kata. Terlebih saat Clara meletakkan tangannya di atas punggung tangan kekarnya.

"Gini dulu, Ara nyaman." ucapnya dengan kepala bersandar di pundak Edgar.

"Boleh bicara sama dia?" tanyanya takut. Selama benihnya hadir di dalam perut Clara, ia tidak pernah menyapa anaknya sama sekali. Jika memikirkan itu Edgar merasa menjadi ayah yang paling jahat.

Clara menjawabnya dengan anggukan, mengizinkan laki-laki itu untuk berinteraksi dengan anaknya.

"Hallo sayang ini Daddy, maaf ya baru sekarang Daddy nyapa kamu. Jagain Mommy-nya ya, jangan bandel, jangan nyusahin Mommy kasihan, sehat-sehat di dalam sayang." ucapnya lirih hatinya sakit merasa gagal menjadi calon ayah.

Mata elangnya berkabut terhalang butiran kristal bening yang siap mencair. Bibir halusnya mengecup lama perut Clara, menyalurkan kasih sayang kepada anaknya.

Mata Clara basah sedari Edgar berinteraksi dengan perut yang sedang mengandung anaknya. Rasanya bercampur menjadi satu.

Rasa sakit atas perbuatan Edgar kepadanya, rasa kecewa yang dalam terhadap laki-laki dewasa itu, serta, bahagia melihatnya berinteraksi dengan buah hatinya.

Ntah Clara harus berterimakasih kepada Tuhan atau tidak, karena menghadirkan malam itu. Malam yang mengantarkan cinta dan noda. Noda yang Edgar tanam atas rasa kepercayaan Clara kepada dirinya.

Yang jelas rasa bahagia lebih mendominasi untuk saat ini. Semoga keputusannya menerima Edgar untuk menjadi pelindung bagi dirinya dan calon bayinya sudah benar. Meskipun, cintanya sudah hampir hilang saat malam itu.

"Kakak janji Clara, sebisa mungkin jaga kalian berdua." ucapnya yakin. Meskipun ntah kedepannya akan seperti apa.

"Harus, karena itu menjadi kewajiban kakak sebagai ayah sekaligus suami," jawabnya tersenyum manis, air matanya di seka oleh tangan Edgar dengan lembut.

Cinta Dan Noda Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang