DUA PULUH ENAM

97 7 4
                                    

Edgar menghampiri dua sahabatnya yang tengah menikmati makan gratis. Tanpa rasa malu sedikitpun Haikal dan Jeffry mengambil makanan yang tersaji begitu banyak sehingga menumpuk di atas meja bundar itu. Edgar malu sendiri melihatnya, seperti orang yang belum makan satu bulan.

Haikal mengalihkan tatapannya dari makanan yang tengah ia makan dan menatap Edgar yang sedang berjalan ke-arah mejanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Haikal mengalihkan tatapannya dari makanan yang tengah ia makan dan menatap Edgar yang sedang berjalan ke-arah mejanya. Dengan tangan di masukan ke dalam saku celana, mengenakan jas berwarna hitam dan dasi kupu-kupu. Auranya terlihat sangat gagah bak pengusaha muda. Senyumnya tak pernah lepas ketika melewati para tamu undangan.

"Ekhmm. Kawin nih ntar malem," goda Haikal saat Edgar berdiri tepat di samping mejanya.

"Udah kali, duluan kawin daripada nikahnya." Jeffry menjawab perkataan Haikal dengan kekehan.

"Pantesan nih ya, kalau kita main ke rumahnya. Terus ada Clara di rumah kalau gue liatin dedek gemes langsung di pelototin." ucap Haikal seperti perempuan yang sedang merumpi.

Edgar duduk di antara sahabatnya sambil memakan beberapa menu yang tersaji di atas meja. "gue nggak ikhlas adek gue di liatin sama lo,"

"Bacot, lo abang kurang waras. Dedek gemes gue lo mbat, nggak bagi-bagi lagi, setan!" ucapnya lesu, tapi di kata terakhirnya lumayan tinggi.

"Kalaupun nggak di hap nyam nyam duluan sama Edgar, orang tuanya juga mikir kali bangsat. Nggak bakalan di kasih ke lo yang udah celup sana celup sini." Jeffry memperagakan tangannya seperti sedang mencelupkan sesuatu kedalam wadah.

"Enak aja celup sana celup sini, gue masih perjaka tingting asal lo tau." ucapnya tidak terima. Segesrek-gesreknya Haikal dia masih menjaga utuh senjatanya. Paling jauh main ya oral sex.

"Perjaka mata lo, mantan lo yang waktu itu ngomong ke gue di perawanin sama lo di hotel bintang tiga, nggak elit banget merawanin di hotel bintang tiga."

"Daripada di kebun pisang, hayoh. Gue perawanin pake tangan sampe berdarah-darah. Nggak gue masukin juga kali." dengusnya kesal.

Pengakuan Haikal mendapat dua toyoran dari dua tangan yang berbeda. Toyorannya bukan main sampai hampir terjungkal ke belakang kalau tidak di pegang oleh Edgar.

Mereka bertiga sudah sahabatan sejak masa SMP. Sampai sekarang yang sebentar lagi akan lulus dari jenjang perkuliahan. Edgar sudah belajar mengurus perusahaan papinya yang ada di indonesia, Haikal akan melanjutkan pendidikan selanjutnya di luar negeri. Cari sensasi cewek baru katanya. Jeffry juga sama seperti Edgar, mengurus perusahaan orang tuanya.

"Ngomong-ngomong si tante itu gimana, Gar?" celetuk Jeffry setelah beberapa saat terdiam. Haikal menatap Edgar seolah-olah ia juga bertanya hal yang sama.

"Ya nggak gimana-gimana, gue cuman gabut soalnya," Edgar menggedikan bahunya acuh. "cuman buat pengalihan pikiran gue ke Clara doang tapi nggak ada hasil, ehh anaknya baper."

Cinta Dan Noda Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang