DUA PULUH DUA

102 15 8
                                    

HAPPY READING DEAR💚🦋.

Edgar menghela nafas panjang, atensinya beralih menatap tempat tidur. Netra keduanya bertemu, ntah sejak kapan Clara membuka matanya.

"Kakak ganggu kamu, ya?" tanyanya sedih.

"Nggak."

"Maafin kakak ya?"

"Ck, bosen tau dengernya." decaknya kesal. Clara mengambil posisi duduk, menyisir rambutnya dengan jari yang sedikit berantakan.

"Kita ke dokter ya?" ucapnya dengan senyum manis.

"Ngapain?" kening Clara mengerut bingung.

"Kakak mau tau dia Ra, kita cek kandungan ya?" ucapnya bersemangat.

"Tapi Ara mau mandi dulu," perempuan yang tengah hamil muda itu turun dari kasur, berjalan memasuki kamar mandi.

"Kakak tunggu di bawah, hati-hati jalannya licin." ucapnya mengingatkan.

Di sini lah keduanya berada, di dalam ruangan yang bernuansa putih. Di depannya adalah dokter kandungan yang akan memeriksa keadaan janin Clara. Dia dokter Dian, teman Edgar ketika sekolah dulu.

"Silahkan berbaring ya, bu." suruhnya ramah.

"Apa kabar Gar, udah lama gak ketemu. Udah mau jadi papah muda nih," godanya sambil cengengesan.

Edgar memilih dokter perempuan karena dia tidak mau wanitanya di sentuh laki-laki lain, meskipun itu dokter. Kebetulan temannya juga seorang dokter perempuan.

"Budok bisa aja," jawabnya tergelak. Clara menatap keduanya penuh tanya.

"Ini dokter Dian Ara, beliau teman kakak dulu," Edgar mengenalkan dokter itu dengan senyum manis.

"Hallo cantik, saya panggil apa nih," tanyanya ramah kepada Clara.

"A-ra aja dok," ucapnya gugup.

"Yaudah kalau begitu, Ara cantik ya, pantas Edgar kesengsem kayak sekarang." ucapnya meledek Edgar.

"Apa sih budok."

"Yasudah yuk kita mulai lihat janinnya, papah nya udah gak sabaran tuh,"

Dokter Dian menempelkan alat di perutnya, Clara tidak tau itu alat apa. Di layar monitor dia terlihat sangat kecil sekali,"anak gue kecil banget kayak kurang gizi,"

Bentuk nya seperti bukan manusia, hanya terlihat seperti bulatan kecil yang bersemayam di dalam perut Clara.

Dokter Dian bilang usia janin Clara masih sepuluh minggu, rentan mengalami keguguran, mengingat Clara itu ibu muda.

"Janinnya sehat, tapi tetap harus di awasi dengan baik. Trimester pertama itu sangat rentan mengalami keguguran, usia Clara juga masih belia untuk menjadi ibu. Jadi, sebagai papahnya harus menjaga si ibu dengan baik." jelasnya memberi pemahaman.

"Baik dok," ucap Clara yang turun dari brankar rumah sakit di bantu oleh Edgar.

Kedua pasangan yang belum resmi menjadi suami istri itu keluar dari rumah sakit, setelah mendapatkan penjelasan dan vitamin untuk pertumbuhan janinnya dari dokter Dian.

Cinta Dan Noda Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang