3. Ekspektasi

126 27 2
                                    

Jangan pernah taruh ekspektasi pada apapun, karena akan  berujung kecewa atau mengecewakan.

Agaknya kalimat itu harus diterapin tapi gimana, caranya?

Rasa ekspektasi kita itu gabisa untuk kita tahan, entah ke diri sendiri atau orang lain. Meskipun udah bilang ke diri sendiri, oke lu jangan berekspektasi tinggi sama hal ini, netral aja.

Dan pada akhirnya, kalau gagal, galau juga.

Ada beberapa macam tipe orang yang setelah mengalami kejadian sesuatu, lantas kemudian direnungi, berpikir dengan keras bagian mana yang salah, bagian mana yang harus diperbaiki dan bagian mana yang harus dipertahakankan supaya kedepannya lebih baik dan sesuai dengan ekspektasi yang diharapkan.

Ada beberapa orang juga yang setelah mengalami kejadian sesuatu, lantas kemudian melupakan dengan berpikir "Oh yaudah, masih ada kesempatan besok lagi. Mungkin tadi gue emang gak maksimal kerjanya." Enggan repot berpikir bagian mana yang salah, dan menganggap hal itu bagian dari pengalaman.

Ada juga orang yang gak mau ribet, atau bisa dikatakan pasrah atas kejadian yang menimpa. Dan memilih untuk berkata "oh yaudah, mau diapain lagi? Udah kejadian. Nanti usaha lagi, kapan-kapan." Pasrah...

Atau juga ada yang kombinasi dari ketiganya.

Kita hidup pasti sering kali merasa bahwa apa yang kita lakukan harus sesuai dengan harapan. Tapi nyatanya, kenyataan yang diterima sering banget berbanding terbalik.

Aku pribadi, enggak memihak dengan kalimat yang menyatakan bahwa "Usaha tidak akan pernah menghianati hasil." Dibilang setuju iya, dan gak setuju juga iya. Kayaknya ada yang kurang aja gitu dikalimatnya.

Ada orang yang udah berusaha sangat keras tapi cuma dapat hasil yang biasa-biasa aja, gak sebanding dengan efforts yang udah dikeluarkan.

Ada orang yang usahanya biasa aja, tapi feedback yang di dapat melebihi dari apa yang dikeluarkan.

Hidup itu  memang seperti game, tergantung keberuntungan setiap orang.

Statement seperti itu agaknya harus diubah.

"Usaha dengan niat yang disertai doa, tidak akan menghianati hasil."

Usaha, kalau tanpa niat sama aja. Mungkin bisa jadi feedback yang diterima memang besar, tapi ada juga yang gak bertahan lama dan kemudian jatuh lagi.

Tapi kan hidup memang seperti roda yang berputar, siklus yang begitu aja tanpa ada henti. 

Pernah denger gak sebuah kalimat yang sering dikatakan banyak orang, bahwa Tuhan gak pernah menjanjikan kesuksesan seseorang, tapi Tuhan akan menjanjikan hambanya merasakan bahagia sesuai dengan porsinya masing-masing.

Kok? Kenapa begitu? Kalau bahagia sesuai porsinya masing-masing bukannya itu gak adil ya?

Iya, aku sih mikirnya bahagianya kamu belum tentu bahagianya aku besti, makanya ada kalimat yang mengatakan hal itu. Kalau kesuksesan itu balik lagi ke yang tadi, usaha niat dan doa.

Sama aja, cobaan yang Tuhan kasih ke kamu itu beda dengan cobaan yang Tuhan kasih ke aku.

"Tuhan gak akan ngasih cobaan yang melebihi batas yang hambanya mampu."

Diri kita itu ibarat kata seperti wadah yang gunanya nampung sesuatu agar tidak jatuh. Wadah setiap orang beda-beda, ada yang kecil ada yang besar. Semakin besar wadah seseorang berarti logikanya dia mampu buat menampung beban itu.  Jadi gak bisa disamain, tapi itu adil.

Terus kenapa banyak orang yang berakhir bunuh diri karena sesuatu yang terjadi dalam hidup? Berarti Tuhan ngasih cobaan dia melebihi dari kapasitas yang dia punya dong?

Enggak juga, tapi sebagai manusia yang hidup dalam negara ketuhanan dan melindungi hak asasi manusia gak sepantasnya menghujat itu salah. Iya, enggak pantes banget malah.

Berhak berpendapat tapi bukan menyudutkan apalagi untuk yang sudah tiada.

Tapi kalau kataku,  ada masanya untuk kita lebih baik diam, tidak bicara dan mengeluarkan sepatah katapun daripada menimbulkan berbagai macam paradigma banyak orang yang malah ada konflik di dalamnya. Pahami tanpa menjudge seseorang.

Kalau buat era zaman sekarang, Ibu jarinya dijaga ya sayang :v

Karena kita gak pernah tau hidup orang lain seperti apa, dan jika memang itu adalah pilihan akhir dalam hidupnya itu sudah pilihannya. Manusia gak berhak ikut campur, biar itu urusan dia dengan Tuhannya.

Tapi ya namanya Manusia, ada aja julid julidnya kelakuan zaman sekarang. Kayaknya gak tenang aja gitu kalo gak julid hidupnya :v

Kalo bicarain soal feedback dari usaha yang sudah dikeluarkan kita, berarti bisa dong kita balikan pernyataan tersebut.

Tuhan juga mengharapkan sesuatu dari kita, gak banyak kok kaya harapan kita ke Tuhan. Tapi apa yang Tuhan dapetin itu belum sebanding apa yang kita lakuin buat Tuhan. Padahal harapannya gak banyak kaya kita, kan?

Pertanyaannya, siapa yang lebih dikecewakan dengan kedaaan?

Manusia kecewa, mungkin ada yang gak mau untuk nengok lagi ke orang yang udah dibikin kecewa. Karena rasanya emang sakit besti, dikecewain sama orang yang udah kita percaya misalkan...

Aku bisa mengerti, tapi enggak buat diwajarkan. Jadi paham ya maksud aku. 

Kalo Tuhan udah kecewa, terus kita mohon-mohon untuk meminta maaf, mungkin gak untuk menengok kita kembali? Jangankan nengok, merangkul kita kembali deh.

Kita udah sangat tahu betul bahwa jawabannya adalah iya. Selagi pintu belum di tutup rapat dan masih terbuka lebar, masih banyak kesempatan yang harus dilakukan.

Ungkapan kaya gitu sama aja dengan orang yang punya pola pikir, ketika kita mengharapkan sesuatu dengan hasil yang baik, dengan usaha yang sudah maksimal, tapi hasilnya mengecewakan. Lantas kemudian berpikir dengan  keras bagian mana yang salah, bagian mana yang harus diperbaiki dan bagian mana yang harus dipertahankan untuk menjadi yang lebih baik di kesempatan berikutnya, dan berpikir "Oh oke, masih ada kesempatan lain lagi. Jadi yaudah, yang sekarang  buat pengalaman aja."

Tapi kalau boleh jujur, aku belum sepenuhnya begitu. Kadang kalau hasil gak sesuai ekspektasi di beberapa keadaan aku malah berpikir "Oh yaudah hari ini aku gagal, gapapa lah biarin aja, bisa dicoba lagi kapan-kapan." Iya aku orangnya pasrahan :v

Atau kalau ekspektasi aku diruntuhin sama orang lain aku mikirnya "Oh yaudah lah, mau diapain lagi, udah kejadian."

Sedikit cerita, aku pernah kena tipu, pernah hilang uang juga, dan pernah hilang ponsel. Aku sadar aku bukan orang yang kaya, atau masuk dalam kategori sederhana yang mana bagi aku semua yang hilang dari aku itu, aku kategorikan fancy.

Pernah kepikiran "kok bisa ada orang sejahat itu, halalkan segala cara dengan merampas hak orang lain," tapi ya balik lagi ke diri sendiri, emang akunya mungkin yang bodoh...

Ujung-ujungnya "Yaudahlah, udah kejadian. Mungkin emang bukan rezeki aku."

Ya, gitulah....

Fakta bahwa hidup adalah ajang perlombaan menuju sesuatu yang lebih baik, dalam konteks lomba dengan diri sendiri. Karena kalau dengan orang lain itu beda ceritanya, sebab kita hidup di garis waktu masing-masing.

Jadi, sebenernya tujuan aku nulis ini apa sih?

Curhatan aja sebenernya, dan pemikiran pribadi layaknya aku nulis diary biasa. Cuma ini dibaca kalian yang baca. Hidup kita itu banyak sudut pandangnya, yang siapa tau kita semua bisa saling tukar pikiran dan pendapat, bukan adu argumen.

Apa yang aku pikirin, apa tindakan aku  juga kadang gak sejalan dengan pendapat yang aku keluarin. Jadi dalam diri sendiri juga kadang masih ada pergulatan batin.

Kalian kaya gitu juga gak?

Yang penting jangan berhenti berbuat baik aja sebagai manusia.
 

Pijar NirmalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang