7. Dialog dengan Tuhan

36 7 2
                                    

Ada satu waktu dimana aku menganggap kalau keputusan yang aku ambil adalah keputusan yang terbaik, ada banyak nasihat atau pepatah bilang bahwa libatkan Tuhan dalam segala urusan. Ya, tentu harusnya begitu, maka aku juga lakukan hal itu, sebab aku mau semuanya lancar tanpa kendala. Kalaupun ada setidaknya bisa diselesaikan dengan jalan yang baik.

Pendosa sepertiku memang mengharapkan apa? Ibadah khusyuk saja jika ada suatu kemauan, kalau tidak hampir 100% hidup dihabiskan urusan duniawi, lantas apa yang aku harapkan?  Jika sudah begini memohon ampun, memohon pertolongan, memohon kasih dan memohon meminta jalan keluar dari sebuah masalah. Jadi siapa yang harus disalahkan? Setan?

Dia yang menghasutku Tuhan, dia yang menjauhkan aku darimu Tuhan, dia yang menawarkan sejuta nikmat sementara sementara nafsuku hanya setipis tisu, dindingku ini tidak setinggi orang-orang beriman diluar sana, aku hanya memohon dan berdoa ketika ujian datang menimpa, dan disaat itu pula aku sadar bahwa aku adalah seburuk-buruknya manusia yang tanpa tahu malu memohon dan meminta belas kasih darimu.

Malaikat-malaikat mungkin sudah jengkel melihat manusia yang datang ketika butuh dan pergi ketika sudah mendapatkan apa yang mereka dapatkan. Berulang kali seluruh alam semesta, bumi dan segala isinya, lautan dan juga gunung-gunung mungkin ikut berdoa khusyuk padamu untuk luapkan segala emosi. Namun, Tuhan dengan amat baiknya lebih mendengarkan doa si pendusta ini meski hanya datang pada saat ada mau. Si pendusta yang hanya membual mengatakan akan taat dan patuh saat ditimpa masalah, dan ketika ada kenikmatan duniawi yang ditawarkan dengan mudahnya berpaling, padahal itu membuatku menjadi selangkah lebih dekat dengan siksaan nanti di akhirat kelak.

Setiap langkah yang aku ambil, ada jutaan kata yang saling menimpali satu sama lain dalam kepala. Percakapan, keributan dan cemooh terus bersahutan untuk mencari titik temu. Sampai pada akhirnya keputusan besar dibuat, dan meninggalkan kisah yang sudah dibangun dengan keringat juga air mata. Ada banyak keluhan keluar dari mulut, maski pada faktanya tetap dikerjakan dengan sepenuh hati.

Manusia katanya, iya aku. Salah satu makhluk yang mungkin dengan lancangnya menduga bahwa semua keputusan yang aku ambil adalah hal terbaik yang aku lalukan, padahal faktanya mungkin diatas sana Tuhan sedang tersenyum culas sebab dilupakan, bahwa manusia ini lupa atas kehendak siapa keputusan itu dibuat.

Mungkin dengan kesombongan ini, sang maha membolak balikkan keadaan pun bertindak. Seolah membuat dengan sengaja, menampilkan dengan mata telanjang bahwa seolah dialah (Tuhan) yang membuat aku yakin akan pilihan itu. Yang mungkin pada mulanya direncanakan indah, sebab karena merasa sok hebat Tuhan berikan gambaran bahwa inikah keputusan terbaikku?

Sebab mungkin Tuhan tahu, aku akan kembali padanya, memohon dan meminta belas kasih akan sebuah solusi. Aku dengar dari beberapa ulama, bahwa Tuhan rindu membangun diskusi bersamaku, rindu aku serukan namanya, aku puji husna nya, aku elukan kuasanya, aku kagumi ciptaannya dan aku senandungkan dzikirnya. Tuhan hanya ingin aku ingat bahwa apa yang diberikan bukan hanya apa yang aku inginkan, tapi soal apa yang aku butuhkan.

Aku manusia sok tahu, menumpuk segala dosa yang memohon ampun dan meminta pertolongan dengan sujud memikul dosa untuk diluruhkan kesalahannya. Jadi, sampai dimana kalian bisa mengatakan bahwa dalam hidup ini keputusan ada ditangan kalian sendiri?

Aku jadi bertanya-tanya, kapan terakhir kali aku berdialog dengan Tuhan diatas kain suci? Karena semenjak hari itu usai laksanakan ibadah lalu kembali lanjutkan urusan duniawi.

-Xf13Park-

.......

Sebentar lagi puasa, tinggal menghitung hari. Mohon maaf lahir dan batin yaaa. Maaf jika ada segala kata yang menyinggung dan menyakiti, gak masalah tegur aja aku, biar aku tahu dan memperbaiki. Salam toleransi, buat yang tidak menjalankan semoga dilimpahkan karunia dan keberkahan. Untuk yang akan menjalankan, semoga diberikan kesehatan dan kemuliaan sampai di hari kemenangan tiba.

Btw makasihhh udah baca curhatan aku ini yaaa. Aku nulis ini, karena aku juga manusia. Sisi kehidupan yang aku jelasin secara gamblang kalau aku manusia yang kadang enggak tahu diri. Ya siapa tauuu bisa belajar bareng-bareng, gitu. 

Oke, thanks and see you next season guys!

Pijar NirmalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang