Bismillah
RUMAH NENEK
#part 5
#by: R.D.Lestari.
Suasana malam itu terasa tenang. Bagas dan Ghandy yang tadi ketakutan kini sudah kembali riang. Beberapa kali mereka bersenda gurau layaknya bocah.
"Bi Jumi mana, ya? kok dari tadi ga keliatan?" tanya Nenek. Mama yang saat itu asik bermain HP hanya mengedikkan bahu.
"Nek ... Bagas mau tanya, boleh?" Bagas mendekati Nenek yang sedang menyeruput teh hangat sambil menonton TV.
"Ya,boleh, Gas. Silahkan,"
Bagas kemudian duduk di sebelah Nenek.
"Nenek beli rumah ini dari siapa? apa sebelum kita ada orang yang menempati rumah ini?" tanya Bagas hati-hati.
"Mmmh, Nenek beli ini dari orang pribumi. Tapi, katanya ia keturunan Belanda. Kakeknya orang Belanda. Namanya Pieter van de Bosch. Dan wanita itu bernama Vania Van de Bosch,"
"Katanya, beberapa tahun lalu ada keluarga yang tinggal di sini, tapi yang tersisa hanya suaminya. Istri dan anaknya hilang secara misterius,"
"Ia frustasi dan menjadi gila. Hingga saat ini ia pun menghilang dan tak tau keberadaannya di mana,"
"Trus rumah ini kan harusnya milik lelaki itu, Nek. Kenapa kembali ke pemilik sebelumnya?"
"Ya, karena mereka cuma ngontrak. Beda dengan kita. Rumah ini sudah Nenek beli cash," jawab Nenek jumawa.
"Lagian, kenapa sih, Gas? kok kepo?" Mama ikut nimbrung dan kelihatannya tertarik dengan pembicaraan Bagas dan Nenek.
"Bukan gitu, Ma. Tadi ada ibu-ibu yang nasehati, banyak ibadah biar ga di ganggu sama penghuni halus di rumah ini," jelas Bagas.
Nenek malah terbahak. "Memang di rumah ini ada apa? rumah antik dan asri seperti ini jarang ada, mana kita dapat murah, kan lumayan,"
"Dah, lah, Nenek mau istirahat. Bi Jumi entah kemana. Mau minta tolong di pijet, tapi di panggil ga jawab-jawab. Dia di kamar atau memang pergi?" cerocos Nenek seraya bangkit dari duduknya.
"Tadi siang ada, kok, Bu, mungkin ketiduran dia, Bu," jawab Mama. Mama lalu bangkit dan menemani Nenek menuju kamarnya.
Sedang Bagas dan Ghandy memilih masuk ke kamarnya.
"Oi, Kak. Baca doa sebelum masuk kamar. Ingat kata orang tadi, minimal baca bismillah," ucap Ghandy sebelum Bagas hendak menekan gagang pintu kamar.
Bagas mengangguk. "Bismillahirrohmanirrohim," lirih kedua anak lelaki itu.
Wuzhhhh!
Tiba-tiba hawa panas melewati tubuh mereka, Bagas dan Ghandy tertegun sejenak. Pintu perlahan terbuka lebar dengan keadaan gelap, padahal tadi mereka ingat lampu sudah dihidupkan.
Bagas memberanikan diri masuk ke dalam kamar dan menhidupkan lampu kembali.
Klek!
"Yok, tidur, Ghan. Mulai sekarang kita harus hati-hati dan jangan lupa berdoa di manapun kita berada," ujar Bagas. Ghandy pun melangkah masuk dan bersama Bagas langsung naik ke tempat tidur.
***
Berbeda dengan Ajeng, gara-gara kesal dengan Bagas, ia memilih mengurung diri di kamar.
Jarinya mulai menggulir di layar ponsel. Ia melakukan video call dengan pacarnya yang saat itu baru saja selesai bekerja.
["Ya, Sayang, gimana kabarnya? kapan mulai kerja,"] Sadawira, pacarnya Ajeng tampak sumringah saat melihat wajah kekasihnya.
["Huh, bosen, Mas. Ga ada kamu, sih. Kapan kamu mau mampir?"] Ajeng mencebik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Nenek
HorrorKetika Nenek membeli rumah baru yang ternyata menjadi awal dari teror dan hilangnya nyawa!