Bismillah
RUMAH NENEK#part 11
#by: R.D.Lestari.
"Karena dengan tubuhmu, ia bisa membunuh semua anggota keluargamu yang lain,"
"Ia harus memberi tumbal makhluk-makhluk pengikut yang sudah membantunya sejak dulu,"
"A--apa... ja--jadi ia mengincar seluruh keluargaku?" Ajeng terbata. Tak bisa ia bayangkan dengan tangannya makhluk itu membunuh satu persatu anggota keluarganya.
Noni itu mengangguk pelan. "Apa tak ada yang bisa aku perbuat? aku harus bertindak! makhluk itu tak boleh menyentuh keluargaku!" Ajeng meremas seprei tempat tidur, ia benar-benar kalut.
"Bisa, sebenarnya bisa, tapi aku harus melewati lorong gelap yang berisi binatang melata yang mengerikan,"
"Dan kau juga harus berperang melawan Nyai. Ingat! apa yang terjadi denganmu, itu juga yang terjadi pada makhluk itu," jelas Noni.
"Lantas, bagaimana dengan Bi Jumi? apa kau mengenalnya? dia berada di penjara tadi sewaktu aku kesini," tanya Ajeng.
Noni mendesah." Dia sudah mati. Karena ia memakan makanan dari makhluk berbulu itu. Mungkin sekarang jasadnya ada di dalam kamar,"
Ajeng terdiam. Pantaslah selama ini Bi Jumi tampak berbeda. Berarti yang selama ini ada di rumahnya, itu ....
"Itu iblis yang menyerupainya. Jumi yang malang," desisnya.
Ajeng lagi-lagi hanya mampu menghela napas. Perasaannya campur aduk. Antara sedih, kesal dan marah.
"Noni, maukah kau menolongku? aku ingin keluar dari tempat ini," harap Ajeng.
Wanita belanda itu berpikir sejenak. Ajeng merasa tak sabar kembali bertanya padanya," Noni?"
"Ya, tentu saja. Aku mau. Malam kita pergi dari sini,"
"Malam?"
"Heh, kau kira cuma duniamu saja yang ada siang dan malam? sama saja," Noni itu terkekeh.
"Kalian makan juga?" Ajeng semakin menyelidik. Ia begitu penasaran karena ini untuk pertama kalinya ia bersinggungan dengan makhluk astral .
"Ya, tentu. Meski makanan kami adalah makanan yang menjijikkan bagi kalian, seperti cacing dan makanan kotor lainnya, termasuk tulang belulang binatang," tuturnya.
Huekkk!
Ajeng mual dan bergidik saat mendengar ucapan dari Noni belanda.
"Kau jijik? akupun sama. Ruangan ini adalah neraka. Itulah sebabnya aku ingin membantumu, agar aku bisa segera bebas dan pergi ke alamku," Noni itu membuang mukanya, menghindari tatapan Ajeng yang mengiba.
"Hhmmh, semoga usaha kita berhasil ya, Non," desah Ajeng dengan segala harap.
***
Krekkkk!
Nenek membuka pintu kamar Bagas yang saat itu masih memeluk guling dan tertidur lelap.
Dengan sayang Nenek membelai kening Sang cucu saat ia duduk di pinggir ranjang.
Mata Bagas mengerjap, sedikit menyipit dan menyesuaikan cahaya yang menyilaukan matanya.
"Nenek...," desisnya.
"Bagaimana Gas? masih pusing? Nenek bawain bubur Sop ayam, kesukaan kamu," Nenek dengan sayang memimijt pelan lengan Bagas.
"Sedikit pusing, Nek, tapi dah enakan, kok," jawabnya dengan mengulas senyum tipis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Nenek
HorrorKetika Nenek membeli rumah baru yang ternyata menjadi awal dari teror dan hilangnya nyawa!