Part 18

1.6K 154 7
                                    

Bismillah

              RUMAH NENEK

#part 18

#by : R.D.Lestari

Apa-apaan, Sayang? ini aku ...," gadis itu mendekat, tapi Sada malah menampik tangannya.

" Pak Ustad, silahkan masuk dan lihat sendiri," tiga orang memakai gamis panjang berwarna hitam itu masuk dan berada di balik tubuh Ajeng.

"Apa-apaan, ini, Ajeng?" Nenek yang tadi menjauh kini mendekati Ajeng. Ia tak terima dengan perlakuan Sada.

Sedang Rina, ia beringsek menjauh bersama Bi Jum. Seolah tau bahaya yang akan mengintai mereka.

Tiga orang berpostur tinggi dan berjangkit tebal itu masuk. Tatapan mereka tajam dan mengitari semua sudut rumah.

"Berhenti!" suara mereka serentak meninggi saat melihat Bik Jum dan Rina berlari menyelamatkan diri.

Bagas hendak mendekati ibunya, tapi tangan Nenek menghadangnya.

"Jangan! sepertinya ada yang tidak beres dengan Mama dan kakak kalian,"

Bagas dan Ghandy menurut. Mereka terdiam saat tiga orang bergamis gelap itu mengejar mamanya dan Bik Jum.

Rina dan Bi Jum terpojok saat ketiga orang itu menghadangnya dan mampu menyela langkahnya.

"Kau, lebih baik kalian kembali ke alam kalian! bisa-bisanya menjelma jadi manusia!"

Salah satu ustad berkulit tan itu menunjuk ke arah dua wanita di hadapannya.

Wanita yang tak lain adalah Bi Jum dan Rina itu terdiam. Mereka saling melempar pandang.

"Desi! apa yang terjadi dengan Rina? kenapa ia tampak berbeda?" Nenek mencoba meraih tangan anaknya yang berada di belakangnya, tapi orang yang di ajak bicara diam saja.

"De...si??"

Wanita tua itu terperangah dan ternganga saat melihat anaknya, Desi, menadongak ke arah langit-langit dengan tubuh yang menegang.

"Desi!" kalut, Nenek mengguncang tubuh Desi yang tak jua menyahut.

"Arghhh!"

Samar Nenek melihat asap hitam pekat masuk ke dalam mulut anaknya yang menganga.

Desi lalu menurunkan kepalanya dan menatap Nenek dengan senyum yang menakutkan. Matanya penuh dengan warna hitam.

Bagas dan Ghandy pun tak kalah terkejut melihat keanehan yang terjadi pada bibiknya itu.

Slapss!

Desi melesat cepat ke arah tiga Ustad yang saat ini sedang membaca doa di hadapan Rina dan Bik Jum yang tampak kesakitan.

"Panas...panas!" teriak Bi Jum dan Rina sembari menutup telinga mereka.

Bughtt!

"Aggghhhh!"

"Desi! apa yang kau ....,"

Desi mengangkat kursi kayu dan mengarahkannya pada tengkuk salah satu Ustad hingga Pak Ustad terkapar tak berdaya.

"Ustad!" refleks Sada hendak berlari ke arah Ustad, tapi tangan Ajeng KW menghadangnya.

"Apa-apaan, Kau! lepaskan!" ucap Sada saat merasakan cengkeraman di tangannya. Ia menatap benci wanita yang mirip dengan kekasihnya itu.

"Apa kau benar-benar ingin bertemu dengan kekasihmu itu? tapi nyawamu akan jadi taruhannya," ucap wanita itu dengan senyum jahatnya.

"Mas Sada! jangan dengerin dia! aku tau dia bukan Kak Ajeng!" Bagas yang sedari tadi diam tak lagi mampu menahan emosinya, melihat kekacauan yang ada di hadapannya.

Rumah Nenek Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang