part 7

2.2K 187 3
                                    

Bismillah

                RUMAH NENEK

#Part 7

#by: R.D.Lestari.

"Lepaskan tubuhku!" pekik Ajeng, yang membuat makhluk itu menatapnya sangar.

Baru saja Ajeng ingin mendekat, ia merasakan kakinya seperti di cengkeram. Saat ia menoleh ke arah bawah, dari lantai ternyata banyak tangan menggapai-gapai tubuhnya.

Ajeng ingin melepaskan diri, tapi tangan-tangan pucat berkuku hitam dengan guratan nadi berwarna biru itu begitu kuat seperti ikatan tali yang sulit di lepas.

Perlahan, tubuh Ajeng di tarik masuk ke dalam lantai marmer, dingin begitu menusuk tubuhnya hingga terasa beku seketika.

Tangisnya pecah, tapi, sekuat apa pun ia berusaha, hanya kesia-siaan yang ia dapatkan.

Gadis itu pasrah saat tubuhnya terjerembab ke dalam ruangan lembab dan remang.

Dalam keadaan minim cahaya dan bau darah yang amat menyengat, Ajeng samar-samar melihat seseorang sedang duduk dengan melipat kakinya. Wanita dengan rambut awut-awutan itu terlihat ketakutan dengan rintihan suara ketakutan.

Wanita itu terkunci dalam jeruji dan terpenjara. Belum sempat memperhatikan secara detail, tubuh langsing itu tiba-tiba diangkat dengan makhluk berbulu lebat.

Ajeng sempat berontak, tapi tenaganya kalah kuat. Ia hanya bisa pasrah, saat wajahnya menoleh ke arah makhluk hitam berbulu itu, seketika ia tercekat.

Mahluk berwajah serupa gorilla itu punya taring yang panjang dan beraroma ubi bakar. Matanya merah menyorot penuh nafsu.

"Malam ini kau akan kunikmati dan kuhujami dengan kepuasan yang tiada henti. Aku sudah jatuh cinta padamu sejak kamu masuk ke rumah tua ini. Terima kasih sudah membuka belengguku, dan kau saat ini akan jadi budakku!" suaranya menggema menakutkan.

Ajeng berontak. Tangisnya pecah seketika. Di sela tangisannya terdengar suara raungan dan rintihan kesakitan.

Ajeng terhenyak, kepalanya meneleng ke kiri, matanya seketika membola.

Di balik jeruji yang tersekat banyak orang dengan kondisi mengenaskan. Layaknya penjara makhluk mengerikan, banyak dari mereka tak utuh tubuhnya.

Wajah penuh darah, mata tercongkel keluar, kaki penuh belatung, tangan hanya satu, kaki terpotong, usus terburai dengan raungan dan tangisan menyayat hati.

"Bi ... Bi Jumi ...,"

Nanar matanya saat melihat di salah satu penjara terduduk orang yang ia kenal. Tatapannya penuh trauma, ketakutan.

Wanita paruh baya itu seketika berdiri dan menggenggam jeruji saat melihat Ajeng berada di gendongan makhluk berbulu lebat dengan mata merah menyeringai mengerikan.

"Non! Non Ajeng!"

"Bibik! Bibik! tolong Ajeng, Bik!" tangis gadis itu kembali pecah saat melihat wanita yang sudah setia menjadi asisten rumah tangganya selama puluhan tahun lamanya.

Tangan Bi Jumi berusaha menggapai Ajeng, tapi seketika itu pula entah datang dari mana makhluk bertubuh tinggi seperti tulang berbalut kulit membawa cambuk menarik tubuh Bi Jumi.

Claas! class!

Mencambuk tubuh Bi Jumi berkali-kali hingga darah segar menetes dari kulitnya yang terluka.

"Arrggh, ampunn!" suara raungan Bi Jumi seketika mengaung di ruangan lembab dan berlumut.

"Bibik! maafin Ajeng!"

Rumah Nenek Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang