Berapa kali pun Lian Hua dan Guan mengayunkan kedua kakinya, langkahnya masih terasa berat. Di tengah napas yang tak beraturan, mereka terus berlari menyusuri hutan, namun kecepatan yang mereka pacu masih tak membawa mereka jauh dari kejaran tentara kerajaan. Lian Hua kian kelelahan, dia ingin berhenti saja. Tetapi Guan terus mencengkeram tangannya dan menariknya dengan paksa untuk terus berlari.
Suara teriakan para tentara kerajaan kian terdengar jelas oleh mereka berdua. Peluh keringat membanjiri wajah Guan dan Lian Hua. Dalam benak mereka dipenuhi oleh ketakutan. Mereka menyadari bahwa tentara kerajaan tidak akan berhenti sampai menangkap mereka.
"Mereka di sebelah sini!"
Guan maupun Lian Hua terperanjat ketika suara itu muncul di depan mereka. Kaki mereka dengan terpaksa harus berhenti ketika beberapa tentara kerajaan sudah mengepung keduanya. Tak ada jalan lagi untuk melarikan diri.
"Tangkap mereka!" seru salah seorang dari mereka. Beberapa tentara kerajaan bergegas menangkap Lian Hua dan Guan. Mereka diseret secara paksa.
Tak ada tenaga lagi untuk Lian Hua memberontak dari cengkeraman kedua tentara tersebut. Tenaganya nyaris terkuras habis oleh pelarian mereka yang pada akhirnya sia-sia belaka.
Sementara itu para pangeran yang sedang berkumpul di perpustakaan terkejut ketika kasim Hong berlari tergopoh-gopoh menghampiri Yuan untuk melaporkan bahwa Guan dan Lian Hua baru saja tertangkap.
"Mereka sekarang dibawa ke tempat eksekusi, pangeran." Kasim Hong mengatakannya dengan suara gemetar.
Yuan dan keempat pangeran itu terenyak mendengar laporan kasim Hong. Tak perlu bertanya lebih jauh, Yuan bergegas berlari menuju tempat eksekusi diikuti oleh keempat pangeran yang lain. Air muka mereka terlihat sama, dipenuhi oleh kekhawatiran dan ketakutan.
Guan dan Lian Hua sampai di tempat eksekusi, dua buah tiang sudah menunggu keduanya. Empat prajurit kerajaan sudah berdiri di masing-masing sisi tiang, dua orang diantaranya memegang cemeti.
Guan yang melihat hukuman apa yang akan mereka terima, seketika meronta sekuat tenaga. "Lepaskan adikku! Kalian boleh menangkapku, tapi lepaskan Lian Hua!" Guan berteriak memohon dan berusaha melepaskan diri dari kedua prajurit yang kini memegang tangannya.
Sedangkan Lian Hua hanya bisa diam sembari menggigit bibirnya menahan tangis ketika kedua tangan dan kakinya diikat pada tiang tersebut. Dia sudah mulai pasrah akan nasibnya. Jika kematian adalah jalan terbaik untuknya saat ini dibandingkan harus menanggung penderita seumur hidupnya, Lian Hua mungkin akan dengan senang hati merelakan nyawanya.
"Lepaskan dia! Kalian boleh mencambukku tapi lepaskan Lian Hua!" Guan terus berteriak dengan putus asa. Tak ada seorangpun yang menghiraukan teriakan memohon pemuda itu.
Guan menahan napas saat melihat seorang prajurit mengambil cemeti yang tergantung di pinggangnya. Hendak mengayunkannya pada Lian Hua yang hanya bisa menutup mata dengan pasrah.
"Hentikan!"
Cemeti yang sudah terayun itu berhenti diudara. Urung menyentuh permukaan kulit gadis itu. Mereka terkejut oleh kedatangan Yuan yang tiba-tiba dan segera menyingkir lalu memberi salam pada Yuan.
"Apa yang kalian lakukan?!" Yuan menatap satu persatu prajurit yang kini hanya menunduk diam, tak berani mengangkat wajahnya. "Lepaskan mereka!" perintah Yuan tegas.
"Mohon ampun, putra mahkota. Kami hanya melaksanakan perintah untuk menghukum para pemberontak," ujar salah seorang prajurit.
Lian Hua yang setengah sadar, mendongak terkejut mendengar prajurit itu memanggil pemuda yang dikenalnya dengan sebutan putra mahkota. Jelas sekali wajah pucat gadis itu kini kian memucat saat matanya menangkap sosok pemuda yang sebelumnya dia kenal sebagai Wang Yun, berdiri di hadapannya dengan pakaian khas bangsawan. Tentu saja hiasan di atas kepala dan corak pakaian yang dia kenakan, menjelaskan statusnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Crown Royal Prince
Fantasy18+ Sejak kecil, Han Yuan tidak menyukai status dan gelarnya sebagai putra mahkota kerajaan Yang Han. Yuan sering menyelinap keluar istana dan bermimpi untuk menikmati kehidupannya sebagai rakyat biasa. Namun disisi lain, konspirasi politik yang ter...