DUA MINGGU SEBELUM PERBURUAN
Suara derap langkahnya memenuhi sepanjang lorong menuju kediaman raja. Wajahnya terlihat sedikit tegang. Matanya menyorot tajam. Suara hewan malam yang saling bersahutan, seakan menambah ketegangan yang dia rasakan ketika seorang kasim utusan Han Guo menyambutnya di pintu masuk kediaman raja.
"Yang Mulia sudah menunggu anda, tuan." Kasim Hui mempersilahkan jenderal Lian masuk ke dalam ruang kamar raja. Ada keraguan sejenak dalam hatinya untuk melangkah masuk, namun tatapan kasim Hui di depannya seolah meyakinkan dirinya untuk masuk.
Jenderal Lian akhirnya membawa kedua kakinya memasuki kamar raja dengan perasaan penuh tanya. Dia bisa melihat raja saat ini tengah duduk di balik meja teh, wajahnya seolah menyiratkan sesuatu.
Jenderal Lian membungkuk sesaat. Untuk beberapa detik, pria itu terdiam di tempatnya dengan kepala menunduk dalam.
Han Guo mengela napas. "Duduklah," ujarnya meminta jenderal Lian duduk di seberang mejanya. Dia menuangkan teh ke dalam cangkir jenderal Lian, pria itu lalu tersadar, dengan gerakan pelan dan tenang, ia duduk di seberang meja raja dan menerima teh tersebut dengan benak yang dipenuhi pertanyaan.
Untuk beberapa menit berlalu, Han Guo tak mengatakan sesuatu, pikirannya mendadak penuh. Dia hanya berpikir untuk diam sampai Han Guo mengatakan apa yang akan disampaikan padanya. "Aku masih berhutang permintaan maaf padamu atas apa yang terjadi sepuluh tahun lalu."
Tubuh jenderal Lian menegang mendengar Han Guo menyinggung kejadian yang ingin dia lupakan.
"Setiap malam aku bahkan merasa tidak bisa tidur dengan nyenyak atas apa yang terjadi pada keluarga pangeran Han Hwi." Han Guo meneguk teh hijaunya dengan pelan. Matanya menatap jenderal Lian dengan sorot gelap.
"Aku tahu kau pasti membenciku, aku bisa memakluminya. Kau dan pangeran Han Hwi memiliki hubungan yang begitu dekat." Jenderal Lian masih tak mengatakan apa pun, wajahnya hanya menunduk dengan ekspresi yang sulit diartikan sembari mendengar apa yang sedang dikatakan oleh Han Guo.
"Saya rasa bukan itu yang ingin Yang Mulia katakan pada saya," ujar jenderal Lian setelah terdiam beberapa saat. Suaranya terdengar tenang dan tertata.
Han Guo tersenyum tipis. "Tentu saja. Bukan itu yang sebenarnya ingin aku katakan padamu." Setelah mengatakan kalimat itu, ada jeda beberapa lama di antara mereka berdua.
"Aku ingin kau mengikutsertakan putrimu dalam pemilihan calon putri mahkota."
Jenderal Lian terenyak mendengar hal itu. Kepalanya terangkat dengan tatapan terkejut. "Yang Mulia ..." Ada keinginan untuk segera menolak perintah itu, namun kata-katanya seolah tertahan di tenggorokannya begitu saja.
Han Guo sudah bisa menebak bagaimana reaksi jenderal Lian saat ini. "Aku merasa putrimu lebih pantas di posisi itu."
Jenderal Lian meremas jemarinya. Pikirannya mulai berkecamuk. "Ampun Yang Mulia, Lian Hua belum memenuhi syarat untuk mengikuti pemilihan posisi putri mahkota. Dia sendiri juga tidak tertarik untuk ikut dalam pemilihan ini." Jenderal Lian berusaha mengutarakan kalimat penolakan sesopan mungkin. Namun dia tahu bahwa Han Guo tidak akan menerimanya begitu saja.
Han Guo memutar cangkir tehnya, sorot matanya menggelap. Atmosfer dalam ruangan itu seketika terasa menyesakkan untuk jenderal Lian.
"Apa kau akan tetap menolak perintahku jika aku mengatakan aku mengetahui bahwa Lian Hua bukan putri kandungmu?" Han Guo menatap jenderal Lian dengan sorot mata tajam mengintimidasi.
Tubuh jenderal Lian membeku sejenak. Kalimat itu seketika membuat jenderal Lian kian resah. Ketakutan yang berusaha dia kubur, kini seolah menyeruak keluar dan memenuhi pikirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Crown Royal Prince
Fantasy18+ Sejak kecil, Han Yuan tidak menyukai status dan gelarnya sebagai putra mahkota kerajaan Yang Han. Yuan sering menyelinap keluar istana dan bermimpi untuk menikmati kehidupannya sebagai rakyat biasa. Namun disisi lain, konspirasi politik yang ter...