Bab 12 - Memories

100 11 1
                                    

10 tahun lalu
Kediaman Pangeran Agung Han Hwi

Denting suara pedang memecah keheningan malam. Suasana yang tadinya tenang, kini berubah menjadi mencekam oleh teriakan para prajurit kerajaan dan para pelayan kediaman keluarga pangeran Han Hwi. Suasana kian mencekam dengan mayat tergeletak bersimbah darah. Jeritan nyaring membangunkan gadis kecil yang terlelap di dalam kamarnya.

Suara langkah kaki yang tergesa, terdengar menyusuri lorong rumah. Langkah itu berhenti didepan kamar si gadis kecil, kemudian pintu kamar tersebut dibuka dengan cepat dan penuh kegusaran, seakan seseorang itu sedang diselimuti ketakutan dan kecemasan.

"Mei Hua! Bangun, nak!" Wanita itu menggucang keras tubuh gadis kecil tersebut, ia segera membopong tubuh mungil Mei Hua dengan keringat bercucuran di dahinya. Jantungnya bergemuruh kencang saat mendengar suara pintu rumahnya didobrak dengan paksa.

Mei Hua membuka matanya. Ia masih terlalu kecil untuk memahami kecemasan dan ketakutan yang dirasakan oleh ibunya.

"Mei Hua," panggil Li Ling dengan suara gemetar hebat. "Kamu harus tetap hidup, nak." Wanita itu mengusap pelan wajah Mei Hua sembari menangis. Ia berjalan ke arah lemari di sudut ruangan. Lantas membuka pintunya dan memasukkan Mei Hua ke dalam sana. Gadis kecil itu mulai menangis saat menyadari apa yang dilakukan ibunya. Mei Hua yang baru berusia empat tahun itu memberontak karena ketakutan.

"Tidak apa-apa, sayang. Mei Hua akan aman disini. Jangan keluar sampai ibu memanggilmu, ya?" Li Ling mengusap wajah Mei Hua dengan sisa tangis dibibirnya.

Suara benda pecah disusul denting pedang membuatnya kian kalut. Ia kembali menenangkan Mei Hua yang masih merengek. "Tolong diamlah disini, sayang. Jangan menangis. Mei Hua adalah gadis yang kuat. Jangan menangis karena apapun yang kau lihat. Tutup matamu sekarang. Kita akan bermain petak umpet." Li Ling menutup pintu lemari tersebut dengan rapat setelah mencium kening Mei Hua sebagai salam perpisahan.

Ia berjalan dengan kedua kaki gemetar menuju pintu kamar putrinya, bersamaan itu tiga orang berpakaian prajurit menerobos masuk ke dalam kamar tersebut. Kedua kaki Li Ling lemas seketika melihat mata pedang yang kini terayun ke arahnya.

"Apa salah keluarga kami!?" tanya Li Ling penuh keberanian. Airmata bercucuran di wajahnya. "Kenapa raja tega melakukan hal ini pada adiknya sendiri?!" tanyanya lagi dengan penuh kemarahan.

Kepala prajurit Dao tersenyum sinis. "Kenapa?" beo Yang dengan wajah meremehkan. "Tentu saja karena kalian mencoba untuk melakukan pemberontakan pada raja. Karena itu kalian pantas di hukum!"

Li Ling terbelalak. Ia tidak percaya begitu saja dengan kalimat dari kepala prajurit didepannya. Bagaimana mungkin suaminya dan dirinya berencana melakukan pemberontakan sedangkan Han Hwi adalah orang yang sangat setia pada raja dan asik sepupuh raja.

"Omong kosong macam apa ini?!" gumam Li Ling dengan tubuh gemetar. Ia lebih merasakan kemarahan dalam dirinya dibandingkan ketakutan akan kehilangan nyawanya.

"Kalian yang telah merencanakan untuk menculik dan membunuh putra mahkota," ujar Dao dengan wajah bengis. Ia menekan pedangnya di leher Li Ling, namun tak membuat wanita itu berhenti menatapnya dengan sorot mata penuh kebencian dan kemarahan.

"Raja telah menuduh orang yang salah," ujar Li Ling dengan nada penuh penekanan. "Dia telah dibutakan oleh kekuasaan dan hasutan dari orang-orang seperti kalian!"

Dao Xing tertawa mendengar kalimat itu. Ia merasa seperti mendengar kalimat bernada pujian. "Itu tidak penting. Bagi raja, siapapun yang tidak menuruti perintahnya, dia akan mati," tegas Dao Xing dengan tatapan kejam.

Li Ling tersenyum tipis. Bibirnya bergetar. "Baik, bunuh saja kami semua selama itu bisa membuat raja tenang dan para sekutumu senang!" Li Ling mengepalkan kedua tangannya dengan erat, menahan gemuruh dalam dadanya. Ia sudah menyiapkan diri saat pedang milik Dao Xing menusuk dadanya dan membuatnya tersungkur ke lantai. Li Ling hanya bisa berdoa bahwa putri kecil yang ia lindungi bisa selamat dari kejadian ini. Ia tidak peduli bahkan kehilangan nyawanya sendiri.

The Crown Royal PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang