Untuk pembukaan chapter pertama, saya pakai OST Moon Lover dari trio CBX yang easy listening banget menurutku, cocok dengan pembukaan chapter awal cerita ini.
****
Mentari terlihat malu menampakkan sinarnya. Tak seterik biasanya. Hari ini terasa begitu sejuk dan tenang. Angin berhembus pelan menggoyangkan dedaunan, menciptakan alunan gemerisik yang menyenangkan. Seorang gadis berparas cantik rupawan tengah duduk bersandar dibawah pohon Maple, tangan mungilnya memegang kuas yang dengan lincah menari di atas kertas dalam pangkuannya.
Menghiraukan angin nakal yang dengan asyik menggoda rambut hitamnya. Sedang sepasang iris coklat karamel-nya sesekali bergerak-gerak mengikuti setiap goresan tinta. Kulit putihnya yang sebening boneka porselaine, nampak bersinar diterpa sinar matahari.
"Kau disini?" seru suara seseorang yang berdiri tak jauh darinya.
Gadis itu bergeming, kedua fokusnya masih memandang kertas dalam pangkuannya dengan penuh perhatian. Mengabaikan seorang pemuda berusia tujuh belas tahun yang berdiri didepannya sambil berkacak pinggang.
"Lian Hua!"
Lian Hua akhirnya mendongak. Mengukir senyum lebar pada pemuda yang berdiri didepannya.
"Kakak, lihat hasil lukisanku!" Dengan wajah tanpa dosa, gadis yang lebih muda tiga tahun darinya, tersenyum manis sembari membalik kertas yang semenjak tadi menyita seluruh konsentrasinya, menunjukkan pada pemuda yang dipanggilnya kakak—hasil dari pekerjaannya.
Pemuda itu melunak melihat senyum polos Lian Hua. Menghela napas, ia duduk disampingnya lalu meraih kertas yang diangsurkan padanya. Memperhatikan hasil lukisan Lian Hua yang cukup membuatnya terpukau.
"Aku sejak tadi mencarimu, sebentar lagi kami akan pergi." Pemuda itu beralih menatap gadis remaja di depannya. "Aku akan menyimpan lukisanmu ini dengan baik." Guan melipat kertas lukisan Lian Hua dan menyimpannya dibalik bajunya.
Lian Hua mengangguk dengan senyum ceria. "Aku hanya mencari tempat yang nyaman untuk menyelesaikan lukisan yang kau minta. Jadi, kau harus menyimpannya dengan nyawamu," tambah Lian Hua dengan senyum lebar.
"Baik, tentu saja." Guan tersenyum lembut. Ia tak pernah bisa marah pada adik perempuannya ini. Guan terlalu menyayangi dan memanjakan Lian Hua, hingga terkadang membuat gadis itu tak bisa melakukan semua hal tanpa Guan.
"Ibu ingin supaya kita cepat bergegas. Kau tidak melupakan hari ini, bukan? Aku sudah bersusah payah membujuk ayah supaya kau juga diperbolehkan ikut untuk sekali saja." Guan memasang wajah masam saat teringat bagaimana dia harus membujuk ayah mereka supaya mengizinkan Lian Hua untuk ikut dalam undangan perayaan tahun baru di Istana.
Lian Hua menggeleng cepat. Kedua bola matanya berbinar senang. "Ini adalah hari perayaan tahun baru di istana, mana mungkin aku melupakannya? Ini pertama kalinya aku akan pergi ke istana dan itu semua berkat bantuan kakak," jelas Lian Hua berbicara dengan penuh semangat. Bahkan matanya pun ikut tersenyum ketika gadis itu tersenyum seperti saat ini.
Guan membelai lembut rambut Lian Hua dengan sayang. "Karena itu, kau harus terlihat cantik saat pergi ke istana." Guan beranjak dari duduknya. "Ayo!" Ia mengulurkan tangannya pada Lian Hua, yang segera disambut dengan senang oleh gadis itu.
****
Lian Hua terkagum memandang bangunan istana kerajaan Yang Han yang berdiri kokoh dihadapannya. Bahkan ketika ia memasuki pintu gerbang istana, ia dibuat terpana oleh ukiran cantik yang menghiasi tembok gerbang dan pilar-pilar tinggi yang menyanggah setiap bangunan istana.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Crown Royal Prince
Fantasy18+ Sejak kecil, Han Yuan tidak menyukai status dan gelarnya sebagai putra mahkota kerajaan Yang Han. Yuan sering menyelinap keluar istana dan bermimpi untuk menikmati kehidupannya sebagai rakyat biasa. Namun disisi lain, konspirasi politik yang ter...