Jinsu berlari menghampiri Yunzu yang sedang berlatih memanah di area panahan. Napas pemuda itu memburu seiring dadanya yang naik turun karena harus berlari dari Paviliun Teratai ke area panahan yang jaraknya cukup jauh demi menemui Yunzu.
"Kau sudah ribut sepagi ini." Yunzu menarik anak panahnya dan melepaskannya. Mata panah itu tepat mengenai titik sasaran. "Ada apa?"
"Hhh...ahh..hhkkuhhh.." Jinsu mencoba mengatur napasnya dengan perlahan.
"Apa kau sudah mendengar bahwa pemilihan putri mahkota akan segera dilaksanakan?" Pertanyaan itu membuat Yunzu menghentikan gerakannya untuk menarik busur panah.
"Aku baru saja mendengarnya dari percakapan ayah dan ibu," jelas Jinsu setelah napasnya kembali normal.
Airmuka Yunzu tak bisa di tebak, membuat Jinsu hanya bisa menerka apa yang sedang dipikirkan oleh kakak ketiganya itu setelah mendengar informasi darinya.
"Lalu, bagaimana dengan putra mahkota? Apakah dia sudah mengetahui hal ini?" tanya Yunzu tanpa mengalihkan perhatiannya pada papan sasaran di depannya.
Jinsu menggeleng sekali. "Aku tidak tahu. Tapi, kurasa putra mahkota sudah pasti tahu hal ini akan segera terjadi." Jinsu duduk di kursi yang ada disana. Pandangannya mengarah pada area panahan di depannya dengan hembusan napas berat.
"Putra mahkota pasti merasa tertekan saat ini," desah Jinsu. Dia tahu benar bagaimana keinginan Yuan selama ini. Hidup dengan bebas. Bukan sebagai putra mahkota yang terikat dengan tahta dan terkurung di dalam istana.
Yunzu terdiam. Namun, sorot mata pemuda itu seakan menyiratkan sesuatu. Dia bukan tidak peduli dengan apa yang terjadi, melainkan Yunzu juga tidak bisa menghalangi apa yang akan dilakukan oleh ayahanda mereka. Karena hal ini sudah termasuk ketentuan dan peraturan kerajaan yang harus dipenuhi oleh Yuan.
"Apa kau tahu dimana putra mahkota sekarang?" tanya Yunzu. Dia menarik busurnya lalu melesatkan anak panahnya dengan cepat. Tepat sasaran.
Jinsu terlihat berpikir sejenak. "Sepertinya dia ... ada di luar istana saat ini," jelas Jinsu dengan nada rendah. Dia takut jika ada yang mendengar perkataannya. Yuan bisa dalam masalah.
Yunzu meletakkan busur dan anak panahnya ke tempatnya semula. Ia berpaling pada Jinsu. "Aku akan pergi menemuinya," ujarnya kemudian berbalik pergi dari area panahan diikuti Jinsu di belakangnya.
****
Hari pemburuan yang diadakan setiap akhir musim semi telah tiba. Para prajurit dan pengawal berbaris rapi di alun-alun kerajaan. Sementara para pangeran berkumpul di barisan paling depan dengan anak panah masing-masing. Sementara Yuan dan raja Han Guo memimpin barisan.
"Kakak, kau harus membawakan ku tanduk rusa yang cantik." Niang menghampirinya sebelum pemberangkatan. Gadis itu bahkan tidak peduli dengan tatapan menegur dari Zhu Yian.
"Aku akan membawanya selama kau memenuhi permintaan ku." Yuan memberikan isyarat tangan supaya Niang mendekat kepadanya. Pemuda itu lalu berbisik pelan di telinga Niang, seketika gadis itu tersenyum penuh arti dan menganggukkan kepalanya dengan senang.
"Yang Mulia, semuanya sudah siap." Kepala pengawal melapor pada Han Guo. Ia kemudian mengangguk dan memberikan perintah untuk mulai pemberangkatan ke tempat perburuan. Di kejauhan, menteri Lu Ding Wei mengawasi rombongan raja dan para pangeran dengan tatapan penuh arti.
Setelah upacara pemberangkatan berlangsung singkat. Para rombongan mulai bergerak menuju hutan. Para prajurit yang berjalan di bagian belakang dan paling depan membawa panji kerajaan Yang Han. Lalu diikuti oleh beberapa pengawal dan barisan raja serta para pangeran. Yuan berkuda di samping Han Guo. Putra mahkota kerajaan Yang Han itu terlihat mengamati sekitarnya dengan sesama. Ini kedua kalinya dia ikut berburu bersama rombongan raja.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Crown Royal Prince
Fantasy18+ Sejak kecil, Han Yuan tidak menyukai status dan gelarnya sebagai putra mahkota kerajaan Yang Han. Yuan sering menyelinap keluar istana dan bermimpi untuk menikmati kehidupannya sebagai rakyat biasa. Namun disisi lain, konspirasi politik yang ter...