Bab 09 - After Incident

149 9 0
                                    

Siang itu, kasim Huo berjalan memasuki kediaman putra mahkota dengan senyum cerah sembari membawa nampan berisi pakaian Yuan. Hal yang tak biasa di dapati oleh para pelayan di kediaman Yuan karena semenjak kemarin, putra mahkota Yang Han itu tidak beranjak dari kamarnya. Setidaknya hal tersebut membuat mereka bisa bernapas lega karena tidak harus menghadapi kemarahan raja dan permaisuri mereka karena seringnya putra mahkota menyelinap pergi.

Yuan yang duduk di kursinya setelah selesai membersihkan diri, mendengus saat melihat kasim Huo masuk ke dalam kamarnya dengan membawakan pakaiannya. Dengan wajah yang muram dan terpaksa, Yuan diam menurut saat kasim Huo membantunya berpakaian. Jika bukan karena ancaman ibunya dan hukuman dari raja, mungkin dia sudah pergi keluar istana saat ini dan menikmati udara bebas.

"Kau benar-benar tidak menyayangi kepalamu lagi, kasim Huo."

Mendengar nada gerutuan dari Yuan, kasim Huo menyadari kesalahannya dan jatuh berlutut sembari menempelkan dahinya di lantai.

"Ampun, putra mahkota! Hamba pantas mati!" ujar kasim Huo dengan sedikit gemetar.

Melihat apa yang dilakukan kasim Huo, Yuan hanya menghembuskan napas, bosan. "Ini sungguh tidak menyenangkan lagi," desah Yuan, "dan semua ini karena dirimu, kasim Huo!" Yuan menunjuk kasim Huo yang masih dalam posisi yang sama.

"Sekarang aku harus terkurung dalam istana ini dengan orang-orang seperti kalian." Yuan mendudukkan tubuhnya. Dia bertopang dagu sembari menghembuskan napas berat.

Setelah kejadian dua hari yang lalu di Gaoshan, Yuan mendapat titah dari raja untuk tidak diperbolehkan keluar sedikitpun dari area istana tanpa pengawalan dan pengawasan yang ketat dari raja, sebagai hukuman karena sering pergi menyelinap keluar istana tanpa seizin dari raja. Bahkan permaisuri pun meletakkan beberapa pengawal kepercayaannya disekitar kediamannya, semakin membatasi gerak-geriknya.

"Padahal aku hanya ingin mengetahui kebenaran tentang peristiwa sepuluh tahun yang lalu, tapi kenapa ayahanda dan ibunda bersikap sangat berlebihan sekali." Yuan mengeluh. "Lagipula, siapa yang membunuh tuan Mao Seng, apa tujuan dia?" gumam Yuan tak mengerti. Pandangannya menatap lurus ke depan dengan bermacam pertanyaan memenuhi benaknya.

Kasim Huo diam sejenak sebelum perlahan mengangkat kepalanya, memandang Yuan dengan prihatin. "Putra mahkota, bukankah Anda hari ini ada pembelajaran dengan tuan muda Guan? Mungkin saja akan sedikit membunuh kebosanan putra mahkota dengan keberadaan tuan muda Guan," terang kasim Huo dengan nada membujuk.

Yuan melirik pria itu sejenak, kemudian tersenyum tipis. "Baiklah, panggil Guan kesini, sekarang!" perintahnya.

Kasim Huo segera bangkit dan menegakkan tubuhnya. "Baik, putra mahkota. Hamba akan memanggil tuan muda Guan kemari."

Kasim Huo membungkuk singkat sebelum berjalan tergesa beranjak pergi untuk memanggil Guan ke istana disertai desahan napas lega. Setidaknya dia bisa memakai Guan sebagai alasannya untuk membuat suasana hati putra mahkota sedikit membaik.

Setelah kepergian kasim Huo, Yuan yang duduk di tempatnya, termenung. Tatapannya yang tadinya terlihat melunak, kini berubah menajam dengan ekspresi dingin yang kentara. Ia kembali teringat dengan kejadian dua hari yang lalu di Gaoshan.

Saat itu, ditengah keterkejutan Yuan dan Yunzu melihat mayat Mao Seng, Wu San datang bersama dengan Feng Shui. Keduanya kebingungan saat mendengar bahwa para prajurit kerajaan sedang menuju kuil saat itu.

"Putra mahkota dan pangeran harus segera pergi dari sini atau kalian berdua akan ditangkap sebagai pengkhianat," ujar Feng Shui membuat Yuan maupun Yunzu terkejut.

"Apa maksudmu?" Pertanyaan Yunzu tak mendapat penjelasan yang membuat mereka paham kala itu. Mereka terlihat tergesa untuk segera membawanya dan Yunzu pergi dari kuil.

The Crown Royal PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang