8. Salah Sejuk

333 36 2
                                    

"Gala sudah tiga hari ini tidak mau sekolah, Ms. Timur sudah membujuk setiap hari tapi karena Gala selalu menangis setiap dipaksa sekolah. Terpaksa kami meliburkan diri."

Sejuk masih memikirkan jawaban Oma Gala. Dia masih tidak mengerti mengapa Gala seperti itu. Dia merasa semuanya baik-baik saja.

Atau Gala tahu dia menghindarinya dan sedih karena berpikir aku membencinya? Tanya sejuk dalam hati.

Lamunan Sejuk terhenti paksa oleh Bu Murni yang memanggilnya.

"Kenapa, Bu?" Tanya Sejuk mendekati Bu Murni di ambang pintu kantor guru.

"Ikut saya sebentar ya, ada yang mau ketemu Dik Sejuk."

Meski dia tidak tahu siapa yang dimaksud Bu Murni, dia tetap mengikuti di belakang.

Awalnya Sejuk pikir mereka akan menuju ruang tata usaha. Akan tetapi ternyata Bu Murni membawanya ke ruang kepala sekolah.

Tamu macam apa yang membuat dirinya harus berakhir di ruang kepala sekolah?

Bu Murni membukakan pintu masuk dan mempersilahkan Sejuk untuk masuk.

"Kalo begitu, saya permisi dulu Pak." Bu Murni menutup pintunya.

Sejuk menatap pintu sampai tertutup.

"Silahkan duduk, Bu Sejuk."

Sejuk segera mengikuti arahan Robi. Di dalam ruangan ini, hanya terdapat Robi dan Langit. Sejuk tentu saja mengenal Langit, ayah dari Bintang.

Dia mengernyitkan dahi, tidak bisa mengingat kesalahan apa yang telah diperbuat. Tidak mungkin dia harus menghadap kepala sekolah dan juga wali siswanya jika tidak ada masalah bukan?

"Ada masalah apa ya, Pak?" Sejuk bertanya to the point. Tidak ingin bertele-tele.

"Oh. Tidak ada masalah apa-apa, Bu. Mungkin hanya sedikit salah paham." Robi mencoba menenangkan Sejuk yang tampak panik.

"Apa betul Bintang memanggil Bu Sejuk dengan sebutan 'bunda'?"

Ternyata karena masalah ini. Tentu saja itu terdengar sepele, tapi sebenarnya cukup serius. Sehingga Sejuk memang berhutang penjelasan dan maaf untuk Ayah dan Bunda Bintang.

Sejuk menjelaskan awal mula mengapa Bintang sampai memanggil dirinya dengan sebutan bunda. Beruntungnya, baik Langit maupun Robi tidak menyalahkannya atas kejadian itu.

"Saya tetap berhutang maaf pada bapak. Sekali lagi, maaf atas kecerobohan saya."

"Tidak, Bu Sejuk. Kami tidak menyalahkan ibu. Kami tahu ibu melakukannya karena peduli terhadap Bintang. Tetapi, saat ini Langit sedang diposisi sulit. Dia dan istrinya yang lab___"

Langit langsung menendang kaki Robi, memberi peringatan untuk tidak menyampirkan kata labil untuk istrinya.

"Ekhem... Maksud saya. Mereka berselisih karena istri Langit mengira, bunda baru Bintang adalah selingkuhan Langit."

Sejuk terkejut mendengar permasalahan yang dia timbulkan. Mengapa jadi seperti ini?

"Pak Langit, saya minta maaf telah mengakibatkan permasalahan seperti itu. Saya siap untuk menjelaskan kepada istri bapak duduk perkaranya."

"Kalau Bu Sejuk ada waktu luang malam ini, saya harap ibu bisa makan malam bersama saya dan istri saya."

****
****
****

"Pak?" Putri mencoba memanggil atasannya yang tidak memberikan respon apapun terhadap penjelasan.

"Hm? Maaf, saya kehilangan fokus." Timur yang tersadar segera meminta maaf.

Bunda untuk GalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang