1. Menuju Timur

941 57 4
                                    

Timur mengetukkan pena yang ada di tangannya ke meja kerjanya. Menciptakan bunyi khas kaca saat diketuk.

Dia membuka lembaran berikutnya dari laporan kas bulanan yang diserahkan staffnya. Sebagai kepala divisi keuangan, dia bersama empat staff lainnya, bertanggung jawab untuk membuat laporan kas mingguan dan bulanan perusahaan.

Tok tok tok.

Pintu ruangannya diketuk.

"Masuk!"

"Permisi, Pak." Putri, salah satu staff divisi keuangan memasuki ruangan Timur.

"Ada apa, Put?" Tanya Timur begitu Putri sudah ada di balik mejanya.

"Tadi sekretaris Pak Alfa mampir untuk memberitahukan bahwa rapatnya ditunda, Pak. Kemungkinan besok pagi, tapi waktu tepatnya masih menunggu konfirmasi Pak Alfa. Jadi Bapak diminta untuk tidak membuat jadwal hingga jam makan siang." Jelas Putri.

"Apa ada masalah? Tidak biasanya rapat ditunda." Timur mengerutkan dahinya. Tidak biasanya Alfa, teman sekaligus CEO perusahaan tempatnya bekerja ini menunda hal penting. Setahunya, Alfa perpaduan antara hardworking dan perfectionist.

"Sebenarnya sekretaris Pak Alfa tidak mengatakan alasannya, tapi mungkin ada kaitannya dengan insiden siang ini. Tunangan Pak Alfa membuat keributan."

Rupanya Angela membuat keributan lagi. Batin Timur.

"Oke, terimakasih Putri. Kamu bisa kembali ke mejamu."

"Baik, Pak." Putri berbalik menuju pintu keluar.

"Tunggu." Timur menghentikan langkah Putri.

"Iya, Pak?" Putri kembali menghadap Timur.

"Sampaikan pada Edo dan Jagad untuk menyerahkan laporan penelitian keuangan proyek baru Humas dan prasyarat uji tuntasnya akhir minggu ini ya."

"Baik, Pak." Putri menganggukkan kepalanya. Mengerti perintah dari kepala divisinya. "Ada lagi?" Tanya Putri.

"Tolong panggilkan Zena kemari. Ada yang perlu saya bahas dengannya."

Tak lama kemudian, Zena muncul di ambang pintu ruangan Timur.

"Bapak manggil saya?" Tanya Zena setelah mengetuk pintunya.

Dia membalas pertanyaan Zena dengan senyuman. Mempersilahkan Zena masuk.

"Apa kamu memiliki rencana siang ini?" Tanya Timur.

Zena menggeleng. "Raka sedang ada meeting, Pak. Jadi kami tidak bisa makan siang bersama." Jelas Zena.

"Fatih?" Sekali lagi mengkonfirmasikan jadwal Zena. Dia tahu, Zena hanya akan makan siang bersama tunangannya-Raka, atau sahabatnya-Fatih.

"Sibuk melatih pegawai magang, Pak."

"Kalau saya minta untuk menemani menjemput Gala, apa kamu bersedia?"

"Gala bilang ingin bertemu denganmu." Lanjut Timur. Memberikan alasan untuk dapat membawa serta Zena ke hadapan putranya.

"Tentu pak." Jawab Zena sembari tersenyum. Senyum yang mampu membuat sudut bibir Timur ikut terangkat.

Senyum Zena tetap memiliki pengaruh yang sama padanya. Waktu tidak membuatnya berubah sedikitpun.

****
****
****

"Mba Sejuk ya?"

Mendengar namanya dipanggil membuat sejuk menengadahkan kepalanya ke arah sumber suara. Dia tersenyum untuk membenarkan pertanyakan Bu Murni, petugas Tata Usaha di Yayasan Bina Bangsa.

Bunda untuk GalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang