9. Aksi Timur

202 20 0
                                    

"Rani sedang sensitif, saya minta pengertian Bu Sejuk jika nanti dia kelewatan."

Ini kali keempat Sejuk mendengar kalimat yang serupa. Tiga kalimat sebelumnya diucapkan oleh Langit yang mengkhawatirkan emosi istrinya meledak.

"Saya masih tidak mengerti, kenapa harus dirahasiakan?"

Dari penjelasan Langit, Sejuk mengetahui bahwa Rani sedang hamil. Maka dari itu, Langit mewanti-wanti dirinya tentang emosi Rani yang bisa saja meledak.

Pasalnya hubungan Rani dan Bintang memang sedang renggang karena Rani yang sering sekali memarahi Bintang.

Langit memperkirakan jika itu bawaan bayi. Saat mengandung Bintang, Rani menjadi super duper cengeng. Langit memukul nyamuk yang hinggap di kakinya saja, Rani bisa menangis sesenggukan.

Mendengar cerita itu semua, Sejuk sempat terbawa perasaan. Sedikit iri karena Rani bisa begitu dicintai oleh Langit. Dia ingin dicintai juga.

Hubungannya dengan Dewa gagal membuat Sejuk merasa dicintai. Dia justru sering merasa dijadikan nomor kesekian.

Awalnya Sejuk mencoba mengerti keadaan Dewa dan keluarganya, tapi kesabarannya terkuras habis saat dia justru harus ikut mengorbankan pekerjaannya demi kakak ipar Dewa.

Mengingat hal tersebut terkadang masih membuat Sejuk marah. Dia yang bodoh telah menawarkan diri mendampingi Dewa baik suka maupun duka. Namun akhirnya, dia hanya menemani Dewa saat berduka. Saat dia bahagia, Sejuk menjadi orang ke sekian yang tahu.

"Saya juga tidak mengerti. Meskipun Rani saudari saya, tapi saya tidak ingin ikut campur masalah rumah tangganya. Selama Langit tidak melakukan hal buruk."

Suara Robi menyelamatkan Sejuk dari bayangan masa lalunya. Dia hampir saja terhanyut memikirkan Dewa.

Mendengar jawaban Robi membuat Sejuk sedikit tertegun. Tidak seperti Dewa yang selalu bersikap 'aku tahu yang terbaik untuk keluargaku', Robi justru memberikan kepercayaan sepenuhnya pada Langit.

"Apa aku baru saja membandingkan Pak Robi dengan pria seperti Dewa?" Sejuk menggerutu dalam hati.

Sejuk harus berhenti memikirkan Dewa. Dia tidak boleh berkutat dengan masa lalunya.

"Kamu baik-baik saja?" Tanya Robi yang membuat Sejuk terkejut.

"Hah?"

"Kamu terus menggeleng-gelengkan kepala. Apa kamu baik-baik saja?"

"Ah.. iya, Pak. Saya baik-baik saja."

"Kalo begitu ayo turun. Kita sudah sampai."

Mendengar perkataan Robi, membuat Sejuk menilik jendela mobil. Dia baru menyadari jika mobil ini sudah berhenti di depan rumah besar bernuansa putih.

Sejuk menarik napas dalam-dalam, mempersiapkan dirinya menghadapi masalah keluarga ini.

Mereka keluar dari mobil menuju pintu utama. Sejuk hanya mengikuti langkah Robi. Membiarkan Robi memimpin.

Pintu terbuka setelah Robi menekan bell. Di hadapan mereka kini terlihat anak perempuan dengan dress berwarna pink selutut. Sejuk menaksir usianya masih di bawah 20 tahun.

Wajah semringahnya saat melihat Robi langsung berubah cemberut saat menatapnya.

Lah? Kenapa? Batin Sejuk.

"Bintang!!! Nih bunda barumu udah sampe!" Teriaknya.

Sejuk meringis, merasa itu sindiran untuknya.

"Ran..." Langit berlari mendekat. "Tadi udah janji mau dengerin aku kan? Jangan langsung marah gitu dong."

Bunda untuk GalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang