12. Sejuk Bertanya

168 18 0
                                    

Sejuk menyeruput teh melati di hadapannya. Menunggu dengan gelisah.

"Maaf membuatmu menunggu."

Sejuk menanggapi dengan anggukan. Sejujurnya dia masih bingung dan terkejut dengan kejadian semalam.

"Mbak baik-baik saja?" tanya Sejuk mengamati orang di hadapannya. Meneliti dari atas sampai bawah.

Dia yakin sekali lelaki kasar yang semalam ditemuinya cukup mampu membuat Sekar terluka. Namun dia memang tidak mendapati luka pada Sekar yang membuat dia menghembuskan napas lega dan mengucap syukur.

"Aku baik-baik saja. Kamu?" tanya Sekar disertai ringisan. Merasa bersalah membuat Sejuk mengalami malam yang buruk. Sejuk merespon dengan anggukan. Tangannya memainkan sedotan minumannya, gelisah.

Dia ingin bertanya siapa orang itu? apa yang terjadi? kenapa dia semarah itu? Namun takut akan melukai Sekar.

"Maaf membuat kamu melalui malam yang buruk. Mbak tidak tahu kamu akan datang ke sana dan terlebih orang itu."

"Ini bukan salah Mbak Sekar, maafkan Sejuk yang tiba-tiba datang tanpa kabar." Sejuk menggenggam tangan Sekar yang berada di atas meja. Berusaha menyalurkan kekuatan dan meyakinkan Sekar bahwa dirinya baik-baik saja.

"Tidak apa." Sekar tersenyum.

"Bolehkah Sejuk bertanya, siapa pria itu mbak?"

Sekar terdiam. Dia sudah tahu Sejuk pasti akan menanyakan itu sejak dia meminta bertemu. "Dia Marco. Kami terlibat salah paham."

Jawaban Sekar yang cenderung singkat memberi tanda bahwa dia tidak ingin menjelaskan lebih lanjut. Namun Sejuk sangat penasaran. Bagaimana bisa Sekar mengenal pria kasar seperti itu?

"Ngomong-ngomong, semalam ibu menelpon. Dia bertanya apakah kamu ada bersama mbak. Mbak tidak ingin membuat ibu khawatir, jadi mbak bilang kamu menginap. Apakah ada masalah di rumah?" lanjut Sekar.

Sejuk menceritakan apa yang terjadi dengan keluarganya kemarin malam. Tentu dengan versi yang telah disunting. Tidak mungkin kan kalau dia menceritakan Sekarlah yang membuat dia emosi kepada ibuknya,

"Lalu apa kamu akan pulang malam ini?" Tanya Sekar setelah mendengar cerita Sejuk.

"Aku tidak yakin mbak. Hmmm... Tidak bisakah aku menginap di tempat mbak malam ini?" sejuk memohon. "Sepertinya aku belum sanggup pulang, mbak." Lanjutnya.

Cukup lama Sekar diam tanpa merespon, "Maaf Sejuk, Mbak tidak mau ambil resiko. Jika Marco kembali, kamu bisa terluka."

Sejuk mengerti. Penolakan Sekar terjadi karena dia ingin melindungi Sejuk.

"Ini.." Sekar menyerahkan sejumlah uang kepada Sejuk. "Menginaplah di tempat yang nyaman. Jika ibu menelpon, mbak akan bilang kamu bersama mbak."

Sejuk ingin menolak uang tersebut, namun dia tahu dia membutuhkannya. Tidak mungkin dia akan menginap di rumah Timur lagi. Kali ini dia akan menganggap ini sebagai hutang. begitu gajinya bulan ini turun, dia akan mengembalikannya.

"Terima kasih, Mbak."

"Jangan terlalu lama, pulanglah. Ibu pasti menghawatirkanmu." nasihat Sekar yang direspon anggukan.

"Mbak juga. Mbak bisa ke rumah kapanpun. Jika ada masalah, jangan berpikir mbak sendirian. Aku tidak akan menuntut penjelasan sekarang. Tapi mbak harus siap menjelaskannya jika kemudian hari aku meminta."

****
****
****
"Saya harus kembali ke kantor, bisa saya titip Gala? Hari ini pengasuhnya tidak datang." Kata Timur setelah sampai di halaman rumahnya.

"Iya, Pak. Pak Timur akan pulang pukul berapa?"

"Sebelum makan malam saya akan usahakan sudah di rumah. Nanti saya kabari jika berubah." Timur melihat ke belakang, tempat Gala duduk.

"Ayah akan pulang secepatnya, Gala bisa janji buat nurut sama miss Sejuk?"

"Kalo Gala nurut, dapet kinder joy gak Ayah?" Tanya Gala dengan polosnya yang dihadiahi senyuman oleh Timur. "Janji ya?" Lanjut Gala melihat respon ayahnya.

"Iya Ayah janji."
Kalimat Timur sekaligus menjadi penutup percakapan ketiganya. Timur melanjutkan perjalanan ke kantor sedangkan Sejuk dan Gala masuk ke dalam rumah.

Sebenarnya setelah menemui Sekar di kantor, Sejuk hendak bertemu dengan Timur untuk berterimakasih sekaligus izin keluar dari rumah Timur.

Rasanya tidak pantas dia berada di sana. Hubungannya dan Timur hanya sebatas guru dan wali siswa. Harusnya begitu. Sehingga dia juga ingin meminta Timur untuk merahasiakan apa yang terjadi diantara mereka.

Dia tidak mau, pihak sekolah, orang tuanya, atau siapapun tahu.

Namun, karena pertemuannya dan Sekar memakan waktu lebih lama dari perkiraannya maka waktunya dengan Timur terlalu mepet. Dia harus kembali ke sekolah sebelum jam kepulangan usai.

Apa boleh buat, nanti malam mungkin waktu yang tepat. Batin Sejuk.

Kepulangan Sejuk disambut hidangan lengkap makan siang yang dipersiapkan oleh asisten rumah tangga. Yang tentunya membuat Sejuk keheranan.

Ini sudah pukul 14.30. Bukankah terlalu lambat untuk makan siang?

"Tadi Bapak yang minta disiapkan, Bu. Biasanya mah gak pernah, soalnya bapak sama Gala kan pulang sore. Terus Omanya Gala juga udah makan sekalian arisan." Jawab ART saat Sejuk bertanya.

"Tapi tadi bapak telpon, katanya minta dimasakin makan siang. Katanya Bu Sejuk belum makan siang. Ini saya masakin seadanya ya, Bu. Soalnya saya baru mau berangkat ke pasar buat beli stok buat makan malam dan sarapan." Lanjut ART menjelaskan

Sejuk memang menolak ajakan makan siang Timur dan memilih pulang. Dia tidak terlalu lapar dan selera makannya pun tidak ada. Namun, kenapa Timur harus menyiapkan ini untuknya?
****
****
****

Bunda untuk GalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang