10. Sejuk Memanas

205 21 0
                                    

Sejuk masih berusaha mencerna apa yang baru saja terjadi. Dia tidak tahu, apakah dia memang selamban ini?

Saat ini dia sudah berada di dalam mobil Timur yang melaju perlahan-lahan hingga menjauh dari pekarangan Langit. Sejuk masih diam. Tidak tahu harus bagaimana.

Bagaimana bisa dia yang setuju dipanggil bunda oleh bintang malah berakhir rumit?

Bagaimana bisa dia setuju dengan ide Langit dan Robi untuk ikut menemui Rani?

Bagaimana bisa Timur ada di rumah Langit?

Bagaimana bisa dia diam saja dan mengikuti Timur?

Bagaimana bisa mereka berada di dalam mobil Timur yang entah menuju ke mana?

Dan banyak sekali bagaimana yang Sejuk sendiri tidak tahu jawabnya.

"Pak...." suara Sejuk lebih terdengar seperti cicitan.

"Hm?"

"Kita sedang menuju kemana?" Sejuk akhirnya memberanikan diri bersuara sedikit lebih besar.

"Kamu tidak mendengar saya tadi?" Tanya Timur yang dihadiahi gelengan oleh Sejuk. Namun dia sadar Timur sedang fokus dengan kemudi dan jalan di depan, sehingga dia mengulangi jawaban.

"Tidak, Pak."

"Kita akan menjemput Gala."

Mereka terdiam hingga laju mobil mulai melambat di depan gerbang tinggi berwarna keemasan. Setelah mengonfirmasi kedatangan mereka pada satpam yang berjaga, mobil melaju hingga di depan pintu utama.

Timur meraih ponselnya untuk menghubungi ibunya.

"Saya sudah di depan, Bu." kata Timur tanpa basa basi dan segera mengakhiri panggilan tersebut.

Tak lama Gala keluar bersama Ibu Timur dan masuk ke kursi penumpang belakang.

"Ayah lama!" Gala berkata dengan cemberut. Dia menyilangkan tangannya di depan dada untuk meyakinkan semua orang bahwa dia sedang marah. Tentu saja bukannya terlihat sedang marah dia terlihat menggemaskan.

Timur terkekeh melihat tingkah putranya. " Maafin, Ayah ya. Tadi Ayah jemput Miss Sejuk dulu."

Kening Gala berkerut, berusaha menyerapi kata-kata ayahnya. Dia baru menyadari ada orang lain di kursi depan. Dia langsung menangis dan memeluk Omanya.

Sejuk langsung meringis. Rupanya dugaannya benar. Gala mungkin sudah berpikir dia membenci Gala. Tidak menutup kemungkinan pula, Gala tidak mau berangkat sekolah karenanya. Rasa bersalah seketika menghantam Sejuk.

Bagaimana mungkin dia melakukan tindakan seperti itu pada anak kecil?

Padahal Sejuk sendiri memahami bagaimana rasanya menjadi anak yang terpinggirkan. Sekar yang selalu menjadi anak emas untuk ibunya dan membuat dia merasa tersisihkan hingga kini.

"Loh loh, kenapa sayang?" Ibu Timur dengan sabar mengelus kepala Gala.

"Gal...la gak ma.. ma.. mau sama mi..miss Sejuk." Gala masih sesenggukan namun berusaha mengeluarkan apa yang dia pendam.

Sejuk meringis mendengar itu, dia segera melihat Timur. Mengamati bagaimana reaksi Timur terhadapnya.

"Keluar sebentar." kata Timur. Tanpa diberi tahu, Sejuk tahu itu perintah untuknya. Sehingga dia mengikuti Timur keluar.

"Apa yang sebenarnya terjadi?"

Sejuk menceritakan semuanya pada Timur, tidak merasa ada yang perlu ditutupi karena pada dasarnya dia sudah tahu bahwa dia bersalah.

"Kamu harusnya tidak perlu melakukan itu. Tapi karena semua telaah terjadi, mari coba perbaiki. Setidaknya, Gala harus kembali ke sekolah."

"Caranya bagaimana, Pak?"

Bunda untuk GalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang