Jennie menangis, menangisi kebodohannya. Bagaimana bisa ini terjadi? Jennie sudah memberontak ataupun berusaha menghentikannya. Mau bagaimana lagi, kekuatan pria tersebut lebih dari Jennie.
Jennie tidak tau harus berbuat apa, semuanya sudah terjadi. Pria ini, pria asing yang tengah tertidur pulas di sampingnya, pria yang telah menghancurkan masa depannya dalam sekejap.
Tanpa menunggu, Jennie bangun dari tidurnya, memunguti semua pakaiannya yang telah berceceran di mana-mana sambil mengusap air mata yang dari semalam tidak mau berhenti mengalir. Ia memakai pakaiannya dengan terburu-buru, melangkahkan kakinya keluar dari tempat ini.
Jennie berlari menuju parkiran tempat Ia memarkirkan mobilnya. Dengan masih berlinang air mata, dia mengemudi dengan kecepatan diatas rata-rata tanpa memperdulikan keselamatannya.
Sesampainya di rumah, Jennie berjalan dengan terburu-buru tanpa memperdulikan sapaan dari para pelayanan rumah yang berpapasan dengannya. Ia menaiki satu persatu anak tangga menuju kamarnya, ditutupnya rapat rapat pitu kamar itu, dan tak lupa juga untuk menguncinya.
Jennie menangis, memandang jijik dirinya dipantulan cermin meja riasnya.
"Bodoh" Akhirnya satu kata terucap setelah hanya terdengar suara isak tangisnya.
Tatapannya menjadi kosong, Dia berantakan, menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang telah menimpanya tadi malam.
"Bodoh, gadis bodoh." Hanya kata kata itu yang terus terucap dari mulutnya.
"Dasar wanita menjijikan, murahan, lemah" Ucapnya sambil terisak penuh sesal.
Jennie mengusap kasar air mata yang tak mau berhenti mengalir dipipinya. Sekali lagi dia bercermin, menemukan banyak bercak warna merah keunguan yang ditinggalkan pria itu.
Jennie tersenyum getir, memilih melangkah masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Setelah selesai, Ia berganti pakaian lalu turun ke bawah untuk makan siang, Jennie tak ingin kedua orang tuanya curiga.
Jennie duduk di kursi tempatnya biasa menyantap makanan, kedua orang tuanya sudah menunggunya di sana, sudah banyak makanan yang tersaji hasil masakan bibi Jung kepala pelayan di rumahnya.
"Selamat siang sayang" Sapa nyonya kim
Jennie tersenyum tipis sebagai tanggapannya, tentu kedua orang tuanya heran akan respon dari putri semata wayang mereka. Kedua orang tua Jennie adalah salah satu pembisnis sukses di Korea, mereka memang sering keluar kota bahkan keluar negeri. Jadi, setiap mereka ada waktu di rumah, mereka akan memanfaatkannya untuk sekedar berbincang ataupun makan bersama putri mereka.
Jennie hanya mengaduk aduk makanannya tanpa ada niatan untuk memakannya. Kedua orang tuanya saling pandang seolah bertanya ada apa, kepada satu sama lain.
Tuan Kim berdeham, mencairkan suasana yang hening akibat perubahan putri samata wayang mereka.
"Ada masalah sayang?" Tanya nyonya Kim kepada putrinya.
Jennie terdiam sesaat, lalu setelah itu menggeleng sebagai jawabannya. Tuan Kim menghela nafasnya pelan.
"Jika ada masalah, kamu bisa menceritakannya kepada kami sayang." Ucap Tuan Kim memancing agar putrinya mau bercerita. Mereka tau ada sesuatu yang terjadi pada putri mereka. Jennie yang biasanya ceria tiba-tiba saja siang ini menjadi diam entah kenapa.
Lagi lagi hanya gelengan kepala yang Jennie berikan sebagai respon. Jennie bangkit dari kursinya dengan makanan yang masih utuh tidak dia sentuh sedikit pun.
"Kamu mau kemana Jen?" Tanya nyonya Kim.
"Ke kamar ma, Jennie mengantuk" Ucap Jennie tersenyum tipis.
![](https://img.wattpad.com/cover/306733553-288-k120285.jpg)