6

1.1K 122 2
                                    

Usia kandungan Jennie sudah berusia sembilan bulan. Jennie jadi takut saat melahirkan nanti, semoga saja dirinya bisa bertahan hidup. Jennie belum mau mati, masih ingin meraih semua mimpinya dulu. Berlebihan memang, tapi itulah yang Jennie pikirkan.

"Kau, jangan merepotkanku. Sudah untung aku mau mempertahankanmu" Tunjuknya pada perutnya yang buncit.

Saat sedang menikmati acara TV di ruang tamu, perut Jennie terasa mulas. Seperti ada sesuatu yang mendesak ingin keluar.

"Argh__" Jennie merintih kesakitan.

"Bi-bibi J-Jung, t-tolong ini sangat sakit" Teriaknya sambil terbata

Bibi Jung yang sedang membereskan dapur pun segera berlari melihat apa yang terjadi dengan nonanya, bibi Jung panik air ketuban anak majikannya ini sudah pecah.

"Sepertinya nonan akan melahirkan. Tahan lah sebentar bibi akan memangilkan sopir"

Setelahnya, Jennie diangkat memasuki mobil. Dibawanya dia ke rumah sakit terdekat. Bibi Jung sudah mengabari Tuan dan Nyonya nya.

Tuan dan Nyonya Kim sudah sampai, mereka mencari ruang persalinan putrinya. Bertanya kepada penjaga resepsionis dan langsung terburu menuju tempat yang telah ditunjukkan.

Disana hanya ada bibi Jung yang sedang duduk di depan ruang, mereka menghampirinya.

"Bagaimana bi? Jennie di dalam?" Tanya Nyonya Kim.

"Iya bu, Non Jennie baru saja masuk ke dalam"

"Apakah kita boleh masuk"

"Saya kurang tau bu"

Pintu terbuka, keluarlah seorang perawat dari sana.

"Bagai mana keadaan anak saya Sus?"

"Nyonya yang tenang, ibu Jennie sedang ditangani oleh dokter di dalam. Doakan saja semoga proses persalinannya lancar" Perawat tersenyum berusaha menenangkan.

"Bolehkah saya masuk Sus? Saya ingin menemani anak saya"

"Sebentar, saya tanyakan kepada dokter terlebih dahulu"

Perawat tersebut kembali memasuki ruang persalinan. Bertanya kepada dokter yang sedang memeriksa keadaan Jennie.

"Silahkan masuk bu, tapi hanya satu orang yang boleh menemaninya"

"Baik Sus, terimakasih"

Nyonya Kim mengikuti perawat tersebut memasuki ruang bersalin. Dilihatnya Jennie sedang berbaring di atas ranjang rumah sakit sembari menahan sakit yang dirasakannya.

Perlahan dia mendekat, mengenggam tangan putrinya berusaha menenangkan dan memberi kekuatan. Dokter sudah bersiap, posisi bayinya sudah memungkinkan untuk dilahirkan.

"Tenang sayang, mama di sini. Berjuanglah mama akan selalu mendampingimu" Nyonya Kim menyemangati

Jennie hanya tersenyum, menarik nafasnya lalu menghembuskannya perlahan. Mengikuti intruksi yang diarahkan oleh dokter.

Beberapa menit kemudian terdengar suara tangis bayi. Jennie lega, akan tetapi tiba tiba perutnya kembali terasa sakit. Dokter beralih kepadanya kembali.

"Sekali lagi nyonya, anda mendapatkan bayi kembar sepertinya" Dokter tersenyum

Jennie awalnya terkejut, akan tetapi dia langsung mengikuti intruksi dari dokter kembali. Jennie tak perduli, dia sedang merasakan sakit yang teramat sakit. Jadi pikirannya hanya tertuju bagaimana cara bayi ini segera lahir.

Terdengar lagi suara tangis bayi disana, nyonya kim menangis haru. Ditatapnya Jennie yang masih berbaring lemah disana. Nyonya kim mencium lama dahi putrinya, tersenyum haru menatapnya.

I Don't Know [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang