Sudah tiga minggu setelah kejadian itu, Jennie sudah bisa mulai menerimanya. Walau terkadang bayang bayang malam itu masih sering terpikir olehnya.
Dan hari itu, hari di mana Jisoo mengajaknya bertemu. Jennie menceritakan semua kepada ketiga sahabatnya, Jisoo, Rosé, dan juga Lisa. Mereka sudah bersahabat sejak kecil.
Sudah dua hari ini Jennie sering merasa pusing dan terkadang perutnya terasa ingin mengeluarkan seluruh makanan yang telah dimakannya. Jennie juga bingung, mengapa sekarang dia tidak menyukai makanan atau pun minuman yang dulu menjadi favoritnya.
Jennie baru saja bangun tidur dan langsung berlari menuju wastafel kamar mandi karena merasa ingin memuntahkan seluruh isi di dalam perutnya. Padahal Jennie belum makan apapun dari semalam. Alhasil hanya cairan yang sedari tadi dia keluarkan.
Jennie lemas, Ia berusaha untuk berjalan kembali menuju kamarnya.
Diraihnya benda pipih di atas nakas. Jennie mengetikkan sesuatu di sana. Setelah menemukan apa yang dia cari, Jennie mulai membacanya dengan teliti.
Tangannya gemetar.
Apakah ini benar? Tanyanya dalam hati. Dengan terburu buru, Jennie melihat kalender di mejanya. Dan benar saja, Ia sudah telat datang bulan selama dua minggu."Bagaimana ini. Tidak mungkinkan?"
"Tenang Jen, telat datang bulan itu hal yang biasa. Bahkan ada yang telat sampai dua bulan lamanya"
"Tapi, bagaimana jika benar terjadi, semua ciri cirinya sudah ku alami"
"Untuk memastikan, kamu harus memeriksanya Jen" Monolognya pada diri sendiriDengan terburu, Jennie mengambil asal jaket di dalam lemarinya. Mengendarai mobil ke supermarket untuk membeli suatu alat yang bisa membuktikan kecemasannya.
Sesampainya di sana, dengan asal Jennie mengambil alat itu. Tak memperdulikan berapa banyak yang dia ambil. Jennie harus mencoba semuanya.
"Terimakasih mbak" Ucap Jennie setelah membayarnya.
Dengan cepat Jennie keluar dari supermarket dia ingin cepat sampai ke rumahnya.
***
Jennie keluar dari kamar mandi masih dengan mengenggam alat itu rapat rapat, ini percobaannya yang terakhir. Semua alat telah dicobanya, semua Ia letakkan di atas tempat tidurnya. Setiap selesai mencobanya, dia tak langsung melihat hasilnya. Ia memilih menutup mata, takut akan hasil yang ditunjukkan.
Buka matamu Jen, bagaimana kamu bisa tahu hasilnya jika kau tak membuka matamu ini. Kata Jennie pada dirinya sendiri
Jennie menarik napas panjang, lalu menghembuskannya perlahan. Dengan perlahan, Ia membuka kedua kelopak matanya.
Jennie terduduk di lantai, kakinya tidak bisa menopang tubuhnya. Jantungnya berdegup kencang, air matanya mengalir tanpa permisi. Keringat terus membanjirnya. Jennie menggeleng, ini pasti mimpi. Jennie menampar pipinya dengan kencang.
Sakit, Jennie merasakannya. Ini bukan mimpi? Bagaimana bisa? Semua hasilnya sama. Garis dua tertera di setiap alat yang digunakannya.
Tatapannya menjadi kosong, Jennie berteriak. Membanting semua benda yang ada di sekitarnya.
Bibi Jung yang akan mengantarkan makan siang kepada nonanya terlonjak kaget mendengar suara pecahan kaca di dalam kamar anak majikannya itu. Dengan rasa khawatir, bibi Jung mengetuk pintu itu
![](https://img.wattpad.com/cover/306733553-288-k120285.jpg)