Sudah seminggu berlalu saat kejadian Jennie mengamuk di dalam kamarnya itu. Sudah seminggu juga Jennie banyak diam dan tak bertegur sapa dengan orang disekitarnya.
Nyonya Kim sudah berusaha membujuknya, tapi Jennie tetap saja diam. Soal vitamin itu, akhirnya Jennie mau meminumnya. Dengan desakan dari nyonya Kim. Beliau menemukan kertas dari dokter saat sedang berada di kamar putrinya lalu dia ambil untuk membelinya ke apotek dan dibelikannya Jennie semua keperluan untuk Ibu hamil lainnya.
Awalnya Jennie menolak, namun lama kelamaan dia menurut juga. Jennie berfikir bahwa dia tidak ingin mengecewakan orang tuanya untuk kedua kalinya. Soal rencana pengguguran kandungannya, entah mengapa Jennie tidak bisa melakukan itu. Bukan, bukan dia telah menerimanya. Tapi entahlah yang pasti Jennie juga tidak tau.
Pagi ini Jennie terbangun dari tidurnya. Seperti biasa, di sana sudah disiapkan susu ibu hamil untuk di minumnya. Siapa lagi kalau bukan sang ibu yang menyiapkannya.
Jennie meneguknya perlahan, menghabiskannya hingga tak tersisa. Melangkahkan kakinya menuju kamar mandi untuk membasuh mukanya. Hari ini Jennie tak ada kegiatan, jadi dirinya hanya akan bersantai saja dirumahnya. Menonton TV sambil mengemil terlihat sangat menyenangkan.
Jennie turun ke lantai bawah untuk mengikuti acara sarapan pagi bersama kedua orang tuanya, ini pertama kali Jennie bergabung setelah kejadian seminggu yang lalu.
Kedua orang tua Jennie menyambutnya dengan tersenyum hangat. Jennie duduk ditempatnya, menatap makanan apa yang akan dia makan sebagai sarapannya pagi ini. Dengan perlahan Jennie mengambil satu persatu lauk yang Ia inginkan.
"Kau ingin sesuatu Jen?" Nyonya Kim bersuara, suara pertama di pagi hari ini di kediaman keluarga Kim
Jennie menggeleng
"Benarkah? Kau tak merasa sedang menginginkan sesuatu yang sangat sangat kau inginkan?" Tanyanya memastikan
Jennie diam lalu menjawab
"Tidak ada ma, memangnya kenapa? Kenapa tiba tiba sekali bertanya seperti itu kepadaku?" Bingungnya"Kau kan sedang hamil, masa sih ga ada sesuatu yang kau inginkan? Kau tidak mengidam?"
"Tidak" Jawabnya singkat
Kenapa harus membicarakan soal kehamilannya sih? Mood Jennie kan jadi buruk
"Baiklah baiklah, lanjutkan makanmu sayang. Makan yang banyak, sekarang kau makan bukan untuk dirimu sendiri ingat itu"
Jennie meletakkan sendok juga garpunya kembali, dia jadi tak nafsu makan karena topik pembicaraan ini. Berdiri dari duduknya, dia ingin tidur saja kalau begini.
Belum sempat niatnya terlaksana, Tuan Kim sudah terlebih dahulu berucap
"Habiskan dulu makananmu, kau belum makan nasi selama dua hari. Jangan suka membahayakan dirimu sendiri"
Jennie kembali duduk, dia tidak bisa membantah ayahnya. Memang benar perutnya belum terisi nasi dua hari ini. Menyantap makanannya perlahan. Namun belum sempat menghabiskannya, Jennie merasakan mual yang tiba tiba. Berlari ke arah wastafel dan memuntahkan semua isinya.
Jennie kembali duduk dan meneguk air putih, melanjutkan makannya walaupun nafsunya sudah hilang. Dia harus makan, karena semua makanan yang dia makan telah keluar kembali.
***
Dilain tempat, tepatnya di sebuah kantor yang cukup berpengaruh di kotanya. Terdapat ruangan yang bertuliskan CEO di sana, penghuninya sedang fokus didepan layar komputer. Menyelesaikan tugasnya yang terus bertambah setiap harinya.
"Sudah sing Tae, kau istirahatlah sebentar. Setidaknya makanlah dulu baru kau lanjutkan pekerjaanmu itu" Ucap sang sekretaris memperingatkan
"Sebentar lagi Jim, ini sangat nanggung. Kau duluan saja, aku akan makan nanti setelah ini selesai"
"Jangan kau biasakan seperti itu, makanlah dengan teratur. Jika kau sakit, aku juga yang repot"
"Semua pekerjaan kau lemparkan kepadaku" Sambungnya"Iya iya, sudah sana. Aku masih sibuk. Jangan mengganggu, katanya kau mau makan cepat sana pergi sebelum penuh tempatnya"
"Jangan merepotkan aku jika kau sakit, awas saja"
Jimin berlalu meninggalkan bosnya itu. Menuju restoran sebrang yang biasa dia gunakan untuk makan siang bersama rekan kerjanya.
Taehyung selesai, disenderkan punggungnya pada kursi kerja. Matanya memejam, dipijitnya pelan pelipis untuk menghilangkan sedikit pening dikepalanya.
Taehyung, pria itu masih tidak ingat kejadian malam itu. Dia sudah tidak memikirkannya, memang sudah biasa dia seperti itu. Setelah mabuk, bangun di hotel, dan tak memakai pakaian. Bukan, bukan karena dia sering melakukannya. Tapi itu memang sudah menjadi kebiasaanya sedari dulu, mungkin dia kepanasan. Jadi Taehyung tak terlalu memikirkannya.
Dia pria baik baik, tak pernah tidur dengan wanita manapun. Kejadian malam itu adalah yang pertama baginya. Tapi dia tidak menyadari saat melakukannya.
Taehyung bangkit dari duduknya, mengambil kunci mobil di mejanya. Dia melangkahkan kakinya keluar dari kantor, mengendarai mobil berniat untuk pulang dan merebahkan tubuhnya yang sudah sangat pegal itu di kasurnya.
Taehyung tidak menepati ucapannya pada Jimin tadi. Tubuhnya sudah sangat pegal minta untuk diistirahatkan. Salah siapa yang suka sekali meninggalkan makan siang dan malah mementingkan pekerjaannya.
"Rasanya ingin sekali cepat sampai rumah dan mengistirahatkan tubuhku ini"
Taehyung masih di jalan, dia sedang berhenti akibat rambu lalu lintas berubah menjadi merah.
"Kenapa lama sekali sih" Geramnya
Beberapa saat kemudian, rambu lalu lintas sudah berubah menjadi hijau. Perlahan Ia jalankan kembali mobilnya, tak sabar ingin cepat sampai di apartemen miliknya.
