•••kalau gaK agresif nanti gagal•••
Pagi ini, Mika membawa rantang di tangannya, sesekali tersenyum lebar sambil berjalan menuju rumah Radit.
Dengan membawa jump suit berwarna coklat, Mika mencoba berjalan dengan anggun menuju rumah Radit.
Setelah memantapkan jika Radit adalah tujuan hidupnya, mika berkata pada dirinya sendiri, jika pasti ada jalan menuju Roma.
Pokoknya apapun yang terjadi Radit harus menjadi jodohnya, kalaupun Radit bukan jodohnya, tapi sepertinya itu tidak mungkin karena mika sudah jatuh hati pada Radit sejatuh-jatuhnya. Saking jatuhnya mika udah gak kuat untuk berpaling ke lain hati lagi, meskipun Zayn Malik sekalipun.
Sesampainya di sana mika langsung mengetuk pintu rumah radit dengan keras.
"Mas radit!" Panggil Mika dengan keras, mika ingin menekan bel yang ada dirumah radit tapi tingginya bel itu tidak sinkron dengan tubuh mika yang berukuran mini ini.
Tidak menunggu lama, pintu besar itu terbuka dan menampilkan sosok Radit yang hanya mengenakan kaos rumahan lengkap dengan celana pendek.
Mika menutup mulutnya.
"Ganteng." Mika berucap dengan terang-terangan, sambil menatap Radit dengan penuh minat.
Radit meletakkan kain pel yang ada di tangannya kemudian menatap mika dengan dahi yang mengernyit.
Pasti tebakan Radit tidak pernah meleset, gadis yang menjadi musuh anaknya ini ingin mencari nya.
Menjadi duda ganteng able yang menginjak tahun ke 5, membuat Radit paham situasi yang menderanya. Radit peka. Bahkan sangat peka. Dia tahu pandangan perempuan yang suka padanya termasuk mika.
"Ada apa?"
Mika justru tersenyum malu, "boleh mampir?"
"Saya belum, menerima tamu di jam segini, jadi terlihat gak etis kalau kamu sepagi ini datang untuk berkunjung," Radit menjawab dengan nada yang tegas.
Bukan mika namanya jika dia menyerah begitu saja.
"Aku mau bantu mas Radit, jadi boleh ya? Pasti mas Radit juga kewalahan kan? Apalagi harus bersih-bersih dan dengan kondisi Alya yang belum siap untuk sekolah?" Mika berujar seolah dia adalah manusia yang paling bijak di bumi ini.
Mungkin jika Linda, ada disini dirinya akan membuat syukuran atas bertambahnya cara berpikir mika yang kadang-kadang agak konslet.
Radit menggeleng dengan keras. Yang artinya dia menolak ide konyol yang di berikan oleh mika.
"Enggak, saya bisa sendiri, jadi kamu gak usah repot-repot, kerjakan pekerjaan kamu sendiri," Balas Radit yang hendak menutup pintunya, namun buru-buru mika menahannya.
Mika menghela nafasnya kemudian menyodorkan rantang yang dia bawa ke depan wajah Radit, Radit yang melihat itu, mengernyitkan dahinya dalam.
"Ini apa?" tanya nya dengan menatap mika bingung, pasti ini alasan mika yang lain untuk terus bersamanya, Radit yakin dan seratus persen yakin jika ini adalah bagian dari rencana licik mika.
"Sarapan buat mas radit," mika mengedipkan sebelah matanya. Lalu menggeser Radit agar lebih bergerak dari sisi pintu.
Mika langsung masuk ke dalam rumah radit dengan santainya.
"Heh siapa yang suruh kamu masuk! saya gak ngebolehin!"
Mika yang mendengar itu justru menyeringai, menatap Radit dengan pandangan yang mengejek.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAUJANA
Ficção AdolescenteSejak kedatangan Radit menjadi tetangganya. Mika menjadi semangat tebar pesona. Tapi minusnya Radit tidak pernah suka kepadanya. Alasannya karena mika yang katanya sumber pembuat masalah dan ceroboh. Mika selalu berharap Radit menjadi jodohnya, ap...