14. Kecewa

128K 2.4K 117
                                    

Sara kembali ke kamar setelah pergumulan panas dengan Fabio. Sara melihat Clara sudah di dalam kamar, sudah mandi dan mengenakan gaun tidur yang nyaman. Clara menatapnya datar tanpa ekspresi.

"Cla, elo udah pulang? Kok gue nggak tahu?" Sara mempersiapkan diri untuk mandi.

"Gimana elo mau tahu, elo sibuk ber oh Mama Oh papa sama bokap gue." Jawab Clara dingin.

Sara terdiam, tangannya yang akan menyentuh handuk mendadak terhenti. Jadi Clara telah melihatnya
bercinta dengan ayahnya?

Sara menoleh menatap pada Clara yang masih menatapnya dengan tajam.

"Kontol bokap gue enak banget ya sampai elo segitu gatalnya sama dia? Terobsesi Heh...?" Clara mencurahkan kekesalannya. Clara sebenarnya kecewa karena Sara diam-diam menjalin hubungan gelap dengan ayahnya. Ayah yang di sayanginya berbagi kasih yang berlebihan dengan sahabatnya.

Clara berpikir ayahnya menganggap Sara teman putrinya  seperti anak. Clara juga tidak menyalahkan Sara sepenuhnya, mungkin ayahnya memang tidak tahan dengan pesona Sara yang begitu indah.

"Maksud elo apa Cla?" Sara tidak mengerti.

"Elo nggak nyadar apa yang udah elo lakuin sama bokap gue?"
Clara bicara ketus bikin Sara jadi tidak enak hati.

"Elo lihat?" tanya Sara.

"Gue lihat dengan mata kepala gue, elo menikmati kontol bokap gue, Nggak tahu diri banget sih elo, jijik tau nggak?"

Clara menjerit. Sara tidak bisa apa-apa lagi sekarang. Skandalnya sudah terbongkar.

"Elo, gue tampung tinggal di sini supaya elo hidup nyaman dan bisa sekolah, bukan untuk mengambil keuntungan dari gue." suara Clara makin menggelegar, amarahnya memuncak.

"Gue pikir elo baik, manis, sok sokan nasihatin gue, tapi elo nggak bisa nasihatin diri elo. Elo brengsek, sama aja kayak yang lain, cuma manfaatin gue."

Plak

Tangan Clara mendarat di wajah Sara, Sara masih tidak melawan, karena merasa itu memang salahnya. Tapi air matanya mengalir ke pipinya.

"Sekarang gue punya alasan untuk benci sama elo Sara. Elo udah nekat menggoda bokap gue sementara elo sendiri tahu gue nggak suka bokap gue berhubungan sama perempuan manapun tidak terkecuali elo."

Clara masih marah, emosinya tidak terkendali. Telunjuknya dengan tidak sopan menunjuk wajah Sara

Suasana hening sejenak. Sara akan mulai bersuara, karena sepertinya Clara sudah mulai tenang meskipun gadis itu juga terisak.

"Ini nggak seperti yang elo lihat." kata Sara.

"Memangnya apa yang gue lihat, badut main kuda-kudaan? Elo pikir gue buta? "

"Enggak Cla." teriak Sara membela diri.

"Elo nggak ngerti, bokap elo sebenernya mau bilang ke elo. Kami akan menikah." imbuh Sara.

Clara syok, ia mundur dua langkah ke belakang.

Menikah dia bilang?

"Nggak mungkin." desis Clara.

"Kami sudah memilih gaun pernikahan."

"Gue nggak akan biarin elo merebut bokap dari gue." Clara jadi sedih, iapun menangis.

"Kami saling menginginkan Cla, dan gue nggak bermaksud ngerebut bokap  elo dari elo."

"Gue nggak percaya."

Sara tercekat. Clara memang begitu, ia memang tidak suka ayahnya dekat dengan wanita manapun tak terkecuali dirinya.

"Elo pasti mengincar kekayaan bokap gue, iya kan?"

Suamiku Ayah Sahabatku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang