Chapter 3

861 110 6
                                    

Satu persatu lampu menyala setelah pintu terbuka. Terlihat banyak rak yang berjejeran. Di setiap rak terdapat kantong berisi bubuk berwarna putih.

Tanpa mereka tebak pun mereka sudah tahu apa itu, tentu saja narkoba bukan tepung terigu.

"Mereka mempunyai banyak sekali stok narkoba." Ucap Dominic. Ia mendekati rak yang berada di dekatnya dan mengambil salah satu kantong berisi narkoba. Ia mengamati kantong itu, memastikan jenis narkoba apa yang bos mafia itu jual.

Mereka berpencar untuk mengecek seluruh ruangan yang sangat besar itu.

DOR

Anggota Spine langsung berlari mendekati suara tembakan itu berasal.

"Apa yang kau lakukan Robert?!" Tanya Diego marah.

"Aku hanya mencoba untuk membuka pintu ini. Pintunya sulit sekali untuk dibuka, jadi aku tembak saja." Jawab Robert santai.

"Bagaimana jika ada yang datang? Dengan kau menembak, itu meninggalkan jejak! Bos mafia itu bisa saja curiga, Robert." Omel Diego.

"Pintu ini tidak bisa dibuka jika tidak ditembak. Aku sudah mencobanya." Ucap Robert.

Robert langsung saja buka pintu itu. Begitu pintu terbuka, terlihat banyak sekali organ dalam yang berceceran. Bahkan masih ada korban yang dibiarkan tergeletak di lantai dan ada juga yang tergantung dengan kondisi yang sangat mengenaskan, organnya sudah diambil dan tubuhnya dibiarkan begitu saja.

Mereka semua menatap jijik pemandangan di depan mereka. Mereka memang sudah biasa melihat ini, tapi ruangan ini benar-benar seperti ruangan darah. Semua bagian dari ruangan ini tertutupi oleh darah-darah korban.

Bau darah yang begitu menyengat memasuki indra penciuman mereka.

"Bau sekali." Rutuk Robert.

"Hell, berapa banyak uang yang mereka dapat dari menjual organ orang-orang ini?" Dengus Odette.

"Tutup pintu itu. Aku tidak tahan dengan baunya." Perintah Diego segera berlalu dari ruangan itu.

Anggota Spine lainnya pun juga meninggalkan ruangan itu. Mereka juga tidak tahan dengan baunya.

Ya walaupun mereka juga suka menyiksa korban mereka, tetapi mereka tidak pernah membiarkan mayat korban membusuk di sebuah ruangan. Mereka pasti langsung membuang mayat mereka ke laut atau membakarnya.

Sedangkan Robert, ia menutup pintu itu lagi dan merantainya seperti semula. Walaupun ia yakin, para komplotan mafia itu pasti tahu jika seseorang membobol ruangan rahasia ini. Tapi ia tidak peduli, yang penting ia sudah menutupnya.

"Sepertinya ruangan ini hanya terisi dengan narkoba dan organ manusia. Aku tidak menemukan apapun selain itu." Ucap Vivaldo dan diangguki oleh semuanya.

"Apa kita sudah selesai? Aku sudah tidak betah berada di ruangan ini. Sangat pengap." Keluh Robert.

"Sudah. Ayo kita keluar! Tapi sebelum itu, Dominic, ambil beberapa narkoba itu untuk dijadikan barang bukti dan sampel." Perintah Diego.

Dominic mengangguk, ia membawa beberapa jenis narkoba yang memang sudah ia ambil dari beberapa rak.

Setelah itu, mereka keluar dari ruangan sambil menatap sekitar dengan was-was. Bertepatan dengan mereka keluar, 2 orang pria spontan menodongkan pistol kepada anggota Spine.

"Siapa kalian?!" Tanya salah satu pria dengan jaket berwarna abu-abu. "Angkat tangan dan jatuhkan senjata kalian atau kita tembak!" Lanjutnya.

Anggota Spine yang diancam pun tak gentar. Mereka semua justru menodongkan pistol kepada mereka.

Mission: No Time To DieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang