Chapter 8

541 64 19
                                    

Sienna dan Odette sudah berada di dalam rumah Xavier. Mereka menyusuri lorong yang hanya diterangi oleh lampu berwarna kuning. Seperti kata Ken, tidak ada cctv di lorong ini.

"Ini pasti pintu yang dimaksud Ken." Ucap Odette penuh keyakinan. Di depan mereka terdapat pintu dengan model klasik yang sangat indah. Warna emas yang berada di setiap sudut pintu, menambah kesan mewah.

Sienna mengangguk. "Siapa yang akan membuka pintu ini? Kata Ken, ada dua anak buah yang menjaga depan pintu."

"Kau saja." Sela Odette cepat.

"Baiklah, bersiap-siaplah. Kita tidak boleh membuat suara terlalu bising." Sienna dengan perlahan membuka pintu dan bersamaan dengan itu, todongan senjata api tidak bisa ia hindari.

"Siapa kalian?!" Hardik seorang lelaki berkepala botak.

"Diam di tempat kalian!" Ucap lelaki lainnya saat Sienna bergerak maju ke depan.

"Kenapa aku harus mengikuti katamu?" Tantang Sienna. Ia melipat tangannya angkuh dan justru semakin berjalan maju mendekati lelaki itu.

Lelaki berkepala botak itu menggeram. Perempuan di depannya justru menantangnya bukan takut lalu kabur.

"Jika kau dan temanmu tidak mengikuti apa yang kami katakan, kami akan menembakkan peluru ini ke kepala kalian."

"Kalau kalian bisa." Sienna menarik dengan cepat pistol yang berada di tangan lelaki berkepala botak itu dan menjatuhkannya ke lantai.

"Apa yang k-" Lelaki berkepala botak itu jatuh terlentang setelah Sienna menendangnya.

"Membunuhmu mungkin?" Sienna menginjak dada pria itu hingga ia meronta-ronta minta dilepaskan karena sesak, napasnya tercekat.

Sienna menunduk, ia memasukkan paksa sianida ke mulut pria itu. "Telan!" Paksa Sienna. Tangannya membekap mulut pria itu.

Tidak lama kemudian, lelaki berkepala botak itu tiba-tiba saja kejang-kejang dan langsung tidak sadarkan diri. Sienna menempatkan dua jarinya di antara leher dan rahang bawah kanan pria itu, ia tersenyum puas setelah merasakan tidak ada denyut nadi. Sianida memang racun yang paling ampuh selain arsenik.

BUG

Sienna menoleh ke belakang, ia memutar bola matanya malas saat Odette terlihat kewalahan melawan pria berambut gondrong.

Sienna berjalan mendekati mereka yang sedang berkelahi. Ia menarik jas pria itu hingga ia mundur beberapa langkah.

"Bodoh." Ejek Sienna kepada Odette.

"Dasar perempuan bajingan!" Umpat pria itu. Ia berjalan cepat kearah Sienna dan melayangkan tangannya yang terkepal untuk menonjoknya.

"Melesat." Ejek Sienna ketika pria itu hampir saja tersungkur.

Sienna menendang punggung pria itu hingga menempel ke tembok. Kedua tangan pria itu ia ikat ke belakang dengan kencang hingga pria itu beberapa kali meringis. "Jangan lemah." Ucap Sienna sinis.

"Kau tahu, kau dan temanmu benar-benar membuang waktu kami. Awas saja jika misi kami gagal hanya karena kalian berdua." Setelah mengatakan itu, Sienna menusuk kepala pria itu dengan pisau. Darah mulai mengucur dan membasahi lantai.

"Kita tinggalkan saja disini. Lagipula tidak banyak orang yang akan melewati area ini." Ucap Sienna.

Odette mengangguk. "Maaf membuang waktu lama." Sesalnya.

"Aku tidak butuh kata maafmu, buktikan nanti jika kau bisa lebih baik." Tukas Sienna.

Mereka berdua berjalan meninggalkan dua mayat yang sudah tergeletak di lantai dengan keadaan yang cukup mengenaskan.

Mission: No Time To DieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang