Chapter 25

265 33 0
                                    

"MEREKA BERHASIL MELACAK KEBERADAAN KITA!" Teriak seorang pria ketika menyadari jika sistemnya sedang diretas.

"Bagaimana bisa?!" Tanya seorang perempuan yang baru saja datang dan mendengar teriakan anak buahnya.

"S-sepertinya mereka menggunakan Right'O Odin untuk me-melacak kita. Mereka juga telah masuk ke dalam sist-tem kita." Jawab pria itu takut-takut. Ia melirik perempuan di sebelahnya yang sudah menunjukkan raut wajah tidak suka dan aura yang menyeramkan.

"Perintahkan anak buah lain untuk segera bersiap! Bawa semua budak ke markas dan sisanya sembunyikan di ruangan bawah tanah!" Perintah perempuan itu tegas.

"Bagaimana dengan sistem yang diretas itu?"

"Aku bisa mengurusnya."

Pria itu mengangguk. Ia berlari untuk memberi tahu yang lainnya apa yang baru saja diperintahkan.

Sepeninggal anak buahnya, perempuan yang masih kita belum ketahui identitasnya itu terlihat menatap serius layar-layar di depannya.

Ia memikirkan bagaimana cara untuk mengeluarkan orang yang meretas sistem mereka sekarang. Tangannya bergerak dengan lincah mengetik sandi-sandi dan kode-kode.

Saat ia hampir berhasil, tiba-tiba saja layar itu menunjukkan tanda access denied. Layar hologramnya sama sekali tidak bisa digerakkan.

"Fuck!" Umpatnya kesal. Ia menggebrak meja dengan keras hingga terdengar sampai ke luar ruangan.

Ia terus mengotak-atik hologramnya, berusaha untuk memulihkannya. Ini tidak bisa dibiarkan. Jika mereka menyelam lebih dalam sistemnya, semua pasti akan terbongkar.

***

"Kita sudah mengambil alih sistem mereka." Ucap Sienna. "Aku sudah mengunci aksesnya sehingga mereka tidak akan bisa membukanya lagi."

"Kau yakin?" Tanya Robert ragu.

"Lihatlah sendiri." Layar hologram yang terpampang di depan mereka menunjukkan beberapa data milik organisasi More Knights.

Sienna membuka satu persatu file itu.

Anggota Spine cukup terkejut melihat banyak sekali foto wanita maupun anak-anak yang menjadi korban penculikan mereka. Ralat, lebih tepatnya barang dagangan organisasi itu.

Korban mereka terlihat sangat memprihatinkan. Baju yang sudah compang-camping dan dipenuhi bercak darah.

"Apa mereka semua sudah terjual?" Tanya Odette sendu. Ia kasihan melihat wajah anak-anak itu, mereka terlihat sangat tersiksa. Ia tidak bisa membayangkan seberapa takut dan tersiksanya mereka saat berada di posisi itu.

"Sepertinya sudah. Hampir semua foto ini diambil setahun yang lalu." Jawab Sienna.

Sienna lalu beralih ke file yang lainnya.

"Oscar Benedict masuk ke dalam daftar pelanggan tetap mereka?" Cetus Diego tidak percaya.

Dominic yang merasa familiar dengan nama yang Diego sebut pun berusaha mengingat siapa pemilik nama itu.

"Oscar Benedict? Maksudmu mentri keuangan?" Tanya Vivaldo memastikan.

Diego mengangguk membenarkan.

"Dia ternyata hanyalah sampah." Ucap Dominic yang juga sudah mengingatnya. "Topengnya berhasil mengelabuhi negara. Menjijikan melihat bagaimana sok bijaknya ia di televisi. Citranya benar-benar palsu." Lanjutnya.

"Selain Benedict, siapa orang penting yang menjadi pelanggan mereka, Sienna?" Tanya Vivaldo yang membuat Sienna segera mengecek daftar itu kembali.

"Dimitri Kyle, Justin Anderson, Bobby Coularez dan masih banyak lagi orang penting lainnya." Jawab Sienna sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Mission: No Time To DieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang