"Anakmu sudah mati." Ujar Taeyong, menatap datar Jaehyun.
"Jangan konyol Taeyong! Kemarin aku melihat kau jalan dengan Mark!" Ujar Jaehyun, memperingati Taeyong.
"Mark bukan anakmu." Ujar Taeyong, seraya menyeringai kepada Jaehyun.
"Lalu, anak siapa? Kau tidak memiliki hubungan dengan siapapun." Jelas Jaehyun, yang masih berharap dan yakin bahwa Mark itu anaknya.
"Dulu, aku memang mengandung anakmu. Tapi anakmu langsung mati begitu aku melahirkannya. Mark adalah anak dari one night stand ku." Jelas Taeyong, dengan senyuman manisnya.
"Ah, sepertinya informan-mu kurang lengkap dalam memberikan informasi serta data diriku kepadamu. Ada yang terlewat juga rupanya." Sambung Taeyong, yang langsung meminum tehnya, begitu melihat wajah Jaehyun yang menegang.
"Taeyong, aku tau kau sangat membenci diriku. Tapi tidak baik mengatakan anak kita meninggal padahal anak kita masih hidup. Bagaimana pun juga, anak kita harus tau siapa Daddy-nya. Aku berjanji tidak akan melarang-mu untuk menemui Mark." Jelas Jaehyun, yang masih berusaha mengambil hati Taeyong.
Helaan nafas lelah terdengar dari mulut Taeyong. Taeyong langsung mencondongkan badannya, agar dekat dengan Jaehyun.
"Aku tau dan sangat paham kalau anak kita harus tau siapa Daddy-nya. Tapi sangat di sayangkan kalau saat ini anak kita sudah berada di surga. Jadi, kalau kau ingin bertemu dengan anak kita? Kau harus mati terlebih dahulu. Itu pun aku tidak bisa memastikan apakah kamu bisa bertemu dengan anak kita. Karena aku yakin kalau Tuhan masih mempertimbangkan apakah kau masuk surga, atau neraka. Kalau di lihat dari perbuatan-mu dulu, aku tidak yakin kalau kau akan bertemu dengan anak kita di surga. Apalagi kau membuang dan berniat membunuhnya selagi dia masih ada di dalam kandunganku." Jelas Taeyong.
Taeyong langsung berdiri dari duduknya, dan berkata. "Cha, sepertinya waktu makan siangku telah selesai. Terima kasih atas traktiran yang kau berikan." Ujar Taeyong, yang langsung pergi dari hadapan Jaehyun.
Namun, baru satu langkah dirinya hendak pergi, ucapan Jaehyun sukses menahan dirinya yang hendak pergi. "Aku akan melakukan tes dna dengan Mark. Aku yakin kalau Mark adalah anak kandung-ku." Ujar Jaehyun.
Taeyong terkekeh mendengarnya. Ia segera berbalik menghadap Jaehyun. "Rupanya kau masih bersih keras mendapatkan anak laki-laki, supaya kau bisa mendapatkan harta warisan milik orang tua-mu." Ujar Taeyong.
"Kalau kau ingin melakukan tes dna dengan Mark? Silahkan. Aku tidak akan memaksa-mu." Jelas Taeyong.
"Tapi, setelah keluar hasilnya dan ternyata Mark bukan anak-mu? Jangan pernah menganggu diriku lagi, dan juga jangan pernah menganggu Mark." Peringat Taeyong, menatap Jaehyun penuh peringatan.
"Apakah ada hal lain yang ingin kau katakan? Sebuah ancaman di akhir pertemuan misalnya?" Tanya Taeyong, menatap Jaehyun dengan senyum kemenangan miliknya.
"Ah, sepertinya tidak ada. Kalau begitu aku pamit. Terima kasih untuk hari ini." Sambung Taeyong, yang benar-benar pergi dari hadapan Jaehyun.
Setelah kepergian Taeyong, Jaehyun langsung menelepon seseorang.
"Carikan informasi yang lengkap mengenai Mark Lee dan juga Lee Taeyong. Aku tidak ingin adanya kesalahan atau ketidak lengkapan dalam berkas. Kalau sampai itu terjadi? Aku akan pastikan kalau kamu tidak akan mendapatkan pekerjaan di mana pun." Perintah Jaehyun, kepada orang yang ada di sebrang telepon sana.
Setelah mengatakan itu, Jaehyun langsung mengantongkan kembali ponselnya ke dalam saku jasnya. Lalu Jaehyun pun pergi dari kedai, kembali ke kantornya.
Sementara Taeyong, saat ini dia tengah berada di dalam taksi, dengan memegang dadanya dan mengontrol pernapasannya.
"Ten! Aku harus menelepon Ten." Gumam Taeyong, seraya mencari ponsel yang ada di dalam tas miliknya.
"Hallo Taeyong, ada apa?" Tanya Ten, di sebrang sana.
"Tennie, aku--aku bertemu dengannya." Ujar Taeyong dengan nada panik dan gemetar ketakutan.
"Kau? Bertemu dengannya? Siapa maksud-mu? Apakah Jaehyun?" Tanya Ten yang sangat penasaran.
"Iya! Aku bertemu dengan Jaehyun. Dia--dia ingin mengambil Mark dari hidupku! Aku--aku tidak tau harus melakukan apa Tennie. Aku--aku tidak mau berpisah dengan Mark." Ujar Taeyong, dengan tergagap dan kedua air mata yang sudah mengalir di kedua sudut matanya karena ketakutan.
"Sekarang kau ada di mana? Aku akan ke sana?" Tanya Ten yang sangat khawatir dengan keadaan Taeyong.
"Aku akan menemui Mark. Aku tidak akan melepaskannya lagi Ten. Aku akan selalu ada di sisi Mark." Jawab Taeyong yang masih tersendat karena tangisan yang selalu keluar dari sudut matanya.
"Kalau kau sudah sampai? Tunggulah di sana. Aku akan menyusul-mu ke sana. Kita akan mencari jalan keluarnya secara bersama. Ingat Taeyong! Kau masih mempunyai diriku sebagai sahabat-mu." Peringat Ten, yang sangat berharap Taeyong tidak melakukan tindakan bodoh di kala panik.
"Aku tunggu kau di saja. Jangan lama-lama Ten! Aku takut Jaehyun menemuiku di sana, dan membawa Mark dari diriku." Peringat Taeyong.
"Aku dalam perjalanan ke sana. Tunggu aku. Kalau begitu aku tutup teleponnya." Ujar Ten, yang langsung menutup teleponnya secara sepihak.
Begitu teleponnya tertutup, Taeyong langsung meremat ponselnya dengan sangat erat. Seakan membagi kegelisahan dan kecemasannya serta kekhawatirannya kepada ponsel yang ia pegang.
Ia tidak tau harus membaginya kepada siapa saat ini. Jujur saja, tadi Taeyong hanya berusaha kuat di depan Jaehyun.
Taeyong sangat tau seberapa kuatnya pengaruh Jaehyun, untuk mendapatkan apa yang dia inginkan.
Jadi, Taeyong berusaha sekuat tenaga untuk berusaha kuat dan meyakinkan perkataannya kepada Jaehyun, kalau Mark itu bukan anaknya, serta meyakinkan kalau anaknya sudah meninggal sewaktu dirinya melahirkan.
Jadi, Mark itu benar anaknya Jaehyun? Tentu saja! Taeyong tidak mungkin berhubungan dengan orang lain, selain Jaehyun. Semabuk dirinya, dia tidak akan berakhir one night stand, karena Ten yang selalu siap menjemput dirinya di kala mabuk. Kalau Ten tidak bisa? Palingan Taehyung yang akan menjemputnya, dan membawanya pulang.
Taeyong terpaksa bilang kalau misalkan anaknya Jaehyun sudah meninggal. Kalau dia mengaku Mark adalah anak kandung Jaehyun? Taeyong benar-benar akan kehilangan Mark di hidupnya.
Taeyong tidak bisa bayangkan kalau Mark tidak ada di sisinya. Mark adalah salah satu alasan dirinya masiu bertahan di dunia ini.
Iya Taeyong tau kalau dirinya salah karena telah melakukan hubungan intim di luar nikah. Tapi tidak seharusnya Taeyong mendapatkan ini semua.
Kekasihnya yang tidak mau bertanggung jawab setelah menghamili dirinya, kekasihnya yang menyuruh dirinya untuk membunuh anaknya sendiri, orang tuanya yang mengusir dirinya karena malu, dan saat ini mantan kekasihnya ingin mengambil anak yang dulunya ingin dia bunuh, supaya dia dapat warisan.
"Ya Tuhan, tolong aku."

KAMU SEDANG MEMBACA
MISSION - JAEYONG
Fiksi PenggemarCERITA INI KHUSUS UNTUK JAEYONG SHIPPER! APABILA KALIAN TIDAK MENYUKAI SHIPPER INI? DIHARAPKAN UNTUK TIDAK BACA CERITA INI! TAPI JIKA KALIAN MEMAKSA UNTUK MEMBACA CERITA INI? JANGAN BERKOMENTAR NEGATIVE DI KOLOM KOMENTAR / DI KEHIDUPAN PRIBADI PARA...