6. Pinky Promise

380 19 0
                                    

*drt drt* deringan dari ponsel Jaehyun, ketika mereka dirinya sedang makan bersama dengan Taeyong dan Mark. Membuat Jaehyun harus menghentikan makannya.

"Sebentar ya. Daddy harus mengangkat teleponnya dulu." Pamit Jaehyun kepada Taeyong dan Mark yang tengah makan.

Mark dan Taeyong hanya mengangguk sebagai balasan. Sementara Jaehyun langsung pergi untuk mengangkat telepon masuk dari sang istri.

"Hallo, kenapa Naeun?" Tanya Jaehyun, begitu jauh dari radar Mark dan Taeyong.

"Jaehyun kamu di mana? Naehyun menangis sedari tadi. Dia mencari dirimu. Katanya, kamu janji ingin main bersama dengannya." Ujar Naeun, dengan nada panik.

"Aku gak bisa sekarang Naeun. Aku sedang bersama klien. Sedang membahas masalah tentang proyek kerja sama perusahaan aku dengan perusahaannya." Jelas Jaehyun dengan nada yang amat menyesal.

Dia memang memberikan alasan kalau klien-nya menelepon, sewaktu mereka tengah belanja bersama. Untungnya Naeun percaya, dan akhirnya dirinya memilih untuk pulang lebih dulu bersama dengan Naehyun. Sementara Jaehyun langsung menemui Mark dan Taeyong.

"Aduh gimana ini. Naehyun tidak berhenti menangis. Aku takut dia sesak lagi kalau nangisnya tidak reda." Ujar Naeun, yang tidak tau harus melakukan apa.

Naehyun itu ada riwayat penyakit asma. Kalau di biarkan menangis secara larut, asma yang di miliki Naehyun akan kambuh. Membuat Naehyun sangat kesulitan bernafas.

Jaehyun jadi bimbang. Dua-duanya adalah anak kandungnya. Mark dan Naehyun adalah anak kandungnya. Jadi dia bingung siapa yang harus di kalahkan.

"Jae... apakah kamu masih ada di sana?" Tanya Naeun yang tidak kunjung mendapatkan balasan dari Jaehyun.

"Ah iya Naeun. Aku akan ke sana sekarang. Jadi, tolong bilangin Naehyun untuk berhenti nangisnya." Ujar Jaehyun yang akhirnya lebih memilih Naehyun karena riwayat penyakitnya.

"Baiklah Jaehyun. Terima kasih dan Maaf. Aku akan memberi tau Naehyun. Hati-hati di jalan ya." Ucap Naeun, lalu memutuskan sambungan teleponnya secara sepihak.

Sementara Jaehyun langsung memasukkan teleponnya kembali ke dalam jas. Menghela nafasnya secara kasar, lalu kembali ke meja mereka, menemui Taeyong dan Mark.

"Kamu kenapa?" Tanya Taeyong, begitu melihat raut perubahaan yang ada di wajah Jaehyun.

"Aku harus kembali." Ujar Jaehyun, di iringi helaan nafas kasar.

"Kembali ke mana? Rumah atau kantor?" Tanya Taeyong, yang bingung akan maksud dari Jaehyun.

"Kantor, ada hal penting yang harus aku urus." Kalimat Dusta yang di lontarkan oleh Jaehyun. Tidak mungkin kan dirinya menyebutkan kalau dia harus pulang, karena anak perempuannya merengek?! Bisa-bisa Mark iri dan membenci dirinya, dan Jaehyun tidak akan membiarkan itu terjadi.

"Daddy sudah mau pergi?" Tanya Mark dengan raut wajah yang sudah berubah sendu.

Jaehyun langsung mendekati Mark, dan memasukkan Mark ke dalam pelukkannya. "Maafkan Daddy ya sayang. Daddy harus segera pergi. Ada hal penting yang harus Daddy selesaikan. Daddy harus mencari uang demi kebutuhan Mark. Katanya Mark ingin membeli semua mobil hot wheels bukan?" Ujar Jaehyun, memberikan kalimat penenag kepada Mark.

"Mark gak butuh semua mobil hot wherls. Mark hanya butuh Daddy dan Mommy di sini." Ujar Mark, yang mrmbuat hati Jaehyun serta Taryong terenyuh.

Taeyong yang sempat mendecak kesal karena ucapan Jaehyun, yang berkata kalau dia harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan Mark. Padahal sama sekali Jaehyun tidak pernah melakukan itu. Melakukan kewajiban seorang ayah akan anaknya.

Taeyong yang benar-benar menghidupi semua kebutuhan Mark, denga uangnya sendiri, tanpa campur tangan atau bantuan Jaehyun.

Namun begitu mendengar kalimat Mark, hati Taeyong terenyuh. Ia langsung tersadar akan peran Jaehyun yang sangat penting dalam kehidupan Mark. Mau sebagaimana pun Taeyong berusaha. Tetaplah saja berbeda! Ayah ya tetap ayah! Ibu ya tetap ibu! Walaupun Ibu bisa menggantikan peran Ayah ataupun sebaliknya. Tapi tetap saja akan terasa berbeda.

"Daddy tau sayang. Tapi Daddy harus pergi. Kalau tidak--" Ucapan Jaehyun berhenti, ketika Mark melepaskan pelukannya.

Begitu pelukan Mark terlepas, Mark langsung merogoh kantong celananya. Mengambil beberapa uang yang ada di kantong celananya, lalu memberikannya kepada Jaehyun. "Apakah uang segini cukup, agar Daddy bisa menemani Mark?" Tanya Mark dengan tatapan polosnya.

Lagi-lagi hati kecil Jaehyun terasa di sentil begitu mendengar ucapan Mark. Bukan hanya Jaehyun, Taeyong pun juga sama.

"Kata orang-orang, orang dewasa itu bekerja untuk menghasilkan uang. Mark sudah punya uang, jadi apakah Daddy bisa di sini bersama Mark?" Tanya Mark.

"Sayang, jangan seperti itu. Daddy harus tetap pergi, kalau tidak pergi? Daddy akan kehilangan pekerjaannya. Mark tidak mau Daddy di pecat bukan?" Tanya Taeyong, membantu Jaehyun.

Mark menggelengkan kepalanya. "Tidak Mommy." Balas Mark.

"Kalau begitu biarkan Daddy pergi. Daddy juga akan kembali menemui Mark kok." Ujar Taeyong, memberikan pengertian lagi kepada Mark, agar Mark tidak sedih.

Dan benar saja. Raut wajah Mark berubah, begitu mendengar kalimat terakhit yang di ucapkan Taeyong. "Benarkah Daddy?" Tanya Mark, dengan binar mata yang menatap Jaehyun.

Jaehyun tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Mengusap surai rambut Mark yang lumayan lebat. "Benar sayang. Daddy janji, setelah urusan ini selesai? Daddy akan menemui Mark." Ujar Jaehyun, memberhentikan usapan di kepala Mark. Lalu mengambil dompet yang ada di sakunya, membuka dompetnya dan mengambil satu buah kartu. Lalu di berikan kartu credit berwarna hitam, bertuliskan american express kepada Mark.

"Pegang kartu ini untuk membelikan mainan yang Mark inginkan tadi. Ini sebagai jaminan bahwa Daddy akan kembali. Jadi pegang dan jaga kartu ini ya." Ujar Jaehyun, seraya memberikan kartu Jaehyun kepada Mark.

Mark pun mengambil kartu itu, dan langsung menyimpannya. "Janji Daddy?" Tanya Mark, seraya memberikan jari kelingkingnya, guna membentuk pinky promise.

Jaehyun terkekeh, dan langsung menautkan jari kelingkingnya kepada Mark, membentuk pinky promise. "Janji." Ujar Jaehyun.

"Mommy! Tolong fotoin ini." Pinta Mark, seraya menunjuk pinky promise yang sudah terbentuk.

Tanpa banyak bertanya, Taeyong langsung mengambil ponselnya. Membuka kamera ponselnya, dan segera memfoto jari kelingking yang saling bertautan.

"Memangnya foto ini buat apa Mark?" Tanya Jaehyun.

"Sebagai bukti kalau Daddy sudah janji sama Mark. Biar nantinya Daddy tidak banyak alasan ke Mark, kalau Daddy mengingkari janji itu." Ujar Mark, dengan senyuman tipisnya.

Jaehyun terkekeh mendengarnya, ia langsung mengecup kepala Mark, di sertai usapan kecil. "Kalau begitu Daddy pergi ya! Ingat ya Mark Jung, jangan nakal-nakal. Jangan membuat Mommynya kesusahan, dan selalu jaga Mommy, ketika Daddy tidak ada bersama dengannya. Apalagi kalau sampai ada pria yang mendekati Mommy." Peringat Jaehyun kepada Mark.

"Siap kapten!" Balas Mark.

Jaehyun langsung beranjak dari kursinya. Mendekati Taeyong dan langsung mencium bibir Taeyong secara singkat. "Aku pergi dulu ya. Titip Mark ya sayang."

MISSION - JAEYONGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang