17

1.6K 245 18
                                    

.
.
.

"Cepat bantu aku!" Teriak yoona di depan rumah sakit.

Membuka pintu sebelah untuk menurunkan chaeyoung yang sudah setengah sadar.

Dibantu beberapa petugas rumah sakit chaeyoung memasuki rumah sakit dengan brangkar yang di dorong cepat.

Dini hari tadi chaeyoung terus mengalami muntah muntah hingga tubuhnya lemas, yang paling membuat yoona khawatir adalah saat chaeyoung sempat memuntahkan darah dari mulutnya. Bahkan chaeyoung sempat mengalami kejang.

Chaeyoung segera di larikan ke ruang unit darurat ditangani oleh dokter yang bertugas.

Yoona terus saja mondar mandir menunggu dokter keluar dan memberinya kabar tentang chaeyoung. Sekarang yoona tidak bertugas jadi dia tidak bisa masuk. Sekarang yoona berperan sebagai ibu bukan dokter.

"Bagaimana kondisi nya" tanya yoona saat dokter keluar

"Dia lemas karena kekurangan banyak cairan dalam tubuhnya. Ada sedikit gangguan pada pencernaan. Muntah darah disebabkan adanya gangguan di otak, kita akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui penyebabnya"

"Kondisi chaeyoung saat ini sudah stabil tapi tidak menutup kemungkinan akan memburuk jadi harus selalu di awasi setiap saat. Saya akan segera memindah chaeyoung ke ruang rawat, dia harus di rawat beberapa hari"

"Lakukan yang terbaik untuknya" kata yoona pada rekan kerjanya

"Baik dokter"

Penjelasan panjang tadi membuat lutut yoona lemas dia terduduk di kursi tunggu.

"Saya akan memindahkannya segera dokter, permisi" dokter itu segera melakukan apa yang diucapkannya.

Yoona terduduk di kursi memikirkan tentang kondisi chaeyoung, dugaan nya benar ada gangguan di percernaa karena saat mengobatinya tadi memar di perut cukup parah.

Tapi untuk muntah darah, yoona perlu melakukan pemeriksaan untuk tau apa yang terjadi.

Beruntung kondisi chaeyoung sudah stabil.

Yoona mengalihkan pandangannya saat pintu utama di buka. Brangkar yang di tempati chaeyoung keluar untuk memindahkannya ke ruang rawat.

Dia segera berdiri menemani putrinya.

Chaeyoung masih belum sadar mungkin nanti dia akan sadar.

Tidak lama chaeyoung sudah masuk ke ruangan yang luas.

"Saya permisi dulu dokter" setelah membawa chaeyoung masuk ke ruangan para pekerja rumah sakit  mengucapkan pada yoona

Yoona mengangguk dan tersenyum tipis "iya, terima kasih"

Hanya tersisa yoona sendiri sekarang dengan chaeyoung yang masih menutup matanya.

Yoona menghela nafas duduk di samping ranjang chaeyoung menatap lekat putrinya.

Lihatlah meski ada beberapa luka di wajah chaeyoung tapi sama sekali tidak membuatnya terlihat buruk.

Masih tetap cantik.

Yoona mengenggam tangan chaeyoung mengubur wajahnya dengan memengang tangan sang anak.

Terisak kecil mengingat betapa kalang kabutnya dia saat chaeyoung tidak berhenti muntah dan kejang.

–––

Sekolah masih terlihat sepi tapi jennie sudah sampai di depan gerbang.

Dia ingin cepat cepat bertemu dengan chaeyoung. Berharap gadis itu menyapanya dengan senyum manis seperti biasanya.

Berjalan santai di koridor menikmati udara pagi yang sangat menyegarkan. Lapangan yang sangat luas memberinya kesan sangat indah.

Jennie sudah sampai di depan kelasnya, benar saja masih belum ada satu anak pun yang datang. Dia melihat jam tangan seharusnya anak anak sebentar lagi juga akan datang dengan berlari karena telat.

Mendudukkan diri di kursinya menunggu teman temannya datang. Dia mengeluarkan ponselnya masih belum ada satu pesan pun dari chaeyoung, bahkan pesan jennie kemarin sama sekali tidak di lihat.

Apa begitu sibuknya kah chaeyoung sampai tidak memberinya kabar apa pun.

Jennie sudah tidak bisa menunggu lagi rasanya, dia memutuskan untuk menelpon chaeyoung.

Menempelkan ponsel di telinganya hanya suara dering ponsel yang terdengar. Mengetuk ngetuk jarinya menunggu seseorang yang dinantinya mengangkat telpon dan menyapanya.

Tapi sepertinya tidak ada balasan apapun dari seberang sana.

Jennie meletakkan kasar ponselnya di meja. Benar benar sangat menjengkelkan.

"Ada apa" jennie memengang dadanya terkejut saat tiba tiba jisoo sudah datang dan duduk di sebelahnya.

"Kau mengejutkanku eonnie" kata jennie yang di balas kekehan oleh jisoo.

"Kau berlebihan" ucap jisoo

"Ada apa? Kenapa kau murung" tanya jisoo saat wajah jennie kembali di tekuk seperti tadi.

"Eonnie kau tau"

"Tidak"

"Eonnie~ aku belum bercerita"  suara jennie merengek

"Tau apa?"

Jennie sejenak berfikir untuk mulai bercerita pada jisoo

"Ehm akhir akhir ini aku cukup dekat dengan chaeyoung"

"Aku tau" jennie menganga tak percaya dengan jawaban jisoo

"Kau tau?" Jisoo menganguk

"Bagaimana bisa"

"Itu terlihat sangat jelas jennie, kau selalu makan siang dengan nya, pergi ke perpustakaan berdua, bahkan menghabiskan waktu untuk belajar di luar bersama, itu sudah menujukkan bahwa kau dan chaeyoung memang dekat, mungkin banyak yang mengira kau dengannya sedang berkencan.

"Sejelas itu" tanya jennie diangguki oleh jisoo

"Lalu apa masalahnya" jisoo bertanya

"Dari kemarin dia tidak memberiku kabar sama sekali sampai sekarang, ini sudah cukup siang semua orang sudah datang tapi dia belum datang biasanya dia rajin bukan selalu datang pagi.

"Kau tidak tau" jennie memandang jisoo yang akan meneruskan bicaranya

"Dia sedang sakit, tadi ibunya memberi tahu ku bahwa chaeyoung tidak masuk"

"Sakit?" Jisoo mengangguk

"Sakit apa"

"Tidak tahu"

"Aku akan menjengguknya nanti sepulang sekolah sebagai perwakilan kelas, ingin ikut?" Ajak jisoo karena sudah tau apa yang ada di pikiran jennie pasti gadis ini sedang khawatir.

"Aku ikut" tutur jennie

"Okey"

Jennie menatap ke luar arah jendela, chaeyoung sakit? Kemarin saat pergi masih baik baik saja, apa setelah dia pulang ada sesuatu yang terjadi.

Semoga gadis itu baik baik saja.




Tbc

Silakan dukung cerita ini dengan tersenyum. Terima kasih.

Bye author nya kehabisan kuota.

Number One -Chaennie-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang