BAB 38

9.6K 680 7
                                    

Sudah satu minggu semenjak kejadian itu. Geng Riddin yang mulai jengah dengan sifat bucin Faris kepada Cia terutama Deniz dan Nathan yang mulai kesal. Kata mereka berdua tingkat bucin Faris melebihi Revan. Lebih menyebalkan katanya.

Hari ini Lavina sedang berada ditoko cake. Sudah malam hari, tapi gadis ini malah pengen cake. Dia pergi dengan berjalan kaki, karna hanya 10 menit dari rumahnya. Padahal disuruh mommy untuk diantar supir karna cuaca terlihat akan hujan, tapi tidak didengar oleh Lavina.

Dan sekarang lihat! Hujan mulai turun. Hujan yang terlihat akan lama berhenti ,sedangkan Lavina tidak membawa payung.

"Ahhh! Harusnya gua bawa payung tadi! Wahhh gua kena karma nih kayanya karna gak dengerin mommy."

"Bodo amat! Terobos aja lah!" Lavina melangkah keluar siap berlari.

Jderr. Suara petir.

"Kyaa~" cakenya terpental karna terkejur. Dan dia akan jatuh terpeleset karna kaget.'Kamvret cake gua!' Batin Lavina yang pasrah karna akan jatuh.

Grep.

Lavina yang masih memejamkan matanya. Merasa tubuhnya ada yang menahan agar tidak jatuh? Dan air hujannya tidak ada. Apa hujannya berhenti. Lavina mulai membuka matanya perlahan.

Damn! Dia diselamatkan oleh pria. Tatapan matanya yang sendu?

"Lu gak papa?" Ucap Pria itu.

Lavina masih menerjabkan matanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lavina masih menerjabkan matanya. Menatap mata pria itu. Bukan karna kagum, walaupun memang tampan si. Tapi itu karna tatapan yang memperlihatkan sebuah kekhawatiran, rindu yang begitu lama. Tatapan yang mengatakan 'Akhirnya kita bertemu kembali.'

"Lu gak papa? Lavina? Lavina?!"

Mata Lavina membelalak terkejut. Bagaimana pria itu tau namanya? Lavina sadar dan berdiri dengan tegak.

"G--gua gak papa kok. Makasih."

"Hufth! Gua kira lu kenapa napa! Kalau ditanya jangan diem aja. Gua panik tau gak?!" Bentak pria itu.

"Lahh anjir! Ngapain lu bentak bentak gua! Pergi sana! Makasih udh bantu gua sekarang pergi sana." Usir Lavina.

Pria itu menarik kembali Lavina yang akan pergi. "Hujan. Nanti lu sakit."

"Apaan sihh! Terserah gua lah! Badan badan gua! Lepas!"

"Tapi gua khawatir Lavina. Pegang nih payung."

"Gak mau! Lu aja sana! Nanti lu sakit nyalahin gua!"

"Gak akan. Nih pegang! Nanti lu sakit kalau kehujanan."

"Orang gak mau. Lu siapa ?! Jangan sok kenal sama gua. Apa lagi maksa maksa gua!"

Pria itu menatap tajam Lavina. Dia tidak suka dibantah. Apalagi melihat Lavina membatah dirinya. Dia hanya ingin memberikan payung agar Lavina tidak sakit karna kehujanan.

Antagonis ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang