BAB 18

15.6K 1.1K 3
                                    

Disebuah rooftop cafe empat orang sahabat hanya saling diam. Tidak ada yang memulai percakapan lagi. Suasana disana sangat hening.

Hari ini Lavina dkk pergi ke cafe saat jam makan siang untuk membicarakan tentang Albi. Mendengarkan Delicia bercerita mengenai apa yang terjadi kemarin dengannya dan Albi. Setelah mendengat itu suasana mengadi hening sehening - heningnya, hanya ada suara orang yang mengobrol dan memesan minuman.

"Kenapa sahabat satunya ini mudah sekali memaafkan pria itu setelah apa yang dia lakukan." Hanya itu yang ada difikiran mereka.

"Ekhm! Kermaren lu sama Revan pergi kecafe firts love ya?" Shasha mulai memecahkan keheningan ini. Sumpah! Ia sungguh sudah muak dengan keheningan ini. Ditambah dengan diamnya ketiga sahabatnya ini, mereka sangat menakutkan saat diam, terutama Lavina. (Sabar ya Sha😭)

"Hm" balas Lavina yang menambah keheningan. Sungguh Shasha ingin menangis saja hari ini. "Vina. Tadi Revan nyusul lu ke tempat gym?" Yara yang juga sudah mulai muak dengan keadaan ini.

"Iya. Dia nyusul" karna Yara yang menanyakan itu membuat Lavina teringat kejadian tadi pagi ditempat gym.

Flashback on

Lavina yang memulai aktivitas gym nya lagi setelah ia mengupload diinsta. Dia hanya menghela nafas saat mendapat pesan banyak dari Revan yang menyuruhnya pulang atau dia akan menyusul Lavina.

"Lavina!" Semua orang terkejut karna suara sedikit membentak itu awalnya, tapi mereka disana terkejut karna wajah dari laki-laki yang teriak itu. Sangat sempurna! Itu yang mereka ucapkan.

"Rev--

"Kenapa kamu gak bilang aku kalo mau kesini?!" Memeluk Lavina lembut yang menjadi perhatian semua orang ditempat gym. "......aku gak mau ngerepotin kamu pagi-pagi." Revan yang mendengar itu melepaskan pelukannya.

"Vina! Aku ngomong begitu berarti aku merasa gak terganggu. Kamu boleh ngerepotin aku, mau pagi, siang, sore ataupun malem. Hm?! Kamu itu berhak karna aku milik kamu dan kamu hanya milik aku Lavina. Ngerti?" Mengelus lembut pipi Lavina.

"Karna aku milik kamu dan kamu hanya milik aku" kata itu juga tengiang-ngiang dikelala Lavina. 'Lalu bagaimana kalau kamu tau aku bukan Lavina yang asli Van? Apa kata-kata itu masih belaku Van?' Lavina menatap sendu Revan.

"Jaga Revan kak. Cintai dia." Disaat itu juga Lavina mengingat kata-kata jiwa Lavina asli kepadanya didalam mimpi.

'Apa gue berhak Lavina? Kenapa ini harus terjadi?! Gue bener-bener takut akan kehilangan ini semua.'

".......nangis?

"Vina! Kamu kenapa nangis?!

"......"

"Hey. Lavina!" Menangkup wajah Lavina dan mebuatnya tersadar. Dan hanya menatap bingung. "Kamu kenapa sayang?! Ada yang sakit?" Khawatir Revan. Dan dibalas gelengan oleh gadisnya.

"Terus kamu kenapa nangis sayang??

"Nangis?" Dibalas anggukan oleh Revan sambil mengusap air mata Lavina. "Gak papa kok. Cuma kangen aja sama kamu." Tersenyum sendu dan memeluk Revan.

Flashback off

Lavina menengadah keatas agar air matanya tidak turun. Lalu dirasa sudah membaik, dia menatap Delicia yang sudah memainkan jarinya daritadi.

"Huh! Semua terserah lu Cia. Gue sebagai sahabat lu hanya mau lu bahagiaa dan selalu tersenyum.......Gue gak bisa maksain perasaan lu! Kalo gitu gue pergi dulu." Lavina pergi meninggalkan ketiga sahabatnya yang menatap punggungnya yang perlahan menghilang.

Antagonis ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang