15| REIVARO

40 2 0
                                    

Halo semuaaa..

Terimakasih sudah mau menyempatkan diri membaca cerita ini

Maaf yaa aku jarang apdet, hihi

Jangan lupa 3 J yahh✨

•Jangan lupa votmenn!

•Jangan lupa share cerita ini!

•Jangan lupa jaga kesehatan!

Selamat membacaa🍂


*****

Reivaro mematikan keran yang sejak tadi menyala di wastafel. Rasa kantuk dan sedikit hawa panas yang terasa ditubuhnya membuat lelaki itu pergi ke toilet untuk membasuh wajahnya agar merasa lebih segar.

"Nambah jelek aja lo," ucap Reivaro disertai cengiran pada dirinya sendiri ketika melihat bayangannya dari pantulan cermin didepannya.

Wajah yang pucat, bawah mata yang agak menghitam, dan bibir yang pecah-pecah berhasil membuatnya seperti mayat hidup. Sepertinya ini terjadi karena ia kurang istirahat.

Lelaki itu menempelkan telapak tangannya pada dahinya, untuk merasakan apakah suhu tubuhnya sudah menurun atau tidak.

"Anget dikit gapapa lah," gumamnya setelah merasakan panas dari dahinya. Niatnya ingin menurunkan sedikit panas dengan membasuh wajah menggunakan air dingin, namun ternyata suhu tubuhnya bahkan tak menurun sedikitpun, justru malah membuatnya sedikit kedinginan.

Pintu toilet terbuka. Bukan karena Reivaro yang keluar, namun ada seseorang yang masuk. Itu adalah Benza.

Reivaro yang bersikap cuek tak terlalu menghiraukan Benza dan memilih untuk kembali sibuk membasuh wajahnya.

Benza melirik Reivaro yang ada didekat wastafel, "Anak beasiswa, buang-buang air aja," sinis Benza.

Reivaro berdecak, "Gue lagi gak mau cari ribut dulu sama lo," Lelaki itu memutar bola matanya malas.

Benza menaikkan dagunya,
"Miskin gausah belagu deh lu"

Reivaro menatap tajam cowok yang sedang menggunakan headband berwarna merah bertuliskan inisial "B" Itu.

"Gue mau nahan sabar sekarang, gak mau berurusan sama ODGJ," ucap Reivaro memalingkan pandangannya.

Benza menarik kerah seragam Reivaro, "Apa lo bilang? Bisa apa lo disini? Diantara kita yang ada diatas lo"

Reivaro membuang napas gusar, memijat pangkal hidungnya untuk mengurangi sakit kepalanya yang bertambah karena sikap Benza ini.

"Gua gak mau masuk ruang bk jadi mending lo diem," ucap Reivaro.

"Asal lo tau? Lo itu cuman ibarat barang murahan diantara kita barang mahal. Merusak pemandangan," tutur Benza.

Reivaro segera melepaskan lengan Benza dari kerah seragamnya, "Sejak kapan keadaan ekonomi seseorang jadi patokan?"

Jari telunjuk Reivaro mengetuk kepalanya sendiri sambil tersenyum, "Kalo otak bisa dipake, yang miskin pun bisa jadi kaya. Begitu pula sebaliknya," balas Reivaro dengan nada mengejek dan senyum miring.

Mata Benza melotot tajam,
"Tapi kalau seandainya lo gak ngelakuin itu. Semuanya bakal baik-baik aja," ucapnya pelan penuh penekanan. Kemudian menghentakkan kakinya keluar toilet.

REIVARO [ON GOING] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang