Part - 01

591 45 0
                                    

Jan berjalan menunduk di koridor sekolahnya, ia tidak ingin melihat orang-orang yang tidak menyanyinya dengan bebas berlalu-lalang.

Ia ingin disayangi!

Dari banyaknya penghuni sekolahnya, hanya satu yang menyayanginya dengan tulus. Dia ingin menemuinya.

Tanpa sengaja seseorang menabraknya membuatnya terduduk di lantai koridor. Ia meringis, pantatnya masih sakit. Dan sekarang semakin sakit.

Tangan terulur kepadanya, Jan mendongak. Siswa yang menabraknya mengulurkan tangannya.

Jan menggeleng, mengesot mundur. Tatapannya menampakkan ketakutan yang sangat jelas. Apa wajahku menyeramkan? Pikir siswa itu. Mungkin.

Siswa itu mendekat, membuat Jan semakin mengesot ke belakang. "Hey, lo kenapa? Siniin tangan lo, biar gue bantu."

Kasar, ucapannya kasar sekali. Dia tidak menyayangiku.

Siswa itu ingin meraih tangan Jan, tapi Jan menepisnya dengan kasar. "Jangan! Jangan sentuh Jan!"

Tanda tanya besar hadir di kepala siswa itu, maksunya apa ya? Dirinya kan hanya ingin menolong, kenapa malah justru seperti ingin memperkosa?

"Gue cuma mau bantuin lo berdiri. Siniin tangan lo."

Lagi tangannya yang terulur ditepis. Sekarang ia kesal. Sungguh! Mau ditinggal saja, nanti apa kata orang? Dirinya tidak bertanggung jawab? Sial.

Dengan sekali tarik tubuh Jan berada di pelukannya. Jan membeku. Lalu memberontak dengan brutal.

"Jangan! Jangan sentuh Jan! Kamu tidak menyayangi Jan. Jangan!"

What the fuck?

Ya jelaslah dia tidak menyayanginya. Memangnya dirinya siapa? Kenal saja tidak!

Dipegangnya erat bahu Jan, ditatapnya mata Jan yang sudah berair. Menangis? Ia menghela napas.

"Gue memang nggak sayang sama lo. Soalnya kita aja nggak kenal. Ya kali gue asal sayang-sayang aja sama orang yang nggak gue kenal. Gue cuma mau nolongi lo karena gue yang udah buat lo jatuh. Bukan mau merkosa lo yang batangan."

Jan terdiam. Tubuhnya kaku. Tatapannya kosong. Tidak saling kenal tidak boleh saling sayang? Tapi setiap hari yang datang padanya awalnya tidak dikenalnya, tapi mereka mengatakan menyayanginya!

"Kamu bohong! Jangan bohongi Jan!" Setelah mengatakannya Jan langsung berlari meninggalkan siswa itu yang terdiam dengan wajah memeable.

Temannya siswa itu datang menghampirinya sembari menahan tawa. "Oi Saga, lo apain tuh anak, mau lo perkosa? Sampe ketakutan gitu mukanya. Gue baru tau lo suka batangan."

Siswa yang dipanggil Saga langsung menempeleng kepala temannya- Andra, dengan kuat. Andra meringis. Sakit juga.

"Sembarangan lo ngomong, Njing. Gue juga nggak tau dia kenapa. Gue rasa dia gila."

Dilangkahkannya kakinya menuju tujuan awalnya tadi. Huh, kenapa dia harus bertemu orang kurang waras sih? Bikin mood turun aja.

"Namanya Jan Hazel. Dia seangkatan kita. Dari awal mpls dia udah aneh. Setiap ditanya sama orang lain dia pasti nanya dulu orang lain itu sayang sama dia apa nggak." Andra diam. Tidak melanjutkan.

"Terus?"

"Eh? Gue pikir lo nggak tertarik, Bro."

"Kelanjutannya apa?"

Andra terkekeh pelan, "kalo dijawab nggak dia bakal lari ketakutan gitu. Dan lebih parahnya lo mau tau?"

Saga menatap temannya penuh rasa penasaran yang sudah menjawab dengan jelas kalau dirinya sangat ingin tahu.

"Ada siswa yang jawab kalo dia sayang sama tuh anak, dan tuh anak langsung bugil, dia pengen dipake katanya buat buktiin tuh siswa emang sayang sama dia ato cuma pura-pura."

Saga tidak tahu harus memasang ekspresi seperti apa sekarang. Ini sangat ....

"Dan siswa itu ngelakuin sex sama tuh anak. Dan kabarnya sampe sekarang sih mereka dekat. Bahkan cuma sama tuh siswa tuh anak dekat di sekolah ini."

"Siapa siswa itu? Kok dia mau?"

Andra terkekeh pelan, senyum tipis hadir menghiasi wajah rupawannya. "Gue juga nggak tau kenapa tuh siswa mau. Mungkin cuma mau cari kesenangan atau karena sayang beneran. Gue nggak tau."

Saga berdecak tidak puas mendengar jawaban Andra. "Terus tuh siswa siapa? Seangkatan kita juga?"

Andra tertawa pelan melihat kekepoan temannya ini, "lo kok kepo amat? Baru tau gue lo orangnya kepoan, Bro."

Satu tepukan mengenai kepala Andra. Sang empunya kepala meringis. Temannya ini memang suka sekali menampol kepalanya.

Mereka melanjutkan langkah dalam diam. Setelah menelusuri koridor dengan tidak jelas- bahkan Saga lupa mau ke kantin tadi, mereka memutuskan untuk kembali ke kelas saja. Berhubung tidak ada guru yang mengajar bisa tidur di kelas.

Baru saja kepalanya ditenggelamkan dalam lipatan tangannya di atas meja, suara yang dikenalnya mengusik telinganya. Dibukanya matanya dan langsung terpaku.

"Andra! Ayo temani Jan ke kantin. Jan ingin makan sesuatu ditemani oleh, Andra."

Jan tersenyum senang sembari menautkan jemarinya dengan jemari Andra. Andra yang melihat tingkah lucu Jan membuat Andra gemas sendiri. Diusaknya rambut halus Jan.

"Memangnya Jan ingin makan apa? Akan Andra belikan."

Mata Jan berbinar tanpa disadarinya ia melompat-lompat kecil, antusias. "Jan ingin soto dan bakso! Andra harus membelikannya untuk Jan!"

Andra terkekeh gemas, "baiklah. Soto dan bakso akan menjadi milik Jan yang lucu ini." Ditoelnya pucuk hidung Jan. Jan tersipu malu.

Sembari menganyunkan tautan jemari mereka, Jan dengan semangat menarik Andra ke kantin.

"Ndra?"

Andra menoleh sekilas pada Saga, lalu berkedip iseng. "Sial, Andra! Pantasan dia tau kisahnya. Dia orangnya ternyata!"

Siswi yang duduk di belakangnya menepuk pundaknya, Saga menoleh, "apa?"

"Lo jangan terkejut liat mereka, seisi sekolah juga tau hubungan tuh dua batangan. Wajar sih lo terkejut, lo kan baru masuk tadi."

Saga melongo abis! Andra sialan! Dia harus menjelaskan padanya. Bisa-bisanya dia menyembunyikan hal seperti ini darinya yang notabene adalah teman masa kecilnya! Andra sialan!

-
TBC

Sifat itu misterius.

Angel's like You [end] [republish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang