CHAPTER 8

317 41 3
                                    

Enjoy~

Jeno dan Renjun menyaksikan adegan itu, mereka membeku karena terkejut, ketika teman mereka memeluk head hazer senior fakultas teknik. Namun mereka segera melupakan keterkejutan itu ketika mereka menyadari bahwa Haechan sedang menangis. Sesuatu yang dibenci kedua sahabat itu. Itu membawa mereka kembali ke masa sekolah menengah ketika Haechan diganggu. Dan ironisnya adalah para siswa sekolah menengah itu menindas Haechan untuk alasan yang sama dengan para senior ini. Jealousy.

"Jeno bisakah kau pergi mengambil tas kita? Dan air minum, Haechan akan membutuhkannya nanti. Aku akan menunggu bersama mereka." Pinta Renjun kepada Jeno.

"Oke akan aku ambilkan, sebelum itu apakah kita perlu menelpon Jungwoo hyung?"

"Tidak sekarang, kita tunggu Haechan dan Mark sunbae menyelesaikan urusannya terlebih dahulu." Renjun menjawab, menunjuk dua anak laki-laki yang sedang berpelukan.

"Sebenernya apa yang sedang Mark sunbae lakukan? Haechan juga! Aku tidak percaya dia memeluk seseorang yang bahkan belum genap 2 jam yang lalu ia temui."

"Aku juga. Ini terlihat seperti akan menimbulkan masalah. Ayo segera jemput Haechan dan pulang. Kau ambil tas-nya sementara aku akan turun tangan dan menenangkan Haechan." Mengangguk setuju, Jeno pergi mengambil barang-barang mereka dari loker. Sementara itu Renjun perlahan mendekati kedua anak laki-laki itu.

"Umm... Mark sunbae, Lee Haechan, kita ada di depan umum. Ayok pindah ke sana sebentar OK?" Renjun berkata dengan suara lembut. Masih menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Mark, Haechan menganggukkan kepalanya. Mengambil napas dalam, Haechan perlahan melepaskan Mark. Renjun mengkhawatirkan temannya dan melewatkan tatapan kesal yang dilontarkan Mark kepadanya.

"Maafkan aku sunbae, aku sedang sedih tadi. Aku benar-benar minta maaf jika aku membuatmu merasa tidak nyaman." Kata Haechan melihat Mark. Matanya memerah dan hidungnya berwarna merah.

"Biasanya aku tidak seperti ini, I'm really not a cry baby, aku berani bersumpah, kau bisa tanyakan itu pada Renjun." Haechan berkata dengan sungguh-sungguh, menatap Mark. Mark tiba-tiba ingin mencubit pipi Haechan. Tapi sekarang bukan waktunya.

"Apa yang membuatmu menangis?" Tidak ada gunanya berbasa-basi sekarang, bukan?

"Bukan hal yang penting, aku hanya sedang sedikit sensitif. Itu saja. Terima kasih telah mengkhawatirkanku."

"Hmm... Jadi apa yang membuatmu sensitive?" Kedua sahabat itu saling bertatapan.

"Uhh... jadi begini... sebenarnyaa.."

"Kita tadi sedang berada di kantin lalu ada seorang teman yang... uhh.."

"Ahh iyaa dare, tadi kita sedang melakukan dare lalu..." Itu sedikit menyakitkan ketika melihat kedua junior itu kesusahan mencari alasan.

"Lupakan. Lalu sekarang apa yang ingin kalian lakukan? Bukankah tadi kalian bilang sudah tidak ada kegiatan di atas jam 2? Kenapa kalian masih berada disini?" Tanya Mark.

"Uhh itu sunbae... hmm jadi tadi kita ada pertemuan untuk band. Lalu sekarang sudah selesai... Ya kita sudah selesai."

"Kita akan pulang sekarang sunbaenim. Terimakasih sudah menjaga kami." Renjun menunduk 90 derajat dan membawa Haechan ke parkiran.

"Aku akan menemani kalian jadi akan ada lagi yang menangis." Kata Mark dan ikut berjalan di samping kedua junior itu. Dia memasukkan tangannya ke dalam saku. Renjun merasa sedikit stres ketika senior yang cool ini berjalan bersama mereka. Haechan, bagaimanapun, merasa agak senang.

Jika Haechan ditanya mengapa dia begitu senang ketika Mark berjalan bersama mereka, dia juga tidak tahu. Dia sendiri juga terkejut ketika sebelumnya dia memeluk Mark. Dia ingin dekat seniornya ini, dia juga ingin tahu lebih banyak tentang Mark. Dia tidak bisa menjelaskan mengapa dia merasa seperti ini dan dia tidak ingin mencari tahu mengapa dia seperti ini. Yang di tahu sekarang adalah dirinya merasa aman dan bersemangat ketika Mark berjalan disampingnya. Dan untuk beberapa alasan yang tidak dapat dijelaskan, Haechan merasa sangat bahagia.

Fateful EncounterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang