nahyuck - dibuang

1.1K 122 11
                                    

Tap bintang kalo suka! ;)


;



Semakin lama tinggal, dinginya udara membuat kulit kebal. Pakaian dalam lemari bobrok di sudut ruangan, semua putih lusuh. Makan sehari sekali, itupun jika ada sisa. Kendati tidur hanya beralaskan papan, Haechan tidak bisa mengeluh sebab memang seperti inilah tinggal di istana belakang. 

Cold palace, istana yang pasti selalu ada di setiap dinasti. Sebuah penjara bagi Empress atau isteri lain di lingkungan Harem karna telah melakukan kesalahan fatal. Haechan contohnya, merencanakan pemberontakan dengan membunuh putra mahkota sebelumnya. Dengan bukti-bukti yang disuguhkan, Jaemin, sang Emperor langsung mencopot gelar Empress dan memerintahkan panglima untuk mengurung Haechan.

Padahal itupun demi sang suami. Mana mungkin bisa duduk di singgasana andaikan pewaris sebenarnya masih ada. Parahnya Jaemin memang sudah tahu semua rencana Haechan dari awal. Namun mengapa bisa-bisanya menusuk dari belakang. 

Lima tahun sudah berlalu, dan Haechan masih tetap berpegang teguh pada tali harapan; bahwasanya Jaemin akan mengeluarkan, atau setidaknya mengunjungi untuk menjelaskan.

Sayang, pil pahit satu persatu harus Haechan telan. Suatu waktu, pasangan yang dianggap orang tua membeberkan bahwa Haechan hanyalah anak haram, bahwa perannya untuk membawa nama keluarga menuju puncak telah usai.

Setelahnya mendapat kabar Jaemin semakin lekat dengan selir kesayangan. Sampai anaknya pun langsung diberi gelar putra mahkota. Padahal Haechan yang lebih dulu melahirkan.

Ah, apa kabar sang anak sekarang?

Chenle, satu-satunya alasan Haechan bertahan, kini dibawa ke hadapan. 

Dengan pongah, Jaemin beserta selir kesayangannya mengantarkan sang buah hati dalam gendongan yang membuat Haechan terdiam. 

Chenle-nya di bawa dalam kotak kotor tanpa badan. Parahnya dilempar, membuat kepala berguling ke hadapan. 

"Mengapa kau melakukan ini?" bisik Haechan lirih sembari bersimpuh, memeluk kepala sang anak erat. 

"Mengapa kau melakukan ini?!" ulangnya dengan jeritan yang menggema ke setiap sudut ruangan. "Apa yang telah diperbuatnya hingga kau tega membunuh darah dagingmu sendiri?!"

Jaemin menatap Haechan tajam, "Kesalahannya adalah lahir dari rahim-mu, Haechan. Aku tidak bisa membiarkan singa kecil kelak menggulingkanku hanya karna telah mengurung ibu kotornya," 

Haechan menatap tak percaya, "Demi Tuhan, Chenle hanya anak berusia tujuh tahun!" 

"Jangan bercanda! kau bahkan lebih menjijikan dengan membunuh anak yang bahkan belum pernah melihat dunia," pekik sang Jaemin memotong percakapan.

Kedua iris Haechan menyendu, menambah deretan lara dan keputusasaan, "Sudah kubilang bukan aku yang meracuni selir kesayanganmu. Pernahkah kau percaya padaku sekali saja?" 

Jaemin diam, sementara si selir tersenyum penuh kemenangan.

"Kau bilang beruntung telah menikahiku," ucap Haechan pelan.

"Kau percaya? sudah jelas itu hanyalah sebuah kebohongan," timpalnya.

Seketika Haechan tertawa diiringi oleh derai air mata. 

Haechan sadar. Sepanjang hidupnya penuh dengan kebohongan. Tak ada yang benar-benar memberi kasih sayang. Haechan, sendiri berjuang mencari kebahagiaan, namun pada akhirnya tak ada apapun yang didapatkan selain kebencian. 

"Chenle-ku yang malang. Maafkan Ibu, Nak," ungkapnya seraya meletakan kepala Chenle di pangkuan.

Haechan menyalahkan diri sendiri karna telah membiarkan dirinya dibodohi dan dimanfaatkan.

Haechan menatap Jaemin penuh dendam. Tanpa melepas pandang, dengan kasar meminum racun yang telah disediakan. 

Batuk darah berapa kali pun tak membuat dirinya gentar menjemput ajal. "Jika diberi kesempatan mengulang kehidupan, aku berdoa semoga kita tidak pernah dipertemukan,"  

Perlahan, kegelapan merenggut kesadaran.













"Haechan, kau sudah bangun?" 



.


Fullsun!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang