nohyuck - cukup (haechan POV)

790 79 16
                                    

Tap bintang kalo suka! ;)

;




Segala sesuatu harus selalu ada batasan. Tak boleh terlalu jauh, pun terlalu dekat. Berpikir positif memang suatu keharusan. Hadapi lika-liku dunia dengan senyuman. Apa jadinya jika tanpa sadar lompatan kita terlalu memaksakan? Terjungkal, jatuh pada kubangan emosi asing yang tak pernah terpikirkan.

Saat ini, Haechan tengah bergelut dengan beberapa gejolak sentimen yang mengikis nalar.

Pertama, sebuah penyesalan. Dengan bodohnya berharap bahwa Jeno akan berubah.

Kenapa?

Padahal mereka baik-baik saja. Atau mungkin hanya Haechan yang merasa. Optimis selalu diusahakan walaupun dalam keadaan yang jauh dari romansa kehidupan. Apa Jeno pikir Haechan tak merasakan? Tentu. Betapa Haechan merindukan dihujani berbagai hadiah, tak khawatir dengan kepulangan Jeno, juga berkencan di tempat langganan. Hanya saja, semua rasa kehilangan selalu ia telan bulat.

Haechan bertanya, apa yang salah?

Mungkin dari awal memang keduanya tak ditakdirkan untuk bersama.

Bisikan dalam kepala seakan pisau tak kasat mata, perlahan menyayat kulit, tak cukup dalam untuk memutus nadi, pun tak cukup lembut untuk mencegah rasa perih.

Tidak.

Haechan terjebak dalam sebuah penyangkalan.

Bahwasanya apa yang tersembunyi dibalik kebohongan adalah kebenaran yang gagal mencapai titik terang. Kebohongan dibalik penghianatan bisa jadi tersalah artikan.

Pada awalnya Haechan melepas hidup yang sangat berkecukupan.

"Haechan-ah, bagaimana kalau kita kawin lari saja?"
"Apa Hyung yakin?"

Semuanya terasa benar.

"Aku sangat mencintaimu, Hyung!"
"Ya, mari hidup berdua selamanya!"

Namun roda kehidupan terus berputar, tak selamanya disuguhi kebahagiaan.

"Hyung, aku menunggumu selama tiga jam sementara kau asyik bercengkrama dengan teman-teman modelmu!"
"Apa kau benar-benar serius mempermasalahkan hal ini?!"

Lalu, segalanya menukik tajam.

Diabaikan.

Dipatahkan.

Dihancurkan.

Sampai akhirnya, hari ini Haechan...

Memilih pergi.

"-an," Sayup-sayup terdengar suara seseorang.

"Tuan!"

Haechan terperajat saat kali kedua suaranya tampak jelas di telinga. Kedua iris serta-merta beradu dengan mata kesal lewat cermin yang tergantung di tengah.

"Kita sudah sampai!" lanjutnya.

"Ma-maaf," Dirogohnya saku celana, mengambil beberapa lembar uang dengan tergesa. "Terimakasih, ahjussi!"

Dada berdenyut nyeri melihat pagar menjulang di depan raga. Kokoh, deretan kayu cedar padat di sambung dengan paku besi besar. Setiap tahun pasti dipernis, engsel dan paku tak pernah dibiarkan berkarat. Setelah setahun lamanya, Haechan mendorong dengan kepedulian yang sama, mengupas halaman-halaman dalam volume ilmiah baru dan membawanya ke tempat yang lembut dengan deru suara taksi yang melaju pergi.

Tunggu.

Daratan berlapis paving blok dan mawar yang ditanam melingkar terlihat tak terawat. Sekarang gulma tumbuh di antara batu-bata berwarna madu, mawar juga ditelan oleh semak berduri. Dan lagi, kenapa banyak orang berlalu-lalang di pekarangan? Hitam. Hitam. Hitam. Setelan yang dikenakan semuanya seba hitam.

Hati yang sudah tak berbentuk mencoba menyemangati diri. Tidak. Yang Haechan harus lakukan adalah segera bangun dari mimpi menyakitkan ini.

Namun, karangan bunga besar mencabut kesadaran dalam diri, menertawakan Haechan dalam sunyi.

Turut berduka cita.

Rasa sakit memiliki kehangatan yang tidak menyenangkan, mengoyak isi perut seolah dilahap perlahan. Sembilu perpendar ke segala arah. Pedih, tak tertahankan.

Lantas, keheningan menjadi sisa. Tidak ada yang mereda kehampaan jiwa. Haechan merayap dalam bayang-bayang, jauh dari kehidupan manusia lainnya karena kekosongan sudah menelan semua yang ia punya.

Haechan, tidak bisa lagi berpura-pura bahwa segalanya akan baik-baik saja.

Slap!

Tamparan itu sekeras tawon yang menyengat wajah. Telapak tangan terbuka telah meninggalkan jejak merah. Tepat di bawah matanya ada potongan kecil di mana cincin menyayat. Haechan terhuyung mundur, memegangi wajah dengan mata berair.

"Untuk apa kau kesini anak sialan! Kau tidak berhak memberikan penghormatan terakhir pada anak dan menantuku?!"

Detik itu, dunia Haechan hancur.





Fin.

Fullsun!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang