Eps 34: Siswi Pindahan

146 13 47
                                        

~~~

SELAMAT MENJALANKAN IBADAH PUASA RAMADHAN 1443 H *bagi yang muslim

~~~

Pukul 10.00 di sekolah Sahil.

"Eh, katanya ada murid baru, loh. Dia pindahan dari SMAN 1 Pandan Hijau," ucap Della, memulai ritual ghibahnya dengan semangat.

"Pandan Hijau? Mungkinkah?" Sahil berpikir dalam hati, merasa sedikit khawatir.

"Eh, iya kah? Kok aku gak tahu," Rama ikut penasaran.

"Aku tahunya dari kelas sebelah. Tapi masih gak tahu sih dia bakal di kelas mana," lanjut Della dengan antusias.

"Wih, murid baru. Moga aja di kelas kita, ya," kata Rama penuh harap.

"Hooh," sahut Della singkat, matanya berbinar.

"Sekolah Pandan Hijau kan dari sekolah lamaku. Apa jangan-jangan Adel? Ah, gak mungkin, Adel gak bakal kayak gitu. Mungkin murid lain," pikir Sahil, mencoba menenangkan dirinya.

"Hil, kok bengong sih?" Rama menggoyang-goyangkan tangannya di depan wajah Sahil.

"Hah? Kenapa?" Sahil tersadar dari lamunannya.

"Ngelag dah tuh ngelag. Gara-gara kebanyakan bengong nih pasti," canda Della sambil tertawa kecil.

"Ya, maaf," Sahil tersenyum kikuk.

"Yok, ngantin, aelah lapar," ajak Della dengan semangat.

Mereka bertiga pun pergi ke kantin dan memesan beberapa makanan. Suasana kantin yang ramai membuat mereka lupa sejenak tentang murid baru.

"Aku ke toilet dulu," ucap Sahil lalu berdiri.

"Oke," sahut Rama sambil melanjutkan makanannya.

Sahil pun pergi ke toilet. Ketika perjalanan menuju toilet, dia tidak sengaja menabrak seorang siswi.

"Oh ma-" Sahil tersentak melihat siswi yang ia tabrak. Wajahnya langsung berubah pucat.

"Gapapa kok kalau yang nabrak ayang Sahil," ucap Mutia sambil menatap Sahil dengan senyuman yang mengerikan.

"Bagaimana kau bisa tahu sekolahku?" Sahil bertanya dengan nada heran dan sedikit takut.

"Rahasia dong. Btw aku kangen loh sama kamu," ucap Mutia sembari memeluk Sahil erat.

Sahil yang ketakutan segera mendorong pundak Mutia.

"Kenapa sih kok didorong? Sakit tau," ucap Mutia sambil mengelus pundaknya yang sakit, wajahnya berubah cemberut.

"Gila! Kok bisa Mutia tahu kalau aku pindah sekolah?" pikir Sahil dengan panik. "Mutia, aku ingatkan sekali lagi, aku gak suka sama kamu. Jadi tolong berhenti mengejarku dan biarkan aku hidup dengan tenang," ucap Sahil dengan tegas.

"Tenang kok, Hil. Kamu bakalan hidup dengan tenang kok asal hidupnya sama aku," Mutia mengedipkan sebelah matanya dengan penuh arti.

Sahil yang sudah sangat syok pergi meninggalkan Mutia tanpa sepatah kata pun. Dia masih heran bagaimana Mutia bisa tahu keberadaan sekolahnya. Namun sekarang dia hanya berharap Mutia tidak sekelas dengannya.

Tapi sepertinya dia tidak beruntung.

"Baik anak-anak, sebelum melanjutkan pelajaran, ibu mau mengenalkan kalian dengan murid baru," ucap guru di depan kelas dengan senyum lebar.

"Wah, murid barunya sekelas sama kita," ucap Rama, teman sebangku Sahil, dengan semangat.

Sahil hanya diam membeku, jantungnya berdetak kencang.

SI HUMORISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang