#15

1.9K 198 25
                                    

Happy Reading....

Kini Rosa dan juga Pratama telah sampai di rumah sakit Sejahtera, mereka langsung menanyakan pada pihak resepsionis, dimana calon menantunya berada sekarang.

Setelah mendapat info bahwa Andin dibawa ke ruang UGD, mereka pun bergegas ke ruang tersebut.
Sampai akhirnya mereka melihat beberapa orang disana, dan tak luput juga dari pandangan mereka Queen yang sedang menangis disana.

"Queen" panggil Rosa, lantas menghampiri bocah cilik itu
Ia pun langsung mendekap erat tubuh kecil Queencia.
"Bundaa, kak Andin.. Hiks"
"Iya sayang, kak Andin bakal baik baik aja kok, Queen jangan nangis lagi yaa" ucapnya berusaha menangkan Queen

Setelah beberapa menit Andin didalam sana, kini dokter pun keluar dari ruang UGD tersebut.
"Dengan keluarga pasien?" panggil dokter

Rosa dan Pratama pun langsung menghampiri sang dokter dan menanyakan bagaimana kondisi calon menantunya sekarang.

"Kami keluarganya dok, bagaimana kondisi pasien?" tanya Pratama
"Pasien cukup kehilangan banyak darah, kondisinya drop sekarang, dan pasien harus segera mendapat transfusi darah, untuk itu kami meminta izin kepada pihak keluarga untuk segera melakukan transfusi darah pada pasien" jelas dokter

"Lakukan yang terbaik untuk pasien dok" jawab Pratama yang dibalas anggukan kecil oleh sang dokter. 

Setelah satu jam lebih menunggu akhirnya dokter itu kembali keluar dari ruang UGD, dan mengabarkan kalau dia baru saja selesai melakukan transfusi darah pada pasien yang bernama Andinina.
Sekarang semuanya hanya bisa menunggu kapan gadis itu akan tersadar kembali.

"Pak buk, terima kasih ya sudah mau membantu Andin, sekarang bapak sama ibu semuanya boleh pulang biar saya sama istri saya yang jaga Andin sekaligus Queen" ujar Pratama pada beberapa orang yang telah membantu calon menantunya.

"Iya pak sama sama, kalau begitu kita pamit dulu ya" pamit salah satu warga pada Pratama
"Oiya pak sebentar, ini ada sedikit rezeki buat kalian, tolong terima yah" ucap Pratama sambil memberikan beberapa uang lembar berwarna merah itu kepada warga

"Terima kasih pak, semoga mbak Andin segera pulih ya"
"Aminn"
"Kalau begitu kami semua pamit ya pak, assalamualikum" pamit salah satu warga mewakilkan
"Waalaikumsalam"

×××

"Mah pah, Andin gimana?" tanyanya dengan penuh rasa khawatir
Siapa lagi yang tak kalah khawatirnya dari Rosa dan Pratama? bahkan mungkin dia lebih khawatir dari mereka.

Aldebaran, ya siapa lagi kalau bukan dia orangnya. Orang yang begitu sangat mencintai gadis cantik bernama Andinina Putri Aurora.

Dia baru saja sampai, dan setelah sampai ia langsung bertanya pada pihak resepsionis. Setelah tahu dimana gadisnya berada, ia bergegas untuk menemuinya.

"Andin kehilangan banyak darah, tapi dokter sudah melakukan transfusi darah pada dia. Jadi ya semoga Andin bisa segera sadar" jelas Pratama

Akhirnya Aldebaran bisa bernafas dengan lega, setidaknya gadisnya itu dalam kondisi yang baik baik saja.

Semenjak ia mendapat kabar kalau Andin melakukan percobaan bunuh diri, ia sangat khawatir pada gadisnya itu. Ia takut kehilangan gadis itu lagi, bahkan jika selamanya. Ia sungguh tak bisa membanyangkan betapa hancurnya dia jika hal itu terjadi.
Untunglah gadis itu sekarang dia baik baik saja.

"Aku boleh masuk gak mah? Aku pengen ketemu Andin" tanya Aldebaran
"Kita tanya suster dulu ya"

Setelah bertanya dan mendapat persetujuan dari suster, Aldebaran langsung masuk kedalam ruang UGD tersebut sendirian karna hanya satu orang yang di perbolehkan masuk, melihat kondisi pasien yang belum begitu stabil.

Ia pun berjalan menuju brankar dimana ada orang yang sangat dicintainya disana, Andinina. Ya siapa lagi kalau bukan dia?!

Kini Aldebaran pun duduk di sebelah Andin dan tangan kekarnya kini menggenggam tangan yang terkulai  lemas sekarang.

"Maafin saya ya, saya gak becus jaga kamu" ucapnya dengan rasa penuh bersalah, tak terasa cairan bening itu lolos dari pelupuk mata lelaki itu

"Gak seharusnya saya tinggalin kamu lama lama, kamu kenapa sih ngelakuin kayak gini? Ada masalah ya? Kenapa gak cerita sama saya? Saya ngerasa udah gagal jadi pasangan kamu selama ini." ucapnya dengan menghela nafasnya berat, dadanya terasa begitu sesak sekarang.

"Bangun Ndin, Kamu udah janji sama saya buat gak ninggalin saya lagi, kamu tepati kan janji itu? Saya benar benar takut kehilangan kamu." dengan suara yang bergetar ia mengungkapkan semua perasaan yang ada di dalam hatinya.

Kini ia masih setia menggenggam tangan gadisnya, dengan sesekali mengusapnya lembut bahkan menciumnya. Ia menatap nanar kekasih nya, dengan beribu pertanyaan yang bersarang di otaknya. Sebenarnya apa yang membuat Andin melakukan percobaan bunuh diri?

×××

Hari semakin larut kini Aldebaran tak lagi menemani Andin disamping gadis itu, ia hanya bisa melihat Andin dari balik sebuah kaca di luar ruangan tersebut.

Sebenarnya ia mau setiap saat ada di samping Andin, tapi dokter tak mengizinkannya karena mengingat kondisi Andin yang belum begitu stabil.

"Queen kita pulang dulu yah, nanti besok kita kesini lagi" ajak Rosa
"Gak mau, Queen mau disini temenin kak Andin" tolak gadis kecil itu, membuat Aldebaran kini beralih menatapnya

"Hey Queen, Queen kan anak yang baik anak yang pinter, nurut yaa sama bunda. Queen pulang dulu nanti besok kesini lagi, biar kak Al yang jaga kak Andin" bujuk Aldebaran
Tapi hanya gelengan kepala yang Aldebaran dapatkan dari gadis kecil itu

"Queen mau disini jagain kak Andin" rintihnya dengan air mata yang tiba tiba lolos dari pelupuk matanya
"Iya kak Al tau, tapi Queen juga harus istirahat. Kalau gak nanti Queen bisa sakit, pasti kak Andin sedih kalau liat Queen sakit."

"Queen nurut yaa, biar kal Al yang jaga kak Andin disini" bujuknya kembali
"Queen gak mau bikin kak Andin sedih, kalau gitu Queen pulang dulu ya kak, kakak jagain kak Andin" pesan Queen pada Aldebaran
"Iya pasti sayang"

Setelah Rosa, Pratama, dan juga Queen pulang, kini tinggalah Aldebaran seorang diri.
Kini dia kembali menatap sang kekasih dari balik kaca, hatinya terasa begitu sakit melihat sang kekasih yang biasanya manja, cerewet, dan usil pada dirinya kini terbaring lemah diatas brankar rumah sakit.

"Cepet bangun yaa, saya akan selalu disini nunggu kamu sampai sadar"

×××

Rembulan kini telah berganti dengan cahaya matahari pagi yang menyilaukan mata, mengusik tidur seorang lelaki yang kini sedang menunggu sang kekasih sadar.

Nampak seorang suster keluar dari ruang UGD tersebut dan menghampiri dirinya.
"Dengan keluarga bu Andin?" tanya sang suster

"Iya, kenapa sus?" tanyanya
"Saya mau mengabarkan kalau bu Andin sudah siuman sekarang" ujar sang suster
Sebuah senyuman kini terbit dari bibir Aldebaran, akhirnya gadisnya sudah sadar sekarang.

"Andin sudah sadar?" ucapnya tak percaya
"Iya pak, sebentar lagi bu Andin akan di pindah ke ruang rawat. Untuk itu tolong bapak lunasi biaya administrasinya ya pak" ujar suster

Tak berselang lama beberapa suster keluar dari ruang UGD dengan mendorong brankar yang membawa Andin di atas nya.

"Andin" gumam Aldebaran pelan
Lantas ia pun segera menghampiri Andin dan meraih tangan Andin untuk di genggamnya.
"M-as Al" gumam Andin yang masih bisa di dengar oleh Aldebaran

"Iya saya disini, kamu yang kuat ya. Saya cinta kamu" detik kemudian ia pun langsung mencium kening Andin dengan penuh cinta.

×××




Hai ketemu lagi sama aku!
Jangan lupa vote, dan juga komen yaa! ❤❤
See you...

[1120 kata]                                  08-05-2022

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 08, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I Always Love You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang