03 - Rain

1.4K 195 16
                                    

Hujan dan Lee Jeno adalah paduan yang sendu, begitulah yang kini dilihat Jaemin saat kelasnya usai.

Dari tempatnya, ia melihat Jeno sibuk menatap tetesan hujan di depan Asrama, tidak takut jika tubuhnya akan basah karena hembusan angin yang membawa tetesan air. Jaemin perlahan melangkah namun matanya tetap memperhatikan sosok sendu itu.

Berbeda dari Lee Jeno yang biasa terlihat, kali ini tatapannya menyiratkan kesedihan.

"Kau menyukai Hujan?" tanya Jaemin kini berdiri disamping Jeno.
Jeno tidak berniat menoleh maupun menjawab namun sebuah kalimat terlontar menjawab pertanyaan Jaemin.

"Seseorang membuatku menyukainya." ucap Jeno lalu tangannya menengadah membiarkan basah terkena hujan.
"Seseorang yang suka hujan juga?" tanya Jaemin heran. Entah mengapa ia jadi penasaran atau ia hanya gabut?

"Dia membencinya." ucap Jeno sambil tertawa kecil, Jaemin menyadari perubahan wajah Jeno, saat mengatakan hal itu raut wajahnya menghangat.

Jaemin tidak lagi bertanya dan hanya membiarkan dirinya larut pada sendu milik orang disampingnya.

..

"Ishhh Echan sialan." umpat Renjun tidak ada hentinya hanya karena Haechan lupa janjinya menjemput Renjun.
Haechan ada agenda kencan dan menyebabkan Renjun harus menerobos hujan karena ia lelah dan butuh tidur.
Meski jarak antara Asrama dan Kampus tidaklah jauh, tetap saja ia kebasahan karena hujan.

Saat membuka pintu asrama ia melihat Jaemin sedang bersih-bersih.
"Loh kamu kehujanan? Katanya tadi sama Echan?" tanya Jaemin sedang Renjun menatap Jaemin dengan melas, ia kedinginan.

Jaemin membantu Renjun mengeringkan badannya dengan handuk bersih.
"Ini bukan handukku." ucap Renjun tapi ia tidak protes dengan perlakuan Jaemin.
"Iyah Jeno yang kasih, dia mau ke kamar mandi dan melemparnya padaku." ucap Jaemin.
Tapi handuk itu milik Echan.

"Kamu mandi dulu lalu kubuatkan teh hangat yah." ucap Jaemin lalu mengambil tas Renjun untuk ia keringkan.
Jaemin seperti seorang ibu sekarang dimata Renjun.
Pria yang asing kemarin kini menjadi pria hangat yang menghangatkan hatinya.

Sial, Renjun ingin menangis.

Saat Ren naik tangga, ia berteriak kecil.
"Susu hangat saja, tolong." ucap Ren membuat Jaemin bingung.
"Aku tidak suka Teh." ucap Ren lagi menjelaskan dan Jaemin hanya tersenyum tipis.

"Kamu seperti kucing kecebur." ucap Jeno saat Ren mau masuk kamar mandi, Jeno baru saja menyelesaikan mandinya.
Renjun mengabaikannya, ia tidak punya tenaga untuk meladeni Jeno dan mulut julidnya.

...

"Renjun mana?" tanya Haechan yang baru sampai saat jam menunjukkan pukul 8 malam.
"Dia sudah tidur." ucap Jaemin yang sedang sibuk menonton TV sembari mengerjakan tugas di Laptopnya.

Haechan duduk di samping Jaemin dan merebahkan kepalanya ke sandaran sofa.

"Handukku dipakai Renjun?" ia menunjuk handuknya yang tersampir di tangga.
"Iyah Jeno yang ngasih." ucap Jaemin.
Haechan hanya mengangguk paham.

"Lain kali kalau kau tak bisa pulang bersamanya hubungi aku biar kujemput." ucap Jaemin membuat Echan menegakkan tubuhnya.
Ia memandang Jaemin yang fokus di laptop.
"Kenapa kau tak bilang sendiri padanya?" tanya Echan.
"Dia akan menolaknya pasti." ucap Jaemin membuat Echan tertawa.
"Woah Na kau sungguh cepat sekali memahami makhluk itu." puji Echan.

"Makhluk? Lucu sekali kau menyebut Renjun begitu." ucap Jaemin menertawai ucapan Echan.

Lebih baik disebut Kecil atau Mungil kan? Itu lebih menggemaskan setidaknya.
Begitu yang di pikiran Jaemin.

"Iyah soalnya Renjun itu makhluk lucu yang sadis dan menyebalkan." penjelasan Haechan.
Jaemin hanya mendengarkan bagaimana Haechan mendeskripsikan seorang yang saat ini masih tidur.

"Apa dia datang dalam keadaan basah kuyup?" tanya Echan.
"Iyah, kasihan sampai kedinginan." ucap Jaemin.

"Wah kalau begitu aku harus tidur bersamanya malam ini." ucap Echan lalu berdiri berniat mandi.
"Kenapa harus tidur bersamanya?" tanya Jaemin heran.
"Aku akan memeluknya semalaman agar dia tidak deman esok pagi." ucap Echan meninggalkan Jaemin yang bingung.

Membayangkan seorang Haechan memeluk Renjun semalaman.

Lucu sekali mereka berdua.

...

Jeno sedang membaca di kamarnya saat Echan mengetuk pintu.
"Masuk." jawab Jeno dan Echan pun membuka pintu lalu berjalan ke ranjang Jeno dan tiduran diatasnya.

"Baru pulang?" tanya Jeno basabasi.
"Iyah barusan mandi juga, Renjun kehujanan, ia pasti demam esok pagi." keluh Echan.
"Yasudah sana tidur pelukin dia." ucap Jeno.

Sejak SMA, memang seperti itulah keadaan Renjun yang akan sakit jika sampai kehujanan.
Fisiknya benar-benar seperti anak kecil.
Dan itu sebabnya ia Renjun benci Hujan.

Echan memandang punggung Jeno, punggungnya saja tampan, begitu kiranya seorang Haechan mengagumi sahabat baiknya.

"Kau tidak berniat memperbaiki hubungan kalian? Sampai kapan kalian berdua terus bermusuhan, berdebat dan saling menyindir tiap bertemu. Kau tahu kan kalau dia anak sabar yang pemarah, mudah baginya memaafkan sikap burukmu." ucapan Echan dimaksudkan untuk memperbaiki hubungan buruk dua orang yang kini tinggal bersama.
Lagipula memangnya tidak lelah apa selama 5 tahun hidup bermusuhan melulu.

"Sampai kapan kau akan terus ikut campur hubungan kami?" sindir Jeno si bermulut dingin.
Echan menghela nafas panjang.
"Hanya saja berada di tengah kalian yang tidak akur ternyata membuatku tertekan." si jujur yang lelah pada kenyataan.

Ia menyukai keduanya dan itu sebabnya ia tahan dengan perangai kontras kucing dan anjing ini.
Si kucing yaitu Renjun dan si anjing yang pasti Jeno.

Lagipula Renjun memang pemarah seperti kucing masa hamil, dan Echan suka menggodanya.

"Kau saja tertekan, bagaimana rasanya jadi aku?" balas Jeno yang malah ditertawai oleh Haechan.

Echan mendekat lalu menepuk bahunya pelan.

"Tapi Lee Jeno, kau yang tidak pernah berniat pergi." ucapan itu tidak dijawab Jeno dan Haechan tidak butuh bantahan apapun.

...

Renjun membuka matanya dan melihat Echan masuk membawa selimut.
"Aku akan tidur denganmu." ucap Echan tidak dijawab Renjun, namun ia tidak protes saat anak itu kini berbaring di belakang Renjun.
Ren berbalik dan membiarkan tubuhnya dipeluk Echan.

Si mungil yang kata Echan selalu pas untuk ia peluk.

Bahkan meski Renjun risih terhadap skinship, namun disaat tertentu ia justru lemah pada sikap Echan yang suka memeluknya. Apalagi saat seperti ini, tubuhnya yang dingin butuh hangat pelukan.

Haechan memandang wajah Renjun yang di dadanya, ia mengelus kepala Renjun seperti bocah yang butuh perlindungan.

Lima tahun mengenal Huang Renjun, Haechan masihlah tidak bisa menerka apa yang ada di kepala si pemuda Huang, sikapnya yang kadang dingin dan tidak tersentuh namun terkadang ia jadi si hangat yang manja dan menggemaskan.

Ia selalu ingin melindungi si Huang dan menyembunyikannya dari segala rasa sakit di dunia ini termasuk Lee Jeno.
Tapi seperti katanya, Lee Jeno yang tidak pernah mau pergi dari si Huang.

Haechan akan selalu menjadi seorang yang melindungi Renjun dan tidak akan pernah membiarkan siapapun meredupkan cahaya cantik di mata si Huang Renjun.
Haechan mengeratkan peluknya lalu memejamkan mata mengistirahatkan dirinya di peluk ternyaman.

...

Tbc

R - 23 / WindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang