Jeno bangun siang karena jam kuliahnya kosong, ia turun ke Dapur dan melihat makanan yang disiapkan untuknya dan Renjun. Jeno mengambil air di lemari pendingin dan meneguk sebotol mineral.
Matanya menyipit saat menatap jam sudah hampir tengah hari dan Renjun belum bangun.
Mungkin ia sungguhan demam.Haechan maupun Jaemin ada kelas pagi, dan Renjun seharusnya juga.
Jeno berdiri di depan pintu kamar Renjun dan mengetuknya.
Karena tidak ada jawaban, pemuda itupun membukanya dan melihat Renjun masih tertidur."Apa kau sakit?" raut wajahnya serta nada suaranya berubah khawatir.
Jeno melangkah mendekat dan menatap wajah cantik itu dari dekat.Jeno menyentuh dahinya dan menyadari Renjun benar-benar panas.
Jeno menyentuh pipi Renjun dan berusaha membangungkannya.
Renjun berusaha membuka matanya dan terdiam saat ia lihat wajah Jeno yang sangat dekat.
"Kamu demam." ucap Jeno dan Ren tidak menjawab apapun.Jeno melangkah pergi untuk mengambil Baskom dan handuk kecil.
Jeno menyuruh Renjun terlentang agar bisa mudah mengompres dahinya.
Renjun merasa badannya begitu lemas bahkan berkata saja ia malas.Renjun bahkan disuruh makan bubur buatan Jeno barusan dan meminum obat penurun demam yang Jeno beli kemarin.
Sebenarnya hanya untuk jaga-jaga andai Ren beneran demam, eh feelingnya benar."Kau bahkan membeli obat penurun panas." ucap Renjun setelah meminum obat pemberian Jeno.
Jeno menatap wajah pucat itu.
"Karena kau ceroboh." ucapnya penuh kekhawatiran.Renjun tidak menolak kebaikan Jeno, toh memang Jeno aneh.
Setiap bertemu mengajak ribut, tapi pria itu berubah khawatir jika Ren jatuh sakit."Aku benci melihatmu begini." ucap Renjun membuat Jeno hanya menatapnya.
Tidak lama Renjun menutup matanya karena mengantuk, efek dari obat yang barusan ia minum.
Jeno membenarkan selimut Ren lalu mengelus kepala Renjun.
"Aku juga benci melihatmu sakit Huang Renjun." ucap Jeno yang merasa terluka melihat Ren yang sakit.
...
Jaemin yang baru datang langsung membuka kamar Renjun dan mendapati Renjun masih tidur dengan kompresan di dahi.
"Dia barusan tidur." ucap Jeno yang sudah rapi saat menuruni tangga.
"Kau yang merawatnya?" tanya Jaemin memastikan.
"Yah dia menyusahkan." jawab Jeno yang terlihat nada sebal karena harus mengorbankan waktunya merawat Renjun.Setidaknya begitulah keinginan Jeno agar Jaemin melihatnya tidak ikhlas.
Namun, Jaemin bisa melihat kekhawatiran di balik kegengsian seorang Lee Jeno....
Jaemin sampai ketiduran saat menjaga Renjun.
Renjun melihat Jaemin yang menungguinya, ia membangunkan Jaemin.
"Pindahlah, lehermu bisa sakit jika kau tidur seperti ini." ucap Ren saat Jaemin membuka mata.
"Aku ingin menjagamu." ucap Jaemin meregangkan badannya.
Ia menyentuh dahi Renjun dan tersenyum.
"Sudah turun." ucap Jaemin sambil menatap Renjun."Apa kau mau memelukku?" tanya Renjun menggeser badannya menyuruh Jaemin naik ke ranjang dan meski Jaemin terlihat bingung dengan permintaan Ren, ia melakukannya juga.
Mereka berbaring berhadapan dan Renjun kemudian masuk dalam peluknya.
"Setiap aku sakit, kak Winwin akan menjadi cerewet dan mengomeliku sampai aku bosan, tapi kemudian dia akan memelukku sampai aku tertidur. Itu sebabnya Haechan kemarin memelukku, memeluk seseorang akan membuatku merasa sedang dipeluk si cerewet." Renjun bercerita tentang keinginannya dipeluk Jaemin adalah karena merindukan sang kakak yang kini sedang berkuliah di China.
Si cerewet yang pulang hanya saat liburan semester.
Jaemin menghela nafas panjang dan tersenyum sembari mengelus kepala yang lebih kecil.
"Lepas dulu yah, aku mau memasak, kamu harus makan lalu minum obat." ucap Jaemin dan Ren melepaskan peluknya.
Panas ditubuhnya sudah turun, namun debar di dadanya tidak mau normal..
Haechan dan Jeno yang baru datang langsung duduk di kursi meja makan.
"Bagaimana demamnya?" tanya Echan yang sudah tahu perihal demamnya Ren dari Jeno.
"Sudah turun, ini makanan untuk kalian, aku akan menyuruhnya makan." ucap Jaemin lalu membawa nampan berisi makanan untuk Renjun.Echan menatap pintu kamar Ren yang barusan ditutup Jaemin.
"Kau tidak cemburu?" tanya Echan pada Jeno yang kini sibuk main ponsel.
"Tidak." ucapnya singkat.
"Kenapa? Kau tidak takut Renjun menyukai Jaemin?" tanya Echan masih kepo.
Meski ia sedikit berbisik agar Ren maupun Jaemin tidak mendengarnya.Jeno kini menatap Haechan malas.
"Kau sibuk sekali mengurusi kisah percintaanku Lee Donghyuck." sindir Jeno pada sahabatnya yang berisik.
Ia pun meninggalkan Haechan.Echan hanya menghela nafas sebal atas sikap Jeno.
Sudah baik dirinya ingin Jeno maupun Ren baikan namun kedua anak adam itu masih saja sama keras kepala dan gengsi.
Bukan salah Renjun juga sih kalau anak itu benci sama Jeno, Jenonya bangsat sih.Kini Haechan sibuk menikmati masakan Jaemin.
Sungguh dirinya bersyukur mendapatkan Roommate yang jago masak.Huang Renjun, selama mengenalnya, Haechan bisa bilang bahwa Renjun merupakan seorang yang berkepribadian sangat baik, si baik hati yang pemarah dan galak. Dia orang sangat menomorsatukan yang namanya Etika, atau juga rasa menghormati pada orang lain.
Renjun dulu sangat menghargai Jeno, dia menganggap semua teman adalah sama, bahkan meski dia dimanfaatkan teman pun, seorang Renjun tidak pernah marah.
Si manusia yang luarnya dingin namun hatinya sangat hangat.
Haechan pun sangat menyukai berada di dekat Renjun, si manusia pembawa aura positif yang akan membuat siapapun ingin didekatnya.
Saat mood buruk menghampirinya, Haechan akan mencari Renjun dan hanya melihat seorang Renjun tertawa, mood buruk di hati Haechan akan hilang.Moodbooster, vitamin, sumber energi, begitulah Haechan menyebut Renjun.
Saat harimu melelahkan, maka peluk Renjun dan Haechan akan memiliki mimpi indah malam itu.Sedangkan Lee Jeno? Pria yang diluar terlihat baik-baik saja, seorang yang pandai berbicara maupun menganalisa perasaan seseorang berdasar mood mereka, seorang yang mudah menjadi pusat perhatian malah terobsesi pada Huang Renjun. Namun, caranya memperlakukan Renjun yang salah, Jeno selalu salah saat mencari perhatian Renjun yang benci dengan seorang yang haus perhatian.
Bahkan jikapun Renjun paham, Jeno hanya haus perhatiannya, Renjun tetap tidak menyukainya.
Begitulah pada akhirnya tumbuh kedinginan di antara mereka.Huang Renjun yang tidak ingin perduli, dan Lee Jeno yang tetap ingin diperhatikan.
Namun Renjun tetaplah Renjun si sumbu pendek, jika Jeno mencari gara-gara, dia akan tetap menyemprotnya semalas apapun dia pada Lee Jeno.
Meski diam-diam Haechan sangat menikmati pertengkaran menggemaskan keduanya.
Namun, firasatnya tidak pernah meleset, dan Haechan pikir kehadiran Jaemin diantara keduanya akan mengubah banyak hubungan mereka.
Na Jaemin, tipe manusia yang sangat disukai Huang Renjun dan tipe yang sangat dibenci Lee Jeno karena ia takut bahwa Renjun akan jatuh hati pada si baik Na Jaemin.
...
"Kau mengantuk?" tanya Jaemin pada Renjun yang menyandarkan kepalanya ke bahu Jaemin.
"Iyah sepertinya begitu." ucap Renjun.Renjun merasa nyaman sekali bersandar pada Jaemin. Dan Jaemin tidak merasa keberatan, meski ia menyadari bahwa melihat Renjun begini, hatinya merasa sedih.
Mungkin mereka baru mengenal, namun mengenggam tangan mungil itu memberi perasaan pada Jaemin untuk ingin lebih tahu banyak soal anak itu.
Na Jaemin yang mulai menyadari bahwa ia ingin berada dekat si kecil.
Jaemin melirik si kecil yang deru nafasnya teratur dengan mata terpejam."Kenapa kamu sebegitu menggemaskan kecil?" lirih Jaemin dengan senyum kecil terbit di wajahnya.
Ia mulai suka sedekat ini dengan Huang Renjun.
...
Tbc

KAMU SEDANG MEMBACA
R - 23 / Wind
FanficR - 23 Nomor Kamar yang mempertemukan keempat pemuda berbeda karakter, yang awalnya asing menjadi saling candu satu sama lain. Dengan pusat sang Angin yang menghantarkan hangat di Musim Dingin. ... bxb / Norenminhyuk