Renjun menyelesaikan Lukisan yang sudah ia anggurkan hampir seminggu, karena kesibukan kelas dan absen sakitnya 2 hari yang lalu.
Ia menghela nafas menatap Lukisan yang hampir tahap finishing.
"Kenapa saya nggak pernah berubah, masih ajah suka ngelukis objek yang sama." Keluhnya menatap hamparan Daisy dengan mendung dan gerimis.Daisy menjadi satu objek yang selalu lekat pada pemuda Maret tersebut.
"Tetap cantik meski dengan objek yang teta sama." Ucap seseorang yang datang membelakangi Renjun.
Tidak perlu menengok, ia tahu suara siapa itu."Jie jangan ngeledek kakak." Ucap Renjun membuat Jisung tertawa.
Ia pun memeluk pria yang lebih mungil itu dari belakang.
"Aku mana pernah berani ngeledekin kamu kak." Ucap Jisung lalu melepas peluknya dan mengusak lembut kepala yang lebih tua..
Mereka berdua kini di Kantin dengan dua mangkok makanan kesukaan Jisung.
"Kakak beneran udah sehat?" Tanya Jisung menelisik wajah Renjun untuk mengecek bahwa kakak kesayangannya itu sudah benar sembuh.
"Dirawat 3 orang pastilah sembuh Jie." Ucap Renjun sambil mengulum senyum tipis.Jisung ikut tersenyum tipis dan ia merasa gemas karena kakak lucunya kini tampak tersipu mengingat 3 pria lain bergantian menjaganya meski yang pertama ia tidak mengharapkannya.
Lee Jeno maksudnya.
Renjun sungguh tidak menyangka pria yang dibencinya juga bersedia merawatnya.Jisung sudah tahu siapa tiga orang yang dimaksud Renjun.
"Kakak yakin akan tetap berada disana? Kalau kakak mau, kakak bisa tinggal sama Jie di Apart." Ucap Jisung membuat Renjun mendongak lalu menggeleng.
"Asramanya gratis, jadi itu lebih baik Jie dibanding kakak repotin kamu." Ucap Renjun membuat Jisung mengangguk paham.Selama mengenal Renjun, Park Jisung tidak pernah menemukan cela pada si pemuda bermata indah, jadi Jisung sangat memahami setiap keinginan Renjun.
Jisung mengusak lembut kepala Renjun membuat Ren mendongak.
Mereka saling terdiam dengan tatapan hangat.
"Nggak pernah ada yang namanya hidupku direpotin kakak, jadi jangan ngomong begitu lagi." Ucap Jisung membuat Renjun mengangguk lalu berucap terimakasih.
...
Jaemin yang baru sampai kantin mengurungkan niat untuk menghubungi Renjun, karena kini ia lihat Renjun masih asyik mengobrol dengan Jisung.
Jaemin mengenal Junior yang satu Fakultas dengannya.
"Ternyata kalian saling kenal." Ucap Jaemin lalu menaruh nampan berisi makanannya dan duduk di sebelah Renjun.
"Kita mengenal sudah sejak lama kak Jaem." Ucap Jisung dibenarkan Renjun.Jaemin mengangguk paham, dalam kesibukan masing-masing menghabiskan makanan mereka, diam-diam Jaemin melirik Renjun dengan ekor matanya.
Na Jaemin, pria yang hidup tanpa pernah menyesali apapun yang terjadi dalam hidupnya kini memiliki satu hal kecil berupa penyesalan, yaitu fakta bahwa dirinya dan Renjun masih baru saling mengenal satu sama lain.
Ia merasa ingin seperti Jisung, Haechan atau Jeno yang mengenal pemuda Huang itu cukup lama.
Tanpa disadari Jaemin, Jisung merasa bingung akan tatapan Jaemin pada Renjun.
Selama mengenal Jaemin, yang ada dalam pikiran Jisung tentang Jaemin adalah pemuda itu tidak pernah menunjukkan ketertarikan pada siapapun, namun yang dilihatnya kini si Na Jaemin terlihat begitu tertarik pada kakak kesayangannya.Tatapan yang Jisung pernah temukan pada Lee Jeno saat menatap diam-diam pada Renjun.
...
Saat ini Renjun menemani Jisung yang ingin diantar beli buku.
Karena tidak ada kesibukan, tidak ada alasan Renjun menolak."Menurut kakak, Kak Jaemin itu orangnya bagaimana?" Tanya Jisung penasaran, anak itu memang selalu ingin tahu apapun tentang Renjun.
Renjun menoleh pada Jisung yang masih menatap jalanan didepannya.
"Apa yang membuatmu tiba-tiba penasaran?" Tanya Renjun.
"Aku hanya memastikan tidak ada yang membuatmu sakit lagi seperti yang dilakukan si anak anjing." Ucap Jisung mengumpati Jeno, meski kenyataannya Jeno memang lucu seperti anak anjing saat tersenyum.Renjun tertawa mendengar penuturan Jisung.
"Kau tahu ada Haechan kan, selama ada dia, Jaemin dan si anak anjing tidak akan pernah menyakitiku. Kalau mereka berani, urusannya nanti sama si Echan." Ucap Renjun yang masih tersenyum, meski ia tidak yakin dalam ucapannya barusan.
"Kasih tahu aku juga jika ada yang menyakitimu." Ucap Jisung membuat Renjun mengangguk.
...
Jeno menatap langit mendung di balik jendela kamarnya, tatapannya sendu seperti mendung di atas sana.
Ingatannya kembali pada beberapa waktu yang sudah berlalu, saat pertama kali ia mengenal Huang Renjun.
Saat itu hari pertama seusai Masa Orientasi, di cuaca yang sangat mendung, ia malah ingin tahu bagaimana rasanya berdiri di Rooftoop dan menatap langit mendung sambil berbaring.
Namun saat sampai disana, ia melihat ada orang lain, dibalik pintu tempat ia berdiri, Jeno terdiam menatap sosok yang sedang berjongkok sambil menutupi wajahnya.
Jeno berniat bertanya apa yang terjadi namun niatnya terhenti saat mendengar isak tangis dan punggung bergetar. Jeno terpaku pada sosok yang terlihat rapuh itu.
Tiba-tiba turun hujan membuat ia ingin menarik si kecil untuk berteduh namun lagi-lagi ia terhenti saat sosok yang tadinya menangis pelan malah sekarang semakin menjadi.
Air hujan menghapus air mata di wajahnya.
Lee Jeno jatuh pada sosok yang baru ia tahu bernama Huang Renjun.
...
Saat Renjun menyelesaikan belajar, pintu kamarnya diketuk dan muncul Jaemin yang membawa laptop serta camilan.
"Mau nonton Film Horror?" Jaemin menawarkan sesuatu yang selalu dihindari Renjun, sesuatu yang tidak disukainy selain Hujan.
"Apa ada opsi menolak?" Tanya Renjun membuat Jaemin cemberut dan wajah itu membuat Renjun jadi gemas.
Si pemuda yang lebih dominan darinya bertingkah seperti bocah dengan wajah lucunya."Baiklah, silahkan masuk." Ucap Renjun ragu namun tidak tega mengusir Jaemin.
Raut wajah cemberut itu kini berganti ke mode Coolnya seperti biasa.
Namun ia senang.Berbagai cemilan, dan minuman kaleng serta ruang kamar yang temaram membuat keduanya meremang saat film telah diputar.
Renjun beberapa kali menjerit ketakutan, untungnya tidak membuat dua yang lain di atas terkejut.
Jaemin? Ia malah sesekali justru fokus pada si kecil disampingnya."Kau tidak bilang membenci genre ini?" Kata Jaemin saat Renjun memeluknya karen takut.
"Bagaimana aku bisa menolak saat kau merajuk Nana??" Ucap Renjun kini menatap Jaemin.Jaemin tersenyum mendengar ucapan menggemaskan dari Renjun.
Bahkan film yang sudah ia tonton belasan kali di layar Laptopnya, baru kali ini ia menyukai ide 'Mari menggoda Huang Renjun.'.
"Aku suka melihatmu semenggemaskan ini Huang Renjun." Ucap Jaemin dengan deep voicenya membuat bulu kuduk meremang.
Bagi Renjun ternyata tatapan Jaemin saat ini lebih horor daripada film berdurasi 2 jam itu.Malam itu, ada yang menyusup dihati keduanya, tatapan yang sama, saling tertarik dan saling menarik.
Dengan degup kencang yang bersahutan tanpa disadari pemiliknya.
Keduanya, Jatuh hati tanpa menyadari.
...
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
R - 23 / Wind
FanfictionR - 23 Nomor Kamar yang mempertemukan keempat pemuda berbeda karakter, yang awalnya asing menjadi saling candu satu sama lain. Dengan pusat sang Angin yang menghantarkan hangat di Musim Dingin. ... bxb / Norenminhyuk