R - 23
Nomor Kamar yang mempertemukan keempat pemuda berbeda karakter, yang awalnya asing menjadi saling candu satu sama lain.
Dengan pusat sang Angin yang menghantarkan hangat di Musim Dingin.
...
bxb / Norenminhyuk
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
...
Pada dunia, yang terlihat dari Huang Renjun hanyalah si kecil galak yang selalu optimis, si galak yang tak segan memarahi siapapun dan si sensitif pada perasaan apapun.
Termasuk perasaannya sendiri.
.
"Apakah kau habis menangis?" Tanya Jaemin saat melihat Renjun sibuk membaca buku. "Ceritanya membuatku terharu." Ucap Renjun membuat Jaemin tersenyum. "Rupanya si galak ini sensitif sekali yah." Ucap Jaemin membuat Renjun menutup bukunya lalu beralih memandang Jaemin.
"Apakah kau tidak pernah menangis?" Tanya Renjun. Jaemin menggeleng. "Aku tidak cengeng sepertimu." Ucap Jaemin meledek Renjun.
Renjun memandangnya dengan begitu serius.
Hingga membuat Jaemin salah tingkah. Bahkan saat tangan Renjun menyentuh pipi Jaemin. "Orang yang tidak pernah menangis, itu adalah orang yang punya banyak luka, apakah Nana tidak pernah terluka?" Tanya Renjun. Jaemin tertegun dan masih memandangi cara Renjun menatapnya. "Tuh kan, kamu orang yang banyak terluka." Ucap Renjun membuat Jaemin merasa matanya memanas, ia segera menepis tangan Renjun.
"Jangan sok tahu Huang Renjun." Ucap Jaemin sambil tertawa.
Renjun mengalihkan pandang dan menghadap ke depan seperti yang dilakukan oleh Jaemin.
"Sejak kecil aku cukup sensitif terkadang itu mengangguku dan tidak ada cara melampiaskannya selain dengan marah." Ucap Renjun membuat Jaemin menghela nafas panjang. Ia sedia. Selalu sedia mendengarkan bagaimana Renjun mulai menceritakan tentang isi Dunianya, sembari sedikit berharap jika suatu saat ada dia juga dalam Dunia Huang Renjun.
"Orang mengataiku pemarah, tapi menahan segalanya itu membebaniku, aku hanya ingin melampiaskannya pada apa yang membuatku marah, karena aku kasihan pada hatiku yang penuh rasa sakit." Ucap Renjun kembali.
Jaemin jadi membayangkan, bagaimana jika Renjun menahannya? Bagaimana jika Renjun tidak pernah jujur? Bagaimana jika Renjun sama munafiknya dengannya?
Apakah Jaemin akan tetap jatuh hati?
Pada seseorang yang sangat terang, pada seseorang yang indah.
Jaemin jadi semakin ingin memilikinya.
"Bagaimana dulu kau bisa jatuh hati pada Lee Jeno?" Tanya Jaemin. Jujur ia cemburu. Namun ia juga ingin tahu, ia ingin tahu seberapa beruntung seorang Jeno yang dicintai oleh Huang Renjun.
"Karena dia mengangguku." Ucap Renjun membuat Jaemin menatap Renjun. Dari samping pun wajah itu masih sangat cantik. Sangat indah hingga membuat Jaemin gila.
Pantas saja seorang Jeno maupun Donghyuck jadi tergila-gila pada sosok itu.
"Menganggu seperti apa?" Tanya Jaemin. Mata Renjun berkaca-kaca.
"Aku tidak ingin mengenalnya, tidak pernah suka berada di dekatnya, pria dingin itu sangat menyebalkan, tapi suatu hari, dia menunjukkan segalanya di hadapanku, pria itu memiliki banyak luka sepertiku. Dan aku mulai tidak bisa mengabaikannya." Ucap Renjun mulai emosional namun saat menatap Jaemin, air matanya leleh.
"Aku ingin memeluk lukanya, pria yang hancur itu, aku ingin memeluknya." Ucap Renjun kemudian menangis di hadapan Jaemin. Jaemin tertegun.
"Aku membencinya karena dia terus menyakitiku, aku membenci sikap arrogannya, kata-katanya, sikapnya segalanya membuat logikaku semakin membencinya. Tapi, hatiku terasa sangat sakit, karena dia sedang melukai dirinya sendiri." Ucap Renjun tidak lagi bisa dimengerti oleh Jaemin.
Namun, yang Jaemin tahu kebencian Huang Renjun bukan hanya pada diri Lee Jeno. Huang Renjun juga membenci dirinya sendiri, karena sebanyak apapun luka yang diberikan Lee Jeno, Renjun tetap mencintainya.
Dan Na Jaemin cemburu.
Jaemin cemburu karena Lee Jeno menyakiti pria indah itu.
Jaemin mendekat lalu memeluk Renjun, membiarkan kaosnya basah karena air mata Renjun di dadanya.
"Aku juga ingin." Ucap Jaemin membuat Renjun yang mulai berhenti menangis pun menjauhkan diri lalu menatap Jaemin. "Ingin apa?" Tanya Renjun.
"Memeluk Lukamu." Ucap Jaemin membuat Renjun terdiam cukup lama. Namun kemudian pria itu tertawa. "Nana memang sahabat yang baik." Ucap Renjun yang berpikir sebagai sahabat, jelas ingin membantunya untuk melupakan Jeno yang dia benci.
Jaemin hanya tertawa kecil, dan membiarkan Renjun tetap salah paham.
Renjun berdiri untuk pamit menemui Donghyuck. Jaemin menatap punggung Renjun yang menjauh.
"Bukan sebagai teman, aku ingin memeluk lukamu sebagai kekasih yang menginginkanmu." Ucap Jaemin lirih, meski ia berharap angin menyampaikan pesannya pada telinga Huang Renjun.
...
"Apa yang membuatmu murung?" Tanya Ningning kekasih Donghyuk. Gadis itu sebal pada Donghyuck yang badmood.
Hyuck menatap gadis yang cukup lama ia pacari. "Apa kau mencintaiku?" Tanya Hyuck membuat Ningning bingung. "Apa yang kau sedang ingin tanyakan? Jelas aku sangat mencintaimu." Ucap Ning heran. "Bisakah kau tetap mencintaiku yang mulai berubah? Perasaanku tidak lagi sama kepadamu." Ucap Hyuck membuat wajah Ningning memerah karena marah.
"Apa yang ingin kau bicarakan sebenarnya?" Tanya Ning yang sudah emosi. "Kita putus." Ucap Hyuck menatap gadis yang telah dia lukai. Tetapi ia akan semakin melukai gadis itu jika masih berpura-pura mencintai disaat ia sepenuhnya telah menyadari bahwa ia hanya terus menyukai Huang Renjun.
Sejak awal bersama Renjun, perasaan suka itu telah ada, berganti nyaman dan semakin dalam. Menjalin kasih dengan Ningning hanya menjadi sebuah pelarian dari perasaannya sendiri. Mencoba mematikan paksa rasa yang tumbuh tanpa ia kendalikan.
Seperti sel kanker, perasaan Donghyuck semakin abnormal.
Ningning yang sudah menangis pun menampar pipi Hyuck dengan keras hingga memerah.
"Aku tahu kau brengsek yang ganti-ganti cewek, namun rupanya kau sungguhan brengsek karena membuatku menjadi bodoh." Ningning kemudian pergi meninggalkan Hyuck, padahal mereka sedang berada di Kantin, namun Hyuck tetap masa bodoh setelah ditampar.
Ia lelah melarikan diri dari dirinya sendiri.
...
"Nunggu lama?" Tanya Hyuck pada Renjun, Ren mendongak menatap pria itu yang memakai kacamata Hitam. Donghyuck janji mengajak Renjun membeli Buku di Toko buku. "Nggak kok." Ucap Renjun lalu berdiri dan hendak berjalan namun Hyuck menahan lengannya kemudian menubruk yang lebih kecil dengan pelukan. Renjun yang terkejut hanya menjadi bingung.
"Ada apa?" Tanya Renjun. "Aku putus dari Ningning, aku butuh pelukan karena aku sedang sangat lelah." Ucap Hyuck memeluk lebih erat dan memejamkan mata dibalik kacamatanya, menumpukan dagunya pada bahu Renjun.
Untungnya ini depan Apartemen mereka, jadi Renjun pun memeluk balik punggung lebar itu.
Menepuk perlahan punggung yang lelah.
Renjun hanya diam tanpa bertanya sebab mereka putus. Sebagai teman yang baik, Renjun hanya ingin berada di sisi Hyuck saat pria itu jatuh.