07 - Lee Jeno

986 133 9
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

...

Lee Donghyuck yang lebih suka dipanggil Echan, meski sebenarnya nama Echan lebih mirip pada penyebutan kata Bulan, justru pribadi Echan lebih cerah seperti Matahari. Keberadaannya selalu menjadi sinar dan moodbooster bagi siapapun.

Tetapi, seorang Haechan seperti memiliki dua kepribadian sebagai Haechan si ceria dan Donghyuck yang lebih gelap. Jika diibaratkan Hyuck adalah Malam dan Echan adalah Siang. Sisi Hyuck jarang sekali ia tunjukkan bahkan lebih bisa dibilang belum pernah ia tunjukkan, namun pada akhirnya sisi gelap itu justru muncul saat ia merasa cemburu, pada siapa lagi kalau bukan pada Huang Renjun.

Lee Haechan seperti hanya ingin dirinyalah yang membuat Renjun tertawa dan merasa bahagia. Si Angin yang berhembus dalam hidupnya, meski Echan sadar ia kesulitan mengenggam sang Angin.

...

"Apa pada akhirnya kau menyadari perasaanmu pada Renjun?" Tanya Jeno pada Haechan yang kini membaringkan tubuhnya di atas kasur Jeno sedang si pemilik memilih mengerjakan tugas, namun si pemuda bersurai Raven mulai penasaran atas apa yang membuat Haechan si berisik murung seharian.

"Kupikir aku mulai bisa menggantikan Mark dalam hidup Ren, namun ternyata aku malah kini terganggu pada Na Jaemin." Ucap Haechan sambil menghela nafas. Jeno jadi menertawai Haechan.
"Jangan tertawa Lee Jeno, kau bahkan sama saja. Mencintai Huang Renjun yang sudah membencimu." Ucap Haechan meledek Jeno dan membuat Jeno pun diam.

Yah bagaimana lagi, memang mereka itu senasib kok. Na Jaemin ternyata lebih mengerikan dibanding Mark Lee. Mereka berdua pikir Mark Lee sudah jadi satu-satunya saingan terberat, eh saat si senior kini sedang berada di Canada, tetap saja sulit membuat Renjun melirik mereka barang sebentar saja.

"Aku bahkan masih dibenci olehnya." Ucap Jeno membuat Haechan sedikit tertawa. Yah bahkan nasib Jeno lebih buruk.

...

Jaemin kini mengajak Ren ke Food street, ia akan menraktir apapun yang Renjun mau. Dan Renjun? Jelas mana mungkin menolak sesuatu yang gratis.

Mereka sama-sama membeli Tteteoboki, dengan dua Es Coklat, namun Jaemin dengan Dark Coklat, jadi manisnya hanya sedikit.
"Kau suka coklat?" Tanya Renjun.
"Hanya yang Dark Chocolate." Ucap Jaemin membuat Renjun penasaran.

"Kau tidak suka manis?" Tanya Ren.
"Dalam hidupku baru kau yang manis." Ucap Jaemin tanpa menoleh, yah ia hanya fokus menatap dahan ranting dan dedaunan yang berisik karena angin. Tidak tahu saja, rona merah menjalar di pipi Renjun.

Huang Renjun, pria yang tidak suka dipuji, namun kini ia mulai terbiasa dengan pujian pemuda bersurai Silver.

"Pujianmu cocok untuk merayu gadis." Ucap Renjun yang kini meredamkan hangat dihatinya dengan es coklat, semoga saja rona pipinya turut menghilang.
"Ah padahal aku ingin merayumu." Ucap Jaemin membuat Renjun tertawa.

"Apaan sih Na?" Renjun tidak ingin mengartikan candaan itu sebagai bentuk ketertarikan. Renjun tidak ingin sesuatu dalam hatinya sungguh tumbuh untuk si Na Jaemin.

Ia tidak ingin jatuh hati pada siapapun lagi, meski Renjun selalu tahu perasaan akan tumbuh bahkan jika tanpa izin dari pemiliknya.

"Renjunnie." Panggil Jaemin.
"Hemb." Gumam Renjun sambil mengigit tteteobokinya.
"Kamu pernah jatuh cinta?" Tanya Jaemin membuat Renjun terdiam.

Ia menyelesaikan kunyahannya lalu menoleh ke arah Jaemin.
"Kenapa tiba-tiba nanya gitu?" Tanya Renjun bingung.
"Hanya penasaran, selain itu, aku sepertinya juga sedang jatuh cinta." Ucap Jaemin kini menoleh pada Renjun dan tersenyum melihat noda saus di sudut bibir Renjun, Jaemin pun mengusap saus itu dengan ibu jarinya kemudian menjilatnya membuat Renjun melotot heran.
"Padahal kotor." Ucap Ren.
"Kalau dari bibirmu nggak kotor tapi manis." Ucap Jaemin menertawai ekpresi menggemaskan dari si mungil.
"Terserahlah." Ucap Renjun lalu memandang arah depan lagi.

Na Jaemin orang yang aneh.

"Jadi gimana jawaban dari pertanyaanku, pernah nggak kamu jatuh cinta?" Tanya Jaemin masih ingin tahu.
"Pernah, sekali, dan rasanya menyedihkan." Ucap Renjun membuat Jaemin menebak. Namun ia tidak ingin menyebut nama, biar hanya ada dalam pikirannya saja sampai nanti mungkin Renjun mau cerita.
"Kamu sendiri jatuh cintanya sama siapa Na? Cantik nggak?" Tanya Renjun, padahal tangannya sendiri gemetar, dan Ren menyembunyikannya. Entah mengapa hatinya mendadak perih mendengar Na Jaemin menyukai orang lain, padahal ia sendiri menyangkal bahwa kini Jaemin mulai dia sukai.

Renjun tidak ingin jatuh cinta dan berakhir menjadi orang bodoh seperti sebelumnya.

"Yah dia cantik." Jawab Jaemin, sembari memandangi wajah Renjun dari samping.

"Good luck, semoga dia punya rasa yang sama." Renjun tidak ingin berpikir bahwa mungkin ia yang disuka Jaemin. Renjun benci berharap pada sesuatu yang semu. Jadi mungkin lebih baik ia mulai membunuh saja perasaannya sendiri. Itu lebih baik.

Renjun tidak ingin menjadi bodoh untuk Cinta sepihak nantinya.

Sedangkan Jaemin ingin memastikan apakah pria mungil di hadapannya punya rasa yang sama?

Na Jaemin baru tahu, bahwa dia bisa menjadi seorang yang bodoh saat sedang mempertanyakan perasaannya sendiri pada Renjun.

"Dia harus punya rasa yang sama." Ucapan Jaemin untuk menjawab harapan Renjun. Sebenarnya Jaemin hanya mengamini apa yang diucap Renjun.

Renjun menoleh sambil tersenyum.
"Kau terlihat ambisius Na Jaemin, bukan lagi berharap tapi memastikan orang yang kau suka berbalik suka." Komentar Renjun yang bagi Jaemin lucu karena tidak menyadari bahwa yang sedang dibicarakan Jaemin justru dirinya.
"Itulah aku, seorang yang tidak suka berharap pada hal semu, mauku yah yang pasti atau aku berusaha mendapatkan apa yang kumau." Ucap Jaemin. Renjun tertegun. Sejujurnya Renjun pikir dia dan Jaemin punya pemikiran yang sama.

Atau, Renjun melihat dirinya sendiri pada diri Na Jaemin.

Ia jadi ingat kata seseorang,

'Carilah seseorang yang dalam dirinya kau bisa melihat dirimu, atau kau melihat Tuhan dalam dirinya, mungkin itulah seorang yang sangat mencintaimu.' Sebuah Kutipan dari Film India yang disuka Mark Lee.

"Aku pernah jatuh cinta, tapi dia selalu menyakitiku, semua ucapannya, tindakannya, hanya menyakitiku pada akhirnya. Dulu aku bahkan tidak mengejarnya meski mencintainya, namun dia justru menginjak harga diriku sampai aku merasa kehilangan diriku. Dan aku sangat membencinya tetapi yang lebih lagi kubenci adalah diriku sendiri. Itulah jatuh cinta yang kurasakan sampai berbalik menjadi kebencian." Ucap Renjun yang masih tersenyum menatap Jaemin meski air matanya mulai mengalir.

"Lee Jeno?" Tanya Na Jaemin.
"Kau benar." Jawab Renjun.

Entah mengapa bagi Jaemin, meski wajah itu menyiratkan kebencian, air mata yang mengalir di pipi, wajah itu tetap terlihat cantik.

"Jadi aku tidak ingin jatuh cinta lagi hanya untuk terluka pada akhirnya." Ucapan pria yang hatinya sudah terlalu terluka.

Menyukai Jaemin sebagai teman, Renjun bisa, tapi membiarkan hatinya jatuh cinta pada Jaemin? Huang Renjun tidak ingin.

Jadi harusnya Renjun baik-baik saja bukan jika dalam pikirnya kini Jaemin menyukai orang lain.

...

Tbc

R - 23 / WindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang