"diamku berati aku lelah dalam segalanya"
________________
Namjoon sedang kehilangan kepercayaan dirinya kala seluruh manusia di ruangan tersebut terlihat menyudutkannya.
Matanya yang begitu sayu dan otaknya yang begitu kalut membuat pria itu kesusahan untuk menjawab pertanyaan yang terlontar kan bertubi-tubi dari mereka semua.
Padahal ia tahu bahwa ini bahkan belum memasuki permulaan karena pria yang menguasai segalanya belum memasuki ruangan dan menduduki tempat duduknya.
Namjoon acap kali gemang akan dirinya sendiri karena mendengar gemelantung ucapan provokasi dari beberapa pihak membuatnya kian muak.
"Kami menyerahkan semuanya pada anda jika sesuatu terjadi diantara kita, dan sejak awal saya menyetujuinya dengan berbagai resiko yang besar" Ucap dari salah seorang dari mereka dengan mengubah gaya bicaranya seperti seseorang yang ditirukan.
Dia mencoba memprovokasi dan menyudutkan Namjoon. "Masih mengingat kalimat itu Namjoon-Sii?" Tanya dari sosok yang baru saja menirukan kalimatnya dari entah kapan.
Kim Namjoon hanya mampu meringis tipis tatkala menyadari beberapa orang di depan sana tengah berusaha membuat Namjoon kehilangan kepercayaan diri sebelum sang penguasa datang.
Dengan beraninya, dihitung lah dengannya berapa pasang mata yang tengah menyorot presensinya. Benar, ada beberapa dari mereka sengaja melakukan ini.
Namjoon dapat membacanya dari sorot mata yang mengintimidasinya, dia tidak terlalu bodoh untuk menyadari hal itu.
Budak-budak selundupan yang sengaja membuat dan menyebarkan kebencian kepada perusahaan terhadap grub yang dipegang olehnya.
Benar, mereka terlihat seakan mendukungnya sejak awal -padahal dia adalah predator yang sangat ingin menerkam si target buruan.
Mereka semua benar, apa yang dikatakan mereka sejak awal memang ada benarnya. Tapi keputusan Namjoon dipertaruhkan saat ini dan juga ia harus berhadapan dengan provokator sekaligus pembencinya.
Sebenarnya tatapan sayu dan gelagat gelisah-nya ia dibuat hanya sebatas untuk memuaskan hasrat predator disana. Namjoon harus memuaskan kepercayaan diri predator tersebut sebelum ia tahu akibat dari menentangnya setelah penguasa yang sebenarnya datang.
"Tidak ada yang berani menentang ku jika aku sudah berbicara. Tenang saja, kamu bisa terus berbicara hingga mulutmu berbusa" gumam Namjoon dalam diam.
Dan
BenarPada akhir dari semuanya, Namjoon tetaplah menjadi pemeran utama pada rapat -pengadilan.
Namjoon terlalu menekan tuas kebahagiannya hingga sanggup membuat pria provokator tadi geram dan menghantamkan lembaran yang berisi sebuah keputusan yang membuat dia muak dan marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Evanescent: Do You Remember?
General Fiction(On Going) Menceritakan tentang kejahatan yang dilakukan oleh seorang peneliti ilegal. Dalam kasusnya ia melibatkan seorang detektif. Semuanya saling terkait, termasuk kasus terbakarnya rumah sakit yeongseong 17 tahun lalu yang menewaskan banyak war...