Hanya dengan menyebut namanya, perempuan itu kembali menangis mengingat kisah hidupnya. Tragedi-tragedi yang sempat ia lupakan, mendadak kembali menyelinap kedalam otaknya.
"Cengeng sekali." Sang raja kutukan menyindir tepat didepan wajah perempuan itu.
Yang disindir kembali menggigit bibirnya. Ia masih saja takut dengan kehadiran Sukuna di hadapannya. Sembari menangkupkan kedua tangannya, jiwa yang dahulu mendiami raga perempuan bernama Yamamiya Saitou ini memohon rasa simpati.
Dengan kepala yang tertunduk, Saitou berucap pelan. "Saya mohon, biarkan saya berada di sini sebentar lagi."
Sukuna berdiri, menjauh dari hadapan si perempuan. "Silahkan saja, tapi ada harga yang harus kau bayar untuk itu." Si raja kutukan bertutur, membuat yang bersimpuh kembali mengangkat wajahnya.
"Dengan apa saya harus membayarnya?" Lirihnya, "Saya kemari dengan tangan kosong." Perempuan itu hampir saja menangis lagi.
Entitas bertangan empat itu menghela nafasnya. Sukuna tidak bodoh, ia tahu siapapun yang jiwanya sudah menyebrangi ataupun melewati Sanzu-no-Kawa tidak akan membawa apapun lagi.
Tapi, Sukuna yakin, jiwa yang tengah bersimpuh memohon simpatinya ini tidak datang dengan tangan kosong.
"Jarang sekali ada jiwa yang memasuki domainku." Ucapannya bergema di tempat gelap tersebut.
Saitou terdiam, dan ketika ia menolehkan kepalanya, raja kutukan itu kembali berada di hadapannya. Sosok itu menatapnya tajam, membuat Saito tanpa sadar menahan nafasnya sendiri.
"Aku bosan, ceritakan padaku sesuatu yang menarik." Sukuna kembali duduk di atas singgasana tengkoraknya. Sembari bertumpu tangan, ia menatap sosok Saitou yang masih saja tertunduk di hadapannya.
Tanpa mengangkat kepalanya, Saitou berbicara pelan. "A-apa yang harus saya ceritakan?" Ia tergagap.
Jeda kembali terasa, ketika sang raja kutukan sedikit merendahkan tubuhnya untuk menatap wajah yang tersembunyi dibalik helaian surai hitam itu.
"Kau dari Kuil, benar?"
Saitou langsung mengangkat wajahnya. Ekspresi terkejut itu sedikit membuat si entitas bertangan empat menarik sudut bibirnya.
"Ba-bagaimana anda tahu?"
Tawa Sukuna terdengar menggema di tempat tersebut. Empat manik merah itu kembali tertuju pada sosok Saitou yang semakin meringsut ketakutan.
"Kau memiliki nama kuil sebagai margamu. Dan aku tidak sebodoh itu untuk tidak menyadarinya."
Mendengar itu, Saitou kembali terdiam. Benar adanya, ia memanglah menyandang nama kuil sebagai marganya. Dan, ya, dirinya memang seorang gadis kuil semasa hidupnya.
"Karena torii-torii sialan itu aku jadi tidak bisa masuk ke dalam sana." Sukuna menggerutu pelan.
Untuk pertama kali, tatapan kedua entitas ini bertemu. Mereka berdua terdiam dalam posisi yang sama, sebelum akhirnya sang raja kutukan kembali berucap.
"Ceritakan padaku, apa saja yang manusia-manusia itu lakukan di dalam kuil."
• ※ ·❆· ※ •
Malam itu salju tipis turun sedikit demi sedikit, menyelimuti daratan dengan putih sejauh mata memandang. Di malam itu juga, kuil tempat Saitou dibesarkan mengadakan sebuah ritual suci.
Saitou yang kala itu menginjak usia 16 tahun ditugaskan untuk menarikan Sodebana dalam rangkaian tari Kagura yang akan dipentaskan di malam bersalju itu. Lagi-lagi, tahun itu hanya dirinya yang ditunjuk sebagai penari Sodebana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Purgatory [Ryomen Sukuna X OC]
Fanfiction• CENSORED VERSION • Jujutsu Kaisen Fanfiction [ Ryomen Sukuna x OC ] CW // TW: Non-explicit r4p3 content, su1c1dal thing, mentioning of religion, moral distortion, self harm, heavy blood and injury, character death. ❗((DEAD DOVE, DO NOT EAT))❗ Ryom...