Saitou tidak tahu apa yang telah terjadi padanya di malam itu. Yang ia ingat hanyalah bagaimana si pemburu mendekapnya erat sampai ia terjatuh ke alam mimpi. Hingga pada akhirnya, Saitou terbangun di bawah torii ketika fajar menyingsing.
Dan beberapa hari kemudian, warga desa mendadak geger dengan penemuan mayat berkepala buntung. Dari pakaian yang dikenakan jasad itu, orang-orang mulai berasumsi bahwa itu adalah seorang Kannushi. Hal ini menjadi semakin meyakinkan setelah orang-orang menyadari bahwa di kuil tempat Saitou tinggal ada seorang Kannushi yang dikabarkan menghilang.
Saitou tahu pasti, bahwa Kannushi yang menghilang itu adalah pria yang sama dengan yang melecehkannya di malam itu.
Kini, kecurigaan Saitou mulai mengerucut pada seseorang. Di malam itu, dimana Kannushi tersebut menghilang, Saitou jelas tahu siapa saja yang terlibat.
Siapa lagi jika bukan Ryo, si pemburu dari desa tetangga?
Maka ketika malam tiba, di kala seisi kuil masih berduka setelah pengkremasian sang Kannushi, Saitou kembali pergi ke tempat itu. Tempatnya biasa bertemu dengan si pemburu, di tengah rimbunnya hutan di belakang kuil.
Seperti hari-hari yang terdahulu, di tepi danau yang berkilau diterpa cahaya rembulan, sang pemburu telah berdiri memunggunginya. Tapi malam ini berbeda, Saitou tidak lagi menghambur ke dalam pelukannya. Juga tidak lagi menatapnya dengan senyum berseri. Si Miko hanya memanggil nama pria itu dengan suara rendah.
"Kau... yang ada di balik semua ini, kan?" Saitou berusaha mengendalikan emosinya. Itu terbukti dari suaranya yang bergetar.
Yang ditanya hanya menatap datar. Tidak ada emosi yang bisa dibaca melalui ekspresi maupun sorot mata si pemburu. "Apa maksudmu? Tuduhan apa ini?" Ryo balik bertanya, namun malah ditatap nyalang oleh si Miko.
"Sudah kubilang, Ryo, jangan terlibat dalam masalah ini!"
"Tunggu, apa maksudmu—"
"Kau yang sudah menghabisi Shinshoku itu, bukan?! Mengaku saja!"
Suara Saitou meninggi sehingga meninggalkan raut terkejut di paras si pria. Sungguh, ini adalah pertama kalinya Ryo melihat ada api amarah berkobar di balik manik hazel Miko itu.
"Ya, itu memang ulahku." Jawab Ryo setelah sempat terdiam beberapa saat. Jelas, jawaban itu semakin menyulut api amarah si perempuan.
Saitou melangkah, mendekati sosok sang pemburu. Salah satu tangannya kini sudah terangkat, bersiap melayangkan tamparan pada paras berhias rajah itu. Namun rupanya Ryo berhasil menangkap pergelangan tangan sang Miko sebelum telapak itu menyapa wajahnya.
Kini mereka saling bertukar tatap. Yang satu memanas, terbakar amarah. Sementara yang lain hanya menatap tajam seolah mengunci mangsanya.
"Kali ini saja, dengarkan apa yang kukatakan." Suara si pemburu terdengar dalam. Sorot matanya menajam, membuat Miko ini mendadak diam.
"Tinggalkan kuil itu dan ikutlah bersamaku."
Kalimat itu langsung membuat yang perempuan seolah disambar petir. Dari segala macam kalimat yang ada di dunia, mengapa Ryo harus mengucapkan ini? Emosi yang tadi tersulut di dalam dirinya perlahan memadam. Bukan karena ia sudah memaafkan kelakuan Ryo, tapi karena Saitou kepalang terkejut.
"A-apa? Apa maksudmu?" Suara itu memelan. Saitou menolak percaya dengan apa yang barusan ia dengar.
"Pergilah bersamaku." Ryo menjawab dengan intonasi yang serius. Kini, lengan kekarnya meraih jemari Saitou. "Ayo, aku berjanji akan membuatmu bahagia—"
KAMU SEDANG MEMBACA
Purgatory [Ryomen Sukuna X OC]
Fanfiction• CENSORED VERSION • Jujutsu Kaisen Fanfiction [ Ryomen Sukuna x OC ] CW // TW: Non-explicit r4p3 content, su1c1dal thing, mentioning of religion, moral distortion, self harm, heavy blood and injury, character death. ❗((DEAD DOVE, DO NOT EAT))❗ Ryom...