『 0 』Tawanan

509 40 37
                                    

Ini adalah kisah lampau, pada ribuan tahun lalu ketika Dia masih bisa menyebut diri-Nya sebagai "manusia". Di masa kuil Senkoji* belumlah berdiri tonggaknya. Di waktu Enku-sama** belum lagi menorehkan pisau pahatnya.

Ini adalah kisah yang hanya diketahui olehnya, di seribu tahun yang lalu. Dimana dirinya melompat ke dalam api suci setelah lengkingan putus asa mengusik gendang telinganya.

• ※ ·❆· ※ •

Mentari barulah terbit ketika seorang pemburu melangkah keluar dari rimbunnya hutan. Di pundaknya, seekor rusa terkulai tak bernyawa.

Parasnya datar, ia tidak peduli dengan para Kannushi yang sedari tadi berpapasan dengannya. Ia tidak percaya dengan adanya Dewa, dan itu artinya ia juga tidak peduli dengan segala macam ritual konyol yang dilakukan oleh orang-orang berkimono aneh itu.

"Hei, kau, kemari. Buatkan sesuatu untukku." Si pemburu berucap tatkala ia memasuki pekarangan rumahnya. Tidak jauh dari tempat pria itu berdiri, seseorang bersurai putih dengan sedikir corak merah terlihat menghampirinya. Namanya Uraume, orang yang selama ini telah tinggal bersama si pemburu.

Rusa yang tadi ada di pundaknya kini telah berpindah tangan. "Makanan seperti apa yang harus saya masak?" Uraume bertanya.

"Terserah, kuserahkan itu padamu." Si pemburu membalas dan langsung dituruti oleh orang tadi.

Setelah Uraume tidak lagi terlihat dalam jarak pandangnya, si pemburu kembali meninggalkan pekarangan rumahnya. Menunggu orang itu memasak tentunya akan cukup lama. Hingga akhirnya pria itu memutuskan pergi mencari udara segar.

Entah kemana langkah kaki membawanya. Si pemburu kini tanpa disangka malah tiba di kaki sebuah perbukitan. Di sana, ia melihat begitu banyak orang-orang tengah menuju ke puncak.

"Ck, orang-orang aneh...." Ia bergumam sambil tersenyum meremehkan tingkah mereka.

Bagaimana tidak, pemburu itu merasa geli ketika melihat para Kannushi dan beberapa Miko berjalan berombongan menuju puncak perbukitan. Mantra-mantra aneh yang mereka sebut sebagai do'a bergantian mengusik telinganya.

Pria itu mendengus. Dalam hati, ia kembali menertawakan kebodohan orang-orang kuil itu. Terlebih ketika melihat para Miko yang selama ini disebut-sebut sebagai istri sang Dewa. Aneh sekali, ia tidak habis pikir kenapa para wanita itu mau mendedikasikan hidupnya demi sesuatu yang belum tentu nyata keberadaannya.

Sungguh, ia jauh lebih mempercayai para geisha yang setiap malamnya tidur dengan pria berbeda. Daripada harus mendengarkan Miko-Miko itu berceramah dan membanggakam Dewa mereka.

Namun, tiba-tiba sesuatu menarik perhatian si peburu. Di rombongan itu, terlihat seorang wanita memakai kyokatabira digiring ditengah para Miko. Raut wajahnya terlihat murung, bahkan seolah dirinya hampir menangis kala itu.

Hingga pada akhirnya, tatapan mereka bertemu. Antara si pemburu dengan wanita itu. Terbukti dari raut wajahnya, wanita itu seolah meminta tolong padanya. Namun, apa yang diharapkannya? Pemburu itu hanya mengabaikannya dan berbalik ke arah sebaliknya.

Pria itu tentu sudah tahu kemana wanita berpakaian kyokatabira tadi akan dibawa. Sudah bukan rahasia umum lagi jika di atas bukit sana selalu diadakan ritual pengorbanan. Dan wanita tadi akan menjadi persembahan kepada sang Dewa.

Lagi-lagi ia mengutuk di dalam hatinya. Dewa yang dianggap sebagai pelindung dan disembah oleh mereka, malah meminta tumbal demi kesenanganNya. Para tumbal itu, tentulah para 'istri'-Nya. Dan Miko-Miko bodoh itu tidak jarang saling berbuat jahat hanya demi menjadi orang yang akan dipersembahkan.

Purgatory [Ryomen Sukuna X OC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang